extra part

89.1K 4.6K 212
                                    

Jam telah menunjukkan angka 07.00, Rendra sedari tadi terus mondar-mandir sambil membuang nafas. Berusaha menghilangkan rasa gugupnya.

Rael mendekati Suma, membisik ditelinga Suma yang tengah duduk disampingnya "Rendra yang mau ngelamar kenpa gue yang deg-degan gini si?" ucap Rael.

Suma menoleh "Gue juga, lagian diamah mondar-mandir gitu, bikin gue deg-degan aja,"

"Ye kambing ikut-ikutan aja lo" sahut Rael, Suma menjitak kepalanya.

Rael berdeham, lalu melangkah mendekati Rendra.

"Dra calm down, nanti lo jangan gugup di depan Daniza, ya walaupun susah si pasti, tapi jangan terlalu ditunjukkin, Bismillah, pasti Daniza jawab iyaa." ucap Rael yang tiba-tiba menjadi sok bijak.

Rendra menatapnya "Aamiin, thanks bro." sahut Rendra, Rael memeluknya.

Tak lama Suma memberi info bahwa Arisha tadi menelfonnya dan mengatakan bahwa Daniza sudah sampai bersama dirinya, Kanzia, Sheeva, dan juga Freya yang memang sesuai rencana mereka berpura-pura mengajak Daniza kemari untuk jalan-jalan.

Setelah mendengar info dari Suma, semua bersiap diposisi masing-masing. Maryam, Refan dan juga Irdina berdiri didekat tatanan lilin yang menyala. Suma siap berdiri di dekat sound system untuk menyalkan lagu lamaran. 

Orang tua Daniza juga sudah ada disana, berdiri didekat orangtua Rendra.

Rael telah siap dengan kameranya, begitupun Rendra, dia telah siap berdiri ditengah hamparan kelopak bunga mawar dengan senyum yang dia lempar untuk Rael yang mengacungkan ibu jarinya.

Tak lama, datang Kanzia dan yang lainnya. Disusul oleh Daniza dengan wajah terkejutnya. Kanzia dan yang lainnya tersenyum ke arah Daniza yang menutup wajahnya, mereka menuntun Daniza untuk berdiri ditengah hamparan kelopak bunga mawar bersama Rendra yang sudah menantinya.

Kemudian Kanzia, Arisha, Sheeva, dan juga Freya berdiri tak jauh dari sana. Suma dengan sigap langsung menekan tombol on dan langsung saja lagu Marry Your Daughter dari Brian McKnight terdengar ditelinga mereka semua.

Sir, i'm a bit nervous

'Bout being here today

Still not real sure what i'm going to say

Rendra tersenyum seraya meraih tangan Daniza untuk digenggam.

Daniza membalas senyuman Rendra. Hatinya hangat.

"Za, kita udah lama bareng-bareng kaya gini. Kamu sama aku udah tau satu sama lain, udah banyak kenangan yang kita buat bareng-bareng," ucap Rendra lalu mengelus pipi Daniza.

Daniza hanya bisa tersenyum.

"Malam ini, aku disini, nyiapin semua ini cuma buat kamu, Daniza. Daniza yang ingin aku sayangi untuk seribu tahun lagi. Za,—" Rendra mengambil nafas lalu membuangnya pelan.

"Nikah yuk," ucap Rendra lalu berlutut di depan Daniza seraya menyodorkan sebuah kotak berisi cincin berlian putih kehadapan Daniza yang sudah meneteskan air mata karena terharu mendengar apa yang baru saja diucapkan Rendra padanya.

Daniza mengangguk "Iyaa, ayuk nikah." begitu sahut Daniza, membuat semua bertepuk tangan meriah. Rendra tersenyum lebar sambil menahan tangis dia memasangkan cincin tadi dijari manis Daniza, setelah itu Rendra kembali berdiri tegak, membawa Daniza ke dalam pelukan hangatnya.

Rael menaruh kameranya, membiarkan kameranya merekam semua dengan sendiri, dia melangkah mendekati Kanzia yang sedang menghapus air matanya.

"Jangan nangis," ucap Rael lalu memeluk Kanzia.

Kanzia tersenyum, terharu di dalam pelukan Rael.

Setelah itu mereka semua memberi selamat pada Rendra dan juga Daniza, Suma dan Rael memeluk Rendra sampai terjatuh-jatuh, membuat semua tertawa bahagia.

▲▲▲▲

"Zi, mau dilamar sekarang apa nanti aja?" tanya Rael sambil menatap Kanzia, setelah acara melamar selesai, Rael dan Kanzia memilih untuk duduk di taman ini dulu daripada pulang kerumah seperti yang lainnya.

"Ha apaansi, masa lo nanya gitu, aneh tau bingung gue jawab apaan."

"Dih apaansi nih cewek kan tinggal jawab, jadi nanti gue ada persiapan,"

"Eh apaan, kalo gue jawab mau dilamar kapan nanti gue udah tau dong lo mau lamar kapan, terus jadi nggak so sweet dong nggak surprise kaya Daniza yang dilamar Rendra" oceh Kanzia.

Rael menatap lampu-lampu taman, benar juga kata Kanzia.

"Iyaa si lo bener, yaudah deh rahasia pokonya nanti lo gue lamar,"

"Kalo gue nggak mau gimana?"

"Eh astagfirullah, emangnya lo nggak mau dilamar sama gue?"

"Mmm... mau nggak ya?" sahut Kanzia seraya menatap Rael dengan wajah mikirnya.

"Maulah, mana ada cewek yang nggak mau dilamar gue,"

"Apaan lo sombong banget!"

"Bodo wlee."

Rael merapikan rambut Kanzia yang terkena hembusan angin. 

"Makasih ya Zi udah ada disini buat aku."

Kanzia menatap Rael lalu tersenyum "Makasih juga udah ada disini jagain Zia, sayang sama Zia,"

"Mau pulang?" tanya Rael seraya mengusap lengan Kanzia.

"Ayuk, udah malem."

Rael mengangguk lalu berdiri, disusul oleh Kanzia.

Mereka berjalan meninggalkan kursi itu.

"Pulang kemana?" tanya Rael setelah merangkul Kanzia.

"Kerumah lah,"

"Kerumah siapa?"

"Kerumah Ayah Alvin sama Bunda Aretta,"

"Ohh, kirain pulang kerumah kita."

"Ih apasi lo, dasar Kakak kelas nggak jelas!" 

"Tapi sayang kan?"

"Enggaaa!"

"Jahat lo!"

"Engga sayang aja tapi sayang banget!"

Rael tertawa mendengar itu. Dia sangat bersyukur atas semua yang telah terjadi. Dan yang paling dia syukuri adalah, Kanzia yang terjadi padanya.

RAENZIA, Rael dan Kanzia.

The End.

______________________________________

Alhamdulillah RAENZIA udah selesai, terimakasih yang udah nunggu,
terimakasih yang udah mau baca,
i can't say anything selain terimakasih dan maaf kalau ada yang merasa ini kurang.

sampai bertemu dicerita baruku!❤

salam hangat, semoga RAENZIA selalu melekat dihati!

Dadahh!

see u soon, sooon🌸❤

RAENZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang