BAB 5

55.8K 2.9K 21
                                    

Alex menatap pelajaran dengan pandangan bosan. Pelajaran hari ini adalah sejarah, Alex lebih memilih menghabiskan waktunya dengan berkas-berkas yang menggunung daripada mendengar pelajaran yang terasa seperti dongeng.

Suara yang terdengar mengalun indah, suasana yang hening, kepala yang sudah berada di meja ditambah Alex yang baru tidur tengah malam begitu mendukung utuk membuat Alex tertidur.

Beberapa kali Alex menguap yang membuat matanya berair. Alex memerhatikan sekitar dan mendapati sebagian teman-temannya sudah tertidur. Bahkan ketua osis yang sekelas dengannya ikut tertidur.

TRING!!!!!

Bel yang berbunyi membuat semua wajah langsung terbangun. Guru sejarahnya keluar dari kelasnya yang diikuti oleh beberapa murid yang ingin pergi membeli makanan di kantin.

Alex masih menelungkup di kedua tangannya yang berada di meja. Kelas sudah sepenuhnya kosong. Dia hanya ingin menikmati waktu tidurnya jika saja perutnya berbuyi menandakan kalau dia kelaparan.

Alex pergi menuju kantin bersamaan dengan anak kelas sebelah. Mereka terkejut sekaligus tersanjung karena bisa pergi bersama dengan Alex. mereka mengajak Alex untuk mengobrol walaupun hanya hal sepele.

Alex menjawab semua pertanyaan itu walaupun hanya dengan jawaban sederhana. Mereka semua sampai di kantin. Alex berpisah dengan mereka karena melihat teman sekelasnya menyisakan beberapa kursi.

Alex duduk di kursi dan kembali memainkan ponselnya. Teman-temannya yang lain sedang membicarakan tentang tidak datangnya Unna dan Bryan kesekolah. Mereka bahkan tidak mengirimkan kabar tentang tidak masuknya mereka.

Kantin yang ramai berubah menjadi sunyi. Alex melihat kesamping dan mendapati seorang siswa dengan pakaian yang melanggar peraturan duduk disamping mejanya. Ditambah dengan rambut yang terlihat acak-acakan.

Benar-benar khas seorang bad boy.

Alex mengangkat bahunya dan kembali memainkan ponselnya. Teman-teman yang berada disampingnya juga tidak mempedulikan kedatangan bad boy sekolah mereka.

Untuk apa peduli, toh mereka sekelas.

Alex mengambil sebuah sumpit yang berada di depannya. Dia melempar sumpit itu menuju sang bad boy dan lemparannya mengenai kepala si bad boy.

Si bad boy mengambil sumpit itu dan melirik sana-sini dan mendapati Alex yang sedang menatapnya. Bukannya marah, dia hanya menyengir lalu ikut duduk dimeja Alex. Teman-temannya yang sibuk mengobrol terkejut saat si bad boy ikut dimeja mereka.

"tadi pas sejarah kemana?"tanya Alex to the point.

Si bad boy hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya. Teman-temannya juga ikut menatap si bad boy dengan tatapan tajam, sedangkan sohib si bad boy sedang memesankan makanan.

"biasa Lex, bolos di atap"

"enak banget lo main bolos gitu aja. Kita menderita tau selama sejarah. Mana tuh suara bikin gue ngantuk lagi"Indri menyolot perkataan si bad boy dengan ekspresi kesal

"bahkan gue aja yang ketos sama ketua kelas ketiduran. Untuk aja tuh guru cuman fokus sama dongengnya kalau enggak bisa abis gue"lanjut Wildan sambil menunjuk dirinya seakan-akan dia sedang bangga pada dirinya.

"hampir sekelas ketiduran bahkan Alex aja udah beberapa kali nguap"akhir Nabilla.

"yang bener lo, Alex aja bahkan sampe ngantuk? Gila. Kayaknya kemampuan ngedongengnya makin bagus"

Alex berdiri dan menjitak kepala si bad boy.

"gue bergadang ngerjain laporan P.A, wajarlah kalau gue ngantuk"

"shh....ya maaf"ujar si bad boy-Davin-sambil mengusap-usap kepalanya yang sebenarnya cukup sakit mendapat jitakan dari Alex.

Davin memang selalu terlihat seperti remaja biasanya bila dia bergaul dengan teman sekelasnya. Aura Alex yang memancarkan kekuasaan benar-benar membuatnya terintimidasi.

