BAB 41

22.2K 1.3K 20
                                    

Bau busuk dan basah.

Itu yang pertama kali Rachel rasakan saat membuka matanya. Dia berusaha untuk duduk dan melihat sekitar. Keadaan yang gelap membuat dia susah untuk melihat. Rachel berusaha untuk menajamkan penglihatannya sehingga keadaan tempat dia berada sedikit terlihat.

"Gudang tidak terpakai, kah?"

Bau busuk semakin mengusik penciuman Rachel. Rachel mengernyit dan menyembunyikan wajahnya dengan bersandar pada lututnya. Hidung Rachel sudah berubah menjadi memerah karena bau busuk itu.

Kriet!

Suara pintu terbuka terdengar oleh Rachel. Dia tidak bergerak, berpura-pura tidur walaupun posisinya sedikit mencurigakan untuk dikatakan sedang tidur.

"Tampaknya dia sudah bangun, tapi kembali tertidur." suara bass terdengar oleh Rachel. Menandakan bahwa yang sedang berbicara adalah seorang lelaki.

"Lebih baik terus tertidur. Jika dia bangun akan sangat menyusahkan untuk mengurusnya kembali tenang." suara lembut menyaut.

Pria itu tertawa mendengar itu. "Tapi, dilihat dari wajah dan badannya, dia memiliki harga yang sangat tinggi. Kita akan kaya jika berhasil menjualnya di pelelangan besok."

Suara lembut itu mendengus. "Lebih baik kita pergi dari sini, sebelum dia terbangun dan membuat kita kesusahan."

Kedua orang itu pergi meninggalkan Rachel yang terdiam mendengar perkataan mereka berdua. Suara detuman pintu terdengar dan Rachel langsung mengangkat kepalanya dengan wajah yang sangat terkejut.

"Harga tinggi? Jual? Apa maksudnya ini?! kalian mau menjual ku?!"

Rachel menggeram marah saat kembali mengingat perkataan dua orang tadi, dia secara perlahan mengeluarkan sebuah pisau lipat dari saku celananya lalu mulai memotong tali yang mengikat tangannya.

"Beraninya mereka berniat untuk menjualku?! Akan aku pastikan kalian di jual di pasar gelap!" gumam Rachel dengan penuh penekanan sambil memotong tali yang mengikat tangannya dengan pisau lipat yang berhasil ia ambil.

-TRUE-

"Jadi sampai sekarang, Rachel belum ditemukan?" tanya Leslie pada Emily.

Emily menggeleng pelan. "Belum," jawabnya khawatir.

Leslie menghela napas, dia menggaruk belakang kepalanya. Sebenarnya dia tidak begitu panik saat mengetahui Rachel tertangkap. Ini bukan kali pertama dia diasumsi ditangkap atau diculik. Sebelum Rachel mengenal Emily,dia sering mengalami ini.

Awalnya Leslie pun khawatir. Tapi, tiga hari kemudian, Rachel tertidur di sofa apartemennya dengan baju yang penuh dengan bercak darah dan bau tanah. Dia langsung mengganti sofanya dengan yang baru karena bercak darah itu menempel di sofanya.

Leslie menghampiri Emily lalu menepuk kepalanya dengan pelan. Emily yang sedang menunduk menatap Leslie dengan putus asa. Temannya sekarang entah di mana, entah masih hidup atau tidak.

"Tenang saja, Rachel akan segera kembali. Ini bukan pertama kalinya Rachel seperti ini."

Emily mengangguk pelan, dia menarik napas lalu menenangkan dirinya. "Daripada kau khawatir tidak jelas seperti ini, bagaimana jika kau beritahu aku tentang apa saja yang dilakukan Rachel sampai dia belum kembali."

"Beberapa hari yang lalu, Rachel menemukan seorang gadis." Emily memulai penjelasannya. Leslie melipat kedua tangannya, menunggu Emily melanjutkan penjelasannya.

"Rachel saat itu sedang berdiam diri di atap gedung tua dan melihat seorang gadis tengah berlari karena dikejar oleh orang semacam bodyguard, Rachel sempat mempoto wajah gadis itu dan itu yang membuat dia terkejut hingga mau mengejar gadis itu. Hanya saja dia berakhir dihajar oleh orang-orang itu dan gadis itu sempat memukulnya sebelum kabur."

Leslie menajamkan matanya, penjelasan Emily memang jelas, tapi ada hal yang membuat dia penasaran. Rachel bukan orang yang akan mengejar seseorang jika dia tidak tahu siapa dia atau mengenali wajahnya.

