Rendra fokus pada jalanan dihadapannya. Sedangkan dibelakang sana, ada Kanzia yang sedaritadi tidak henti-hentinya tersenyum lantaran hati'nya yang sedang berbunga-bunga.
Hingga sampailah mereka di depan rumah Kanzia. Tapi anehnya, Kanzia tetap berada di atas motor Rendra, tidak turun tidak apa.
Rendra yang tersadar, langsung menoleh dan menemukan Kanzia yang tersenyum-senyum sendiri "Zia, udah sampe."
Kanzia tersadar lalu membulatkan matanya, Rendra tertawa kecil melihatnya. Kanzia sangat menggemaskan.
"Eh makasih ya Kak. Terus nanti uang kakak, gu—eh aku ganti." ucap Kanzia sambil menggaruk tengkuknya.
Rendra tersenyum mendengarnya "Nggak usah di ganti. Udah sana masuk. Abis itu mandi, belajar terus istirahat. Dan jangan lupa juga, bales chat aku." Rendra mengusap kepala Kanzia.
"Daah, Kak." sahut Kanzia, lalu masuk ke dalam rumahnya.
Dia menutup gerbang, bersamaan dengan motor Rendra yang melesat pergi dari depan rumahnya.
"Aduh-aduh anak bunda, senyum terus, diapain si sama Kak Rael?" suara Aretta langsung menyapa saat Kanzia masuk kedalam rumah.
Kanzia menoleh lalu memeluk Aretta "Ih Bunda bukan Kak Rael tapi Kak Rendra," ucap Kanzia tersenyum penuh rasa.
"Oh hahah yaudah, sekarang kamu mandi ya. Bau nih."
Kanzia melepas pelukannya "Seriusan bau Bun? Yah tadi aku bau dong pas lagi sama Kak Rendra? Ih malu."
"Hahah, enggak cantik. Bunda bohong. Udah ah sana mandi, biar cantik lagi." Aretta mengusap pipi Kanzia.
"Bunda mah, yaudah aku mandi dulu. Dadah Bundaku sayang!" Kanzia berlari menuju kamarnya. Dan langsung membuka sepatu, lalu menaruh tasnya asal.
Kanzia merebahkan dirinya, lalu menatap langit-langit sambil tersenyum karena Rendra yang ada dipikirannya.
Sedangkan dilain sisi, Rendra dengan buru-buru melajukan motornya menuju SMA Nawati. Dia sudah berjanji untuk menjemput seseorang disana.
"Kamu lama banget deh. Sebel ih kemana aja? Aku nunggu dua jam setengah disini." sahut seorang cewek yang memang sedaritadi menunggu Rendra menjemputnya.
"Maaf-maaf, tadi motor aku ban'nya bocor, jadi dibenerin dulu." sahut Rendra dengan hati-hati. Pasalnya cewek yang sedang didekatinya ini sangat sensitif, beda dengan Kanzia.
"Baru seminggu pendekatan aja kamu udah sering telat gini. Gimana nanti kalau udah jadian coba?"
"Yaampun Daniza sayang, jangan gitu dong. Udah ayuk, naik." Rendra mengusap lengan Daniza, Daniza Avoca, cewek cantik kelas 12 IPS 1 yang sekolah di SMA Nawati.
Sebenarnya Rendra tidak benar-benar suka pada Daniza. Dia hanya tidak sengaja berkenalan dengan Daniza melalui sosmed dan berpikir bahwa Daniza bisa menjadi cadangan kalau-kalau Kanzia menolak dirinya.
"Iya-iya aku naik. Tapi jangan pulang dulu ya, aku laper. Mau makan, Mama Sonya pasti belum masak." ucap Daniza sambil naik ke jok belakang motor Rendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAENZIA
Подростковая литература"Andai kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, mungkin gue nggak akan nyakitin lo kaya gini. Iya kan?" "Kalaupun kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, gue akan tetap atur hati gue untuk sayang sama lo. Ya walaupun lo nggak sayang sama g...