"BU NAWA GA MASUK YA ALLAH ALHAMDULILLAH!" teriakan Adan selaku ketua kelas, menggema kencang di ruang kelas ipa-1 ini. Dia memasuki kelas lalu berjoget-joget di depan papan tulis.
Kegiatan-kegiatan yang tengah berlangsung terhenti beberapa detik, lalu setelahnya terdengar sorakan-sorakan gembira dan tak lupa juga suara pukulan nyaring dari meja yang dipukul oleh Onco saking gembiranya.
Bagaimana tidak gembira? Bu Nawa adalah guru matematika peminatan. Pelajaran yang sangat dibenci anak ipa.
Kanzia membuang nafasnya lega "Selamat gue selamat." ucapnya, yang memang tadi sedang tegang-tegangnya karena belum menyelesaikan 25 soal yang di tugaskan oleh Bu Nawa.
"GUE SENENG BANGET GILA!" seru Arisha sambil berjingkrakan.
"Udah Ris, udah biasa aja. Malu ege malu." sahut Sheeva sambil menarik-narik ujung baju seragam Arisha.
Freya memutar bola matanya.
"Kalo gitu ke kantin aja yuk. Gue ngidam es kelapa nih!" seru Freya. Ketiganya mengangguk setuju. Lalu berjalan beriringan menuju kantin.
"Eh mau kemana kalian?" tanya Adan sambil melebarkan tangannya, agar Kanzia dkk tidak kemana-mana.
"Kepo lo! Minggir sana!" sahut Sheeva.
"Eh nggak! Tadi kata guru piket, enggak boleh keluar-keluaran." sahut Adan lagi.
Arisha maju beberapa langkah "Lo ganteng hari ini. Gue suka!" ucapnya.
Kanzia, Sheeva, dan juga Freya sontak membulatkan mata mereka.
Adan jadi salah tingkah mendengar ucapan Arisha, dia tersenyum kikuk lalu membenarkan posisi kerah bajunya.
"Yaudah deh, kalian ke kantin aja, gapapa. Tapi jangan lama-lama ya." ucap Adan, Kanzia, Sheeva dan juga Freya kembali membulatkan mata mereka.
"Makasih ya!" sahut Arisha, lalu menarik ketiga sahabatnya.
"Ris kok bisa?" Kanzia.
"Anjir jangan bilang lo?" Sheeva.
"Iyaa, gue lagi deket sama Adan hehe." sahut Arisha sambil tersenyum sumringah.
"Pantesan aja!" sahut Freya.
Mereka kembali melanjutkan langkah. Mata Kanzia melihat ke tengah lapangan. Bisa dia lihat Rael yang tengah berolahraga bola bersama kawan sekelasnya.
Kanzia menaikan satu alisnya, lalu melangkah cepat untuk mengejar ketiga sahabatnya.
"Mau es kelapa nggak Zi?" tanya Freya, Kanzia mengangguk.
"Duduk sini aja ya." ucap Sheeva lalu duduk dikursi dekat stand es kelapa, diikuti oleh ketiga sahabatnya.
Tak perlu menunggu beberapa lama, penjual es kelapa sudah menyusun rapi empat es kelapa di meja mereka.
"Kak Rendra gimana Zi?" tanya Arisha, dia meraih sendok untuk mengambil buah kelapa didalam gelasnya.
Kanzia menelan air kelapa yang baru saja masuk kedalam mulutnya "Ha? Gimana. Ya nggak gimana-gimana."
"Nggak usah malu-malu gitu ah!" seru Freya.
"Ih jangan gitu" sahut Kanzia malu-malu membuat ketiga sahabatnya tertawa gemas melihatnya.
Tak lama dari itu, suara gemuruh terdengar memasuki kantin. Kanzia melihat pintu kantin, lalu matanya menemukan figur Rael yang sedang berjalan bersama beberapa temannya.
Rael berjalan lurus, membuat Kanzia mengalihkan pandangannya.
Dia hampir mendekati meja Kanzia. Awalnya Kanzia pikir Rael akan menyapanya. Tapi ternyata itu salah besar. Rael melewati mejanya begitu saja, berjalan menuju penjual es kelapa. Tanpa ada sapaan atau senyuman yang biasanya dilempar untuk Kanzia.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAENZIA
Teen Fiction"Andai kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, mungkin gue nggak akan nyakitin lo kaya gini. Iya kan?" "Kalaupun kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, gue akan tetap atur hati gue untuk sayang sama lo. Ya walaupun lo nggak sayang sama g...