0044

77.4K 5.8K 712
                                    

Jika ada orang yang paling jahat di dunia, mungkin Rendra adalah orangnya. Jika ada orang paling bodoh di dunia mungkin Rendra adalah orangnya.

Jika ada seseorang yang harus tertabrak oleh mobil tadi. Harusnya orang itu adalah Rendra. Bukan Rael. Bukan.

Rendra membantu dokter dan dua petugas rumah sakit ini mendorong dengan cepat brankar, begitupun Kanzia, dia terus menerus menangis sambil memanggil nama Rael. Mengusap tangan Rael berharap Rael akan bangun untuknya.

"Dokter saya mohon tolong Kak Rael saya mohon." ucap Kanzia saat dokter ingin memasuki ruang operasi.
Dokter tersenyum "Doakan yang terbaik untuk temanmu." lalu dokter masuk ke dalam sana.

Kanzia dengan langkah lemas mendekat ke arah pintu ruang operasi. Dia melihat tanganya yang penuh dengan darah. Kemudian duduk didepan pintu. Memeluk kedua kakinya, lalu menangis dengan keras.

Sedangkan kedua orang tua Rael dan Rendra baru saja tiba dengan Irdina. Bersamaan dengan orang tua Kanzia yang tadi ditelfon oleh Kanzianya.

"Zia!" teriak Aretta, Kanzia sontak menoleh. Lalu berdiri.

Aretta membawa Kanzia ke dalam pelukan hangatnya.

"Bunda Kak Rael bunda. Kak Rael," ucap Kanzia terisak. Aretta yang mendengarnya ikut menangis. Dia mengusap lembut rambut Kanzia berusaha membuat anaknya tenang.

"Zia ada Bunda sama Ayah disini. Kamu tenang sayang, tenang." sahut Aretta. Alvino mendekat, lalu mengusap lembut punggung Kanzia lalu memeluk kedua wanita yang paling dicintainya.

"Umi Kak Lael kenapa, kok Umi nangis? Kak Lael lagi disuntik sama dotel ya Mi?" tanya Irdina dengan wajah polosnya.

Maryam menghapus air matanya lalu membungkuk "Irdina doain abang Rael ya," ucapnya, lalu memeluk Irdina.

Setelah menunggu empat jam tepatnya. Dokter tadi keluar dengan keringat disekitar kepalanya.

"Dokter bagaimana anak saya dokter." tanya Maryam dengan air mata yang masih berjatuhan.

Kanzia bangkit dari duduknya. Mendekat ke arah dokter.

Sedangkan Rendra tetap memilih berdiri jauh disana.

Dokter membuka masker operasinya.
Dia membuang nafasnya "Pasien mengalami luka dalam dibagian kepala, sehingga mengeluarkan banyak darah. Dan karena itu. Maaf saya harus mengatakan ini. Pasien mengalami koma."

Penjelasan itu. Berhasil membuat Maryam menangis sejadi-jadinya dipelukan Refan.

Penjelasan itu berhasil membuat Kanzia hilang kesadaran dan dibawa ke ruang IGD.

Penjelasan itu paling berhasil membuat Rendra merasa seperti tersengat listrik. Rasa bersalah langsung menghujani hatinya. Dan air mata Rendra jatuh untuk Rael, jatuh untuk pertama kalinya.

Rendra melangkah menghampiri dokter lalu menarik kerah baju dokter itu "Lo bohong kan?! Dia baik-baik aja kan?! Nggak mungkin dia koma!"

Maryam sontak menarik tangan Rendra, membawa Rendra kedalam pelukannya.

"Rendra jangan sayang, jangan." ucap Maryam. Memeluk Rendra dengan erat.

Rendra kembali menjatuhkan air matanya. Ada ribuan pisau yang menusuk hatinya. Sakit, sekali.

Rendra melepas pelukan Maryam. Dia terduduk lemas, tangannya memukul lututnya. Rendra sangat menyesal. Sangat-sangat menyesal.


▲▲▲▲

"Kak Rael mau kemana?" tanya Kanzia saat melihat Rael yang berjalan disebuah taman penuh bunga mawar putih.

Rael menghentikan langkahnya, lalu Kanzia berdiri di hadapannya.

RAENZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang