"Kamu mau kemana?" tanya Maryam saat melihat Rael yang sudah rapi dengan kemeja flanelnya.
Rael memasang pengait helmnya "Ada urusan Mi, sebentar doang kok."
"Tapi kamu kan lagi sakit. Suhu panas di badan kamu baru aja turun satu jam yang lalu. Mendingan kamu sekarang ke kamar istirahat." Maryam mengusap lengan Rael.
"Rael udah gapapa Mi. Lagian cuma sebentar kok. Udah ya, Rael pamit." ucap Rael lalu mencium pipi Maryam. Berjalan keluar menuju vespanya terparkir, lalu menjalankan vespanya menuju rumah Kanzia.
Dia hanya ingin melihat Kanzia.
Hatinya tidak tenang, khawatir, dia takut seseorang mengambil Kanzia. Apalagi tadi Rendra pulang kerumah dengan senyum yang terus mengembang.
Rael menekan tombol bel setelah sampai di depan gerbang rumah Kanzia.
Lalu beberapa detik kemudian, muncul seorang wanita yang datang dengan sapu ditangannya.
"Cari siapa ya?" tanya Bibi, asisten rumah tangga Kanzia yang baru saja kembali dari kampungnya.
"Kanzia Bi, ada?"
"Oh, temen cowoknya neng Kanzia? Ganteng-ganteng ya. Yang tadi juga ganteng, tapi yang ini lebih ganteng kayanya hehe." ucap Bibi, Rael hanya tersenyum bingung.
"Eh iya, neng Kanzia'nya tadi diantar Pak Abar ke cafe som som—"
"Someteen?"
"Nah betul! Katanya mau kerjain pr matematika disana. Minta bantuin sama Om Davi."
"Oh, oke. Kalo gitu permisi. Makasih ya Bi."
"Iya sama-sama ganteng!"
Rael menyalakan mesin vespanya, berjalan melewati beberapa rumah, lampu merah dan sampai di depan gedung cafe someteen.
Rael membuka pintu cafe, lalu mata hitamnya langsung menemukan dimana Kanzia duduk dan mengerjakan prnya.
Tapi Rael menahan langkahnya, karena dia melihat seorang cowok yang nampaknya itu adalah seseorang yang tadi bibi sebut 'Om Davi'.
Rael mundur beberapa langkah, lalu duduk dikursi nomor 4.
"Kanzia, Om minta maaf banget sama kamu. Tapi Om harus pergi sekarang, Om lupa kalo hari ini ada meeting sama klien. Maaf ya sayang?" ucap Davi, kalian ingat? Sepupu Alvino.
"Ih Om pake minta maaf segala, gapapa tau. Lagian juga aku yang salah, bilangnya mendadak. Om pergi aja, aku bisa kok kerjain sendiri. Nanti kalo yang nggak bisa aku nyontek aja hehe." sahut Kanzia sambil tersenyum.
"Beneran?"
"Iyaa serius," Kanzia menganggukkan kepala sambil tersenyum.
"Yaudah kalo gitu Om pergi dulu ya. Semangat!" Davi mengusap lembut kepala Kanzia.
"Daah Om!"
"Daah sayang!" Davi berjalan keluar gedung cafe ini sambil membawa sebuah tas, mungkin isinya adalah data-data untuk meeting.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAENZIA
Teen Fiction"Andai kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, mungkin gue nggak akan nyakitin lo kaya gini. Iya kan?" "Kalaupun kita bisa atur hati untuk sayang sama siapa, gue akan tetap atur hati gue untuk sayang sama lo. Ya walaupun lo nggak sayang sama g...