Sebenarnya bisa saja dia membalas jitakan alex dengan perkataan kasarnya tapi entah kenapa dia malah menyukai perlakuan Alex. Alex seperti kakak baginya walaupun Alex adalah siswi yang paling muda diangkatannya.

Alex tidak pernah menghakimi saat dia melakukan kesalahan malahan terkesan memaklumi sikapnya itu. Alex hanya memberi beberapa nasehat kepadanya yang entah kenapa tidak terkesan seperti menghakimi.

Davin selalu berpikir kalau perempuan akan selalu menyebalkan dengan mengatur-atur sikapnya. Semua pemikirannya itu dipatahkan oleh Alex. Alex tidak pernah menginginkan Davin berubah tapi dia hanya memberi nasehat yang membuat dia sedikit berubah.

Saat dia SMP dia selalu merokok maupun meminum minuman keras, memasuki masa SMA kebiasaannya itu mulai berkurang sedikit demi sedikit walaupun dia masih melakukannya.

Alex tahu kalau dia secara tidak langsung sudah merubah Davin menjadi sedikit lebih baik. Inilah kemampuan yang benar-benar menguntungkannya, menghasut lawan tanpa disadari.

Alex memang memberi nasehat kepada Davin tetapi dia juga menyelipkan beberapa hasutannya agar dia mau merubah sikapnya. Dia hanya perlu mengeluarkan kata-kata yang pantas dengan nada yang dibuat setenang mungkin.

Dia tahu, manusia tidak suka kalau dia dihakimi baik secara halus maupun secara gamblang. Maka dari itu dia hanya perlu menghasut Davin tanpa sepengetahuannya agar mau berubah.

Hasilnya, Davin mengurungi catatan guru BK dan membuat beberapa guru memujinya karena pretasinya dalam bidang basket. Yah, bad boy tetap bad boy, walaupun sudah sedikit berubah bukan berarti dia akan menghentikan kenakalannya.

Beberapa kali Davin harus menerima beberapa lebam di wajahnya karena berkelahi, dulu alasan berkelahinya adalah harga dirinya sekarang dia berkelahi karena ada yang mengejek kakak tercintanya. Siapa lagi kalau bukan Alex.

Alex bahkan harus mengeluarkan siswa itu karena dia terus-menerus menyulut emosi Davin dengan mengejek dirinya ditambah dia juga khawatir dengan keselamatan siswa itu bila tidak dikeluarkan.

Anehnya, Davin tidak pernah memiliki perasaan lebih kepada Alex. Hanya perasaan seorang adik yang ingin melindungi kakaknya

Bukan hanya dirinya yang menjadi alasan berkelahinya, teman satu kelasnya sekarang mejadi alasannya berkelahi.

Jika ada yang berani mengejek atau pun berkelahi dengan salah satu dari anak kelas 11 IPA 1 maka akan dipastikan dia akan ditemukan dengan keadaan babak belur. Terkadang Alex merasa kalau mereka mempunyai bodyguard.

Yah, itu lebih baik daripada dia merasa seorang preman yang berusaha menguasai satu sekolah. Dan sekarang Alex harus berusaha mengendalikan Davin bila dia tahu bagaimana kelakuan Bryan dan Unna kepada mereka.

Alex yakin kalau mereka berdua akan mendapat beberapa luka lebam di wajah mereka jika Alex dan yang lain memberitahu kepada Davin tentang sikap Unna dan Bryan kepada mereka.

Selama Unna dan Bryan masuk disekolah ini, mereka belum pernah dengan si bad boy yang sadis. Davin Ramadyo, Seorang anak pengusaha yang terkenal.

***

Alex sedang berjalan di trotoar. Dia telat mengambil pemberangkatan bus yang terakhir sehingga dia harus berjalan kaki. Ditambah tidak ada taxi yang lewat membuatnya terpaksa berjalan kaki.

Dia terus berjalan kaki sampai melihat didepannya terdapat sebuah mobil dengan kap depan yang terbuka terparkir di sisi jalan. Alex menghampiri mobil itu dan mendapati ada seorang pria paruh baya yang sedang mengotak-atik mesin.

Alex memakai tudung jaketnya lalu dengan masker hitam. Dia menghampiri pria paruh baya.

"Tuan, ada apa dengan mobil anda?"

Pria paruh baya itu mengangkat kepalaya yang membuat Alex terkejut sekaligus memaki dirinya sendiri.

Sial, kenapa aku harus bertemu dengan Tuan Carmon?

TRUE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang