BAB 31

25.2K 1.5K 68
                                    

Alex sedaritadi masih terjaga, menatap keluar dari jendela helikopter. Dia tahu, Leslie belum tidur sama sekali. Leslie hanya menutup matanya, sedangkan di sebelahnya sudah ada Alula yang tertidur. Alula menyadarkan kepalanya pada bahu Leslie.

Alex menghela napas. Saat ini suasana hatinya sedang tidak baik. Hanya tinggal dia, Leslie, Alula dan Unknow yang belum tertangkap, hampir semua dari anggotanya sudah tertangkap.

Jujur, dia sudah lelah. Lelah menghadapi semua ini. Lelah menjadi dirinya yang saat ini. Lelah menjadi sesosok phoenix . Alex menatap di depannya dengan tatapