0010

85.2K 6.1K 101
                                    

Kring...

Suara bell pertanda dipulangkannya seluruh siswa berbunyi, langsung saja hal ini disapa hangat oleh Kanzia dkk.
"Zi, jangan lupa pr sejarah halaman dua puluh di lks." ucap Arisha.

"Hm. Kalo gue lupa, gue liat lo aja besok." sahut Kanzia seraya memasukkan pulpennya ke dalam tas.
"Yah ada pr, urusannya gue nggak bisa ngevlog lagi deh nanti malem. Sebel ah sebel!" oceh Sheeva memasang wajah cemberutnya.

"Sukurin lu sukurin." sahut Freya sambil membuka bungkus permen gagangnya.

Sedangkan Kanzia, sudah melangkahkan kaki menuju tempat biasa dia menunggu jemputan.

Kanzia mengeluarkan ponsel dan juga earphone.

"Kanzia!" panggil seseorang tepat sedetik sebelum Kanzia menyalakan tombol on.

Kanzia menoleh, lalu mengerutkan keningnya saat melihat Rael yang sudah duduk disamping kanannya "Apaan?"

Rael memasang wajah mikirnya, kemudian dia memberhentikan seorang cowok yang baru saja ingin lewat didepannya.

Rael berdiri "Pinjem pulpen gc!" ucapnya sambil mengadahkan tangannya.

"Pu-pulpen siapa Kak?" sahut cowok tadi agak gemetaran.

"Pulpen lo lah, masa pulpen satpam. Udah mana cepetan pinjem." sahut Rael, Kanzia masih mengernyitkan dahinya.

"Ini Kak. Balikin ya, itu pulpen gue satu-satunya. Kalo nggak dibalikin nan—"

"Berisik lo." Rael sudah kembali duduk disamping Kanzia.

"Siniin tangan lo," pinta Rael sambil mengulurkan tangannya didepan hadapan Kanzia.

"Apaan lo. Mau ngapain?!" Rael tidak menjawab, dia malah sudah menuliskan sesuatu di telapak tangan kiri Kanzia.

Kanzia langsung menarik tangannya saat Rael sudah berhenti menulis disana. Yang dia lihat adalah deretan angka ditambah sebuah tulisan nama kakak kelasnya itu.

"Itu nomor telpon gue, kalo besok atau kapan pun lo kesiangan. Telpon gue aja, nanti gue jemput." ucap Rael sambil melempar pulpen tadi ke pemiliknya.

"Makasih Kak Rael." ucap cowok tadi, Rael hanya mengangguk.

Kanzia menaikan kedua alisnya, bagaimana bisa cowok tadi yang berterimakasih. Padahal Rael yang meminjam sesuatu darinya, bukan sebaliknya.

"Mungkin dia bilang makasih karena gue balikin pulpennya." ucap Rael seperti dapat membaca apa yang Kanzia pikirkan.

"Yaudah sana pulang." ucap Kanzia lalu kembali memasang earphone'nya.

"Nggak ah gue mau disini aja, sama lo." sahut Rael membuat Kanzia kembali membuka earphone'nya.

"Tapi gue nggak mau lo ada disini."

"Emang kenapa? Lo takut jatuh hati ya kalo terus dideket gue?"

Kanzia menarik rambut Rael.

"Enak aja lo kalo ngomong!"

"Aduh sakit ege."

"Nggak usah lebay."

"Sakit nih beneran, coba aja liat sampe rontok rambut gue." ucap Rael sambil mengusap kepalanya bekas kejahatan tangan Kanzia.

"Bodoamat." sahut Kanzia sambil menjulurkan lidahnya membuat Rael mengerucutkan bibirnya. Kanzia susah sekali untuk dimodusi olehnya.

Selang beberapa menit, mata Kanzia melihat mobil yang biasa menjemputnya tiba dengan Pak Abar di dalamnya.

RAENZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang