Pagi ini seharusnya Rael berada dirumah, karena hukuman skors dari kepala sekolah. Tapi nyatanya Rael malah berada disekolah lengkap dengan seragam yang dipakainya.
"Lo ada-ada aja si. Pulang sono!" suruh Suma. Mereka berada dikantin. Jam pertama dikelas Suma kosong, oleh karena itu Suma dengan tenang hati berada disini.
"Gue mau minta maaf sama Kanzia. Walaupun gue nggak tau dia mau maafin gue atau sebaliknya, yang penting gue minta maaf." sahut Rael, lalu menyeruput teh hangatnya.
Suma menggaruk kepalanya. Sahabatnya yang satu ini, memang kepala batu.
"Eh tapi coba dah lo ke kelasnya. Tadi si pas gue lewat rame gitu, kayanya nggak ada guru. Coba sono!" sahut Suma, Rael menaikan satu alisnya sebagai tanda tanya "iya serius, sana gih!"
Rael bangkit dari duduknya, langsung semangat berjalan keluar kantin, melewati koridor dan tangga, hingga sampai di depan kelas Kanzia.
Benar kata Suma. Ramai.
"Zia! Anterin ke toilet yuk," pinta Sheeva.
Kanzia yang tengah bengong langsung tersadar dan mengangguk.
Satu, dua, tiga, empat langkah. Kanzia berhenti saat seseorang berdiri tepat di hadapannya.
Kanzia melihat sepatu converse abu-abu itu. Lalu mendongkak, Rael.
Kanzia menatapnya dalam diam beberapa detik, aktivitas bising di kelas terhenti seketika.
Keadaan hening bagai tak ada orang.
Rael menghembuskan nafasnya "Zi, gue minta maaf. Gue tau tindakan gue kemarin itu salah. Gue minta maaf," ucap Rael sangat tulus
Kanzia masih menatap Rael dalam diam. Bukannya Rael diskors? lalu kenapa dia ada disekolah?
"Lo boleh tampar gue sepuas lo. Tapi gue mohon, jangan diemin gue kaya gini. Jangan berprilaku seakan-akan lo nggak tau gue siapa," lanjut Rael.
Kanzia masih diam.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Empat detik.
"Lo jahat Kak." sahut Kanzia dengan suara serak.
Tangan Rael tergerak untuk mengenggam tangan Kanzia. Tapi Kanzia menolaknya.
"Lo inget kata-kata gue kemarin di lapangan kan? Atau udah lupa? Mau gue ingetin lagi?"
Rael diam. Ribuan cubitan berasa dihatinya.
"Zi, gue tau gue salah. Gue tau—"
"Bagus kalo gitu." Kanzia melangkah melewati Rael.
Rael menarik nafasnya lalu membuangnya kasar "Kanzia gue lakuin itu semua karena gue sayang sama lo."
Kanzia menghentikan langkahnya. Menelan ludahnya, dengan terus berusaha agar air mata yang sedang ditahannya itu tidak tumpah.
Rael membalikan tubuhnya "Kanzia, gue sayang sama lo, sayang banget." ulang Rael lagi dengan nada yang sangat halus dan tulus.
Membuat beberapa cewek penghuni kelas terharu. Mereka ikut terbawa dalam suasana.
Mata Rael masih menatap Kanzia. Menunggu apa jawaban yang akan dilontarkan Kanzia untuknya.
Hingga satu detik kemudian. Kanzia membalikan tubuhnya "Maaf, tapi gue nggak bisa bales rasa sayang lo." dan setelah itu Kanzia berbalik. Melanjutkan langkahnya, meninggalkan Rael dan juga rasa sakit dihatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAENZIA
Teen Fiction"Andai kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, mungkin gue nggak akan nyakitin lo kaya gini. Iya kan?" "Kalaupun kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, gue akan tetap atur hati gue untuk sayang sama lo. Ya walaupun lo nggak sayang sama g...