Kanzia tidak henti-hentinya mengoceh seraya memasuki toko buku yang terpampang kata books besar ini, bagaimana dia tidak mengoceh jika ketiga sahabatnya baru saja bilang tidak bisa datang ke toko buku ini setelah Kanzia sampai di depan gedung.
"Kan nggak mungkin gue udah sampai terus balik lagi. Dasar para kecebong, udah mana Pak Abar tadi gue suruh balik!" ocehnya sambil meraih tas jinjing untuk menaruh beberapa buku yang akan dia beli.
Lalu Kanzia melangkah menuju lorong dua tempat buku-buku novel terjemahan dari para penulis luar negeri. Dia menyusuri buku-buku dengan jemarinya yang putih, lalu tersenyum sumringah setelah mendapati buku yang dia cari.
Kanzia kembali melangkah menuju buku musik seraya memasukkan buku tadi ke dalam tas jinjing.
Dia sedikit membungkuk untuk meraih buku hitam bersampul gitar yang ada di box bawah, tapi buku tersebut harus jatuh karena ada seorang anak kecil yang berlari dan menabrak tangannya.
Kanzia menoleh melihat anak kecil yang sudah berlari dan tidak meminta maaf karena sudah menabraknya, dia hanya berdecak kesal lalu berjongkok dan mengulurkan tangan untuk mengambil buku tadi, tapi pandangannya beralih ke sepatu converse berwarna abu-abu dari seseorang yang kini ada dihadapannya.
Kemudian bisa Kanzia rasakan seseorang tadi membungkuk.
"Lo ngapain?" tanya seseorang itu, Kanzia yang masih menatap sepatu converse abu-abu itu pun menoleh ke asal suara. Dan bisa dia lihat seorang Rael yang tengah menaikan kedua alisnya.
"Lo yang ngapain disini," sahutnya lalu mengambil buku yang jatuh tadi dan berdiri, Kanzia menaruh kembali buku tadi ke tempatnya.
Dia berjalan tanpa perduli pada Rael yang mengikutinya.
"Zi, lo sendirian?" tanya Rael ketika Kanzia sedang sibuk membolak-balik buku bersampul putih.
"Lo liatnya gue sendirian apa rame-rame?" sahutnya, jutek.
"Jangan jutek-jutek lo keliatan makin cantik kalo kaya gitu." ucap Rael membuat Kanzia berhenti membolak-balik buku dan menatap Rael.
"Lo sama siapa disini?" tanya Kanzia pada Rael.
"Sama lo," jawab Rael seraya mengambil buku tadi dari tangan Kanzia dan melakukan yang Kanzia lakukan pada buku itu.
Kanzia mengernyitkan dahinya lalu berjalan untuk mencari buku masak yang tadi Aretta titipkan padanya.
"Lo mau belajar masak?" tanya Rael seraya melihat buku-buku yang bersampul makanan-makanan lezat.
"Lo ngapain masih ikutin gue!" sahut Kanzia seraya memasukkan dua buku membuat kue dan membuat makanan tradisional ke dalam tas jinjing.
"Kan gue mau jagain lo, soalnya ya disini banyak cowok-cowok modus." sahut Rael seraya membuka bungkus permen karet.
"Termasuk lo?"
"Gue kan nggak mau modus, tapi gue mau jagain lo. Lagian ya cogan kaya gue nggak akan tega ngebiarin cewek kaya lo jalan-jalan di toko buku sendirian."
"Serah lo kakak kelas." sahut Kanzia lalu berjalan menuju kasir yang tentunya dibuntuti oleh Rael.
Kanzia membuka dompet dan memberi uang sesuai dengan nominal yang tadi disebutkan oleh si mba kasir, lalu dia melangkah keluar dari toko buku putih itu.
"Eh Kanzia. Gue laper nih gara-gara liat buku masak tadi." ucap Rael seraya memegangi perutnya.
"Ya terus kenapa bilang ke gue? Emang gue bawa kompor buat masakin lo?" sahut Kanzia ketus lalu membuka resleting tas untuk mengambil ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAENZIA
Teen Fiction"Andai kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, mungkin gue nggak akan nyakitin lo kaya gini. Iya kan?" "Kalaupun kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, gue akan tetap atur hati gue untuk sayang sama lo. Ya walaupun lo nggak sayang sama g...