"Siapa gadis itu?" tanya Leslie.

"Kami belum yakin dengan itu, tapi, dilihat dari poto tersebut." Penjelasan Emily terhenti begitu saja. Dia mengepalkan kedua tangannya dengan erat, seakan-akan menolak untuk memberitahu Leslie lebih lanjut.

Leslie mengangkat sebelah alisnya saat melihat kelakuan Emily. "Aku tidak pernah mengajarimu untuk memotong penjelesanmu, Emily! Siapa gadis itu?"

"Gadis itu terlihat mirip--- tidak, gadis itu sangat mirip dengan Kak Zana."

Leslie membelalakkan matanya. "K-kak Zana? Maksudmu ... Alex?"

Emily mengangguk pelan. Leslie terdiam, secara perlahan dia mengatur napasnya lalu terduduk di kursi sofa, berhadapan dengan Emily. Leslie memegang kepalanya dan masih membelalakkan matanya.

"Alex benar-benar masih hidup?" gumam Leslie.

"Maafkan aku, Rachel."

-TRUE-

Archard melihat keluar jendela perusahaannya. Merenungi kejadian 2 tahun lalu, di mana dia kehilangan ayah yang begitu ia banggakan dan luka bakar yang berada di wajahnya. Archard berhasil keluar dari gedung itu sebelum gedung itu meledak. Hanya saja, ledakan itu membuat wajahnya terluka, menyebabkan luka bakar menghiasi setengah dari wajahnya.

Pintu ruangan Archard terbuka, seorang wanita dengan sebuah berkas ditangannya menghampiri Archard. Archard berbalik dan menatap wanita itu dengan datar, wanita itu adalah sekretarisnya yang baru.

"Tuan Archard." Wanita itu sedikit membungkuk pada Archard.

"Ada apa?" Tanya Archard.

Wanita itu memberikan berkas yang berada di tangannya pada Archard. "Saya menemukan beberapa data mengenai korban kejadian dua tahun yang lalu."

Archard mengambil berkas itu lalu mulai membacanya. Dia mengerutkan dahinya saat menemukan beberapa data yang belum ia baca sebelumnya. Wanita itu menatap Archard dengan datar.

Archard membuka lembar demi lembar berkas itu. Dia membelalakkan matanya saat menemukan riwayat salah satu sepupunya yang dianggap meninggal.

'...... Alula Jin-Kyong dinyatakan masih hidup.'

"Apa ini?! Jadi maksudmu, sepupu sialanku masih hidup? Itu artinya Alex masih hidup?!" Tanya Archard penuh emosi.

"Nona Alex masih belum dinyatakan hidup, mereka -sumber data tersebut- tidak memiliki bukti yang cukup agar bisa mengatakan bahwa nona Alex masih hidup." Wanita itu menjelaskan tanpa merasa takut melihat Archard yang sudah terbakar emosi.

Archard mencengkram berkas itu dengan kuat. Dia menggertakkan giginya, dia sudah cukup tenang dengan kabar kedua sepupunya masih hidup, sekarang salah satu sepupunya malah ditemukan masih hidup. Fakta ini tidak bisa diterimanya!

"Dimana gadis sialan itu?!"

"Lokasinya belum ditemukan, tapi mereka yakin bahwa dia masih berada di negara ini."

Archard menutup wajahnya lalu mulai mengatur napasnya dengan perlahan, mencoba untuk mengatur emosinya agar menjadi lebih tenang. Archard menjauhkan tangan dari wajahnya lalu menatap wanita itu dengan tajam.

"Soni, aku ingin kau mencari lokasi dia, temukan dia dan bawa dia ke sini. Aku tidak peduli cara apa yang kau gunakan tapi aku ingin dia berada di depan wajahku secepatnya!"

Wanita itu membungkuk lalu diam-diam menunjukkan seringainya. Dia berdiri lalu menatap Archard dengan wajah datarnya. "Baik, Tuan. Saya akan menemukan gadis itu dengan segera."

"Kalau begitu saya izin undur diri. Saya harap anda segera bersiap-siap. 10 menit lagi kita akan akan rapat dengan ELVA'S CORP." Soni mengambil berkas yang di pegang oleh Archard yang sudah tidak berbentuk lalu keluar dari ruangan Archard.

Archard bersandar di kursinya lalu kembali menatap keluar jendela, mengeratkan rahangnya dan mengepalkan sebelah tangannya.

"Kali ini kau akan mati di tanganku, Kyong."

*****

Sekalinya update malah gajelas

Bye aja

TRUE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang