0021

68.3K 5.5K 88
                                    

"Minta ditonjok banget ye temen lo yang dua itu!" respon Suma saat Rael baru menyelesaikan ceritanya. Sebenarnya Rael tidak ingin cerita soal ini, tapi karena tadi ternyata Suma melihatnya saat dibawa ke ruang kepala sekolah, Suma jadi memintanya untuk menceritakan semua dengan jelas.

"Yaudah lo nggak usah emosi gitu. Jelek muka lo." sahut Rael lalu mengambil kentang goreng milik Suma.

Semenjak Rael meminta Suma untuk membantunya mengerjakan pr matematika Kanzia, hubungan keduanya kini membaik. Bahkan sangat membaik. Mereka sekarang jadi sering berbicara berdua, baik disekolah maupun diluar. Dan Suma sangat merasa bersyukur atas semuanya.

"Untung ya masih ada gue. Jadi lo kali nongkrong gini nggak keliatan elon banget."

Rael menginjak kaki Suma.

"Rendra gimana?" tanya Rael sedikit pelan, takut ada yang mendengar karena kantin cukup ramai.

"Gimana apanya nih? Baunya? Kalo baunya, akhir-akhir ini jadi lebih wangi. Gue sampe eneg kalo duduk sama dia. Kadang gue sampe-sampe rela pindah duduk sama anak paling bego dikelas biar nggak nyium wanginya si Rendra." oceh Suma yang memang menjadi teman sebangku Rendra, tapi menurut Rael penjelasan itu agak sedikit terlalu berlebihan.

"Maksud gue bukan itu bego!"

"Ya lagi lo, kalo nanya jangan setengah-setengah! Jadi mubazir kan penjelasan gue yang tadi!"

"Makanya dengerin dulu jangan kebanyakan ngoceh kaya ibu-ibu arisan!"

"Enak aja lo! Jadi maksut pertanyaan lo itu apa?"

Rael membuang nafasnya "Rendra masih suka ngomongin almarhum Lia?" ucap Rael, hatinya sesak saat mengucapkan almarhum.

Begitupun dengan Suma "Mmm... Masih sih, kadang-kadang doi juga minta gue buat nemenin dia ke makamnya Lia. Terakhir satu bulan yang lalu."

Rael tersenyum, ada rasa senang walaupun hanya secuil terdapat jauh dilubuk hatinya saat mendengar bahwa Rendra masih ingat Reylia dan masih mau mengunjungi makam adiknya.

"Terus Rendra masih kaya biasa sama lo?"

Suma menghembuskan nafasnya "Agak berubah si. Mungkin dia sedikit kecewa karena gue sama lo jadi akrab lagi." Suma tersenyum tipis "udah-udah jangan sedih, Lia pernah bilang waktu itu sama gue, katanya lo nggak boleh sedih. Kalo lo sedih dia bakal nampol gue, lo mau gue ditampol walaupun cuma lewat mimpi?"

"Nggak lah! Gue nggak mau lo ditampol."

"Lo emang the best!"

"Ditonjok aja biar lebih berasa."

Suma menjitak kepala Rael.

"Sakit bego!"

"Sukur! Itu nggak seberapa, gue mau ke toilet dulu. Awas lo nanti gue tonjok!" Rael hanya menunjukkan jari tengahnya. Dan dia tersenyum saat Suma sudah tak ada dihadapannya. Dia senang, sangat senang bisa kembali seperti dulu dengan Suma.

Flashback on...

"Eh Sumo, mau pesen apa lo?" tanya Rendra sambil melihat buku menu cafe someteen ini.

"Ha? Jadi duta sampo pantin?" sahut Suma pura-pura tidak dengar karena tidak terima dengan panggilan Rendra.

"Pantin? Ikan patin?" sahut Reylia beralih dari ponselnya.

"Bukan sayang, nggak usah dibahas omongan Suma. Nggak bener semua hehe" sahut Rendra sambil menepuk pundak kepala Reylia penuh sayang.

"Woi sori telat! Gue bantuin Umi pasang lampu dulu tadi." ucap Rael yang baru saja datang dengan rambut berantakannya.

RAENZIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang