1

48.1K 2.9K 386
                                    

Author's PoV

Sebuah mobil berwarna hitam melaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan hutan yang tertimbun salju tebal. Seolah ingin segera sampai di tempat tujuan, sanv pengemudi pun makin mempercepat laju mobilnya. Sesekali ia mencuri pandang pada si penumpang yang tengah duduk di sebelahnya, sedang menatap malas kaca mobil berkabut itu.

"Kamu daritadi kenapa melamun?"

Sosok yang tengah diajak bicara itu pun menoleh malas ke arah si pengemudi.

"Masih lama? Aku bosan melihat hutan terus. Kapan sampainya?" Keluh lelaki bersurai hazel tersebut.

"Kamu sudah berjanji untuk setuju dengan rencana eomma, Jim. Jangan menunjukkan wajah tak tertarik seperti itu!" Tegur si pengemudi.

Lelaki bersurai hazel itu pun kembali mengehela panjang nafasnya.

Tak pernah terlintas di pemikirannya, bahwa seorang Park Jimin akan meninggalkan kota Seoul dan kegemerlapannya untuk berpindah ke tempat yang ia asumsikan antah-berantah ini. Bukan tanpa sebab ia berkata demikian, bayangkan saja ia telah berkendara dengan eomma nya selama kurang-lebih lima jam. Beratus kelokan, tanjakan bahkan hutan, telah ia lalui. Tetapi tetap saja ia tak kunjung sampai di tempat yang menurut eomma nya baik untuk meluruskan tabiatnya.

Memang benar, Jimin bisa dikategorikan sebagai anak nakal jika dikaitkan dengan berapa uang yang ia buang untuk berfoya-foya serta berapa puluh wanita yang telah menghangatkan ranjangnya. Jika hal tersebut menjadi patokan bagi orang lain untuk mengklasifikasikan 'nakal' itu seperti apa, maka jelas Jimin pantas mendapat julukan itu. Sebenarnya bukan kemauan Jimin sepenuhnya untuk bertabiat demikian. Jika saja ia tak menentang takdirnya dan jika saja appa nya tak membencinya.

Takdir Jimin adalah seorang werewolf dengan ranking omega. Tugasnya tentu adalah breeding dan memproduksi pup bagi seorang alpha yang akan menjadi mate nya kelak. Tetapi Park Jimin justru menentangnya. Selain ia berkilah bahwa ia memiliki ketertarikan hanya pada wanita, bukan pada laki-laki. Apalagi nantinya ia yang nantinya berada di posisi bawah. Membayangkannya saja sudah mampu membuat Jimin begidik ngeri.

Menjadi seorang omega bukanlah suatu hal yang menjadi kebanggaan bagi Jimin, begitu pula dengan appa nya. Terlahir sebagai anak pertama dan beranking omega membuat appa Jimin seakan menanggung perasaan kecewa yang luar biasa. Seorang anak yang diharapkannya menjadi penerusnya itu justru bertakdir menjadi penghangat ranjang seorang alpha.

Seumur hidupnya, Jimin seakan tak dianggap oleh sang appa. Hanya difasilitasi materi yang berlimpah, tanpa ada kasih sayang yang didapat selain dari eommanya. Keadaan makin buruk setelah ia memiliki seorang adik laki-laki yang beranking alpha. Semakin pupus harapan Jimin untuk sekedar disapa oleh appa nya. Yang ada tuan Park semakin jengah terhadap kelakuan nakal Jimin dan berakhir mengasingkannya di tempat antah-berantah ini.

"Satu belokan lagi kita akan sampai, Jim. Bersiaplah." Ujar eommanya sembari tersenyum ke arah Jimin yang tengah memutar bola matanya malas.


Mobil sedan hitam itu pun berhenti depan sebuah mansion yang terlihat sangat tradisional di mata Jimin. Bangunan tersebut dibuat dari susunan kayu yang dirakit apik bukan dinding kokoh yang terbuat dari semen. Memang besar tapi terlihat sangat kuno untuk ukuran jaman sekarang.

Pada bagian gerbang, Jimin dan eommanya telah dihadang oleh dua orang penjaga yang menyambut kedatangan mereka. Dengan sigap Nyonya Park pun menurunkan kaca mobilnya.

"Selamat sore, aku membawa anakku atas nama Park Jimin untuk training camp." Jelas Nyonya Park.

"Tunggu sebentar, saya laporkan kepada kepala pack."

Courting You (Yoonmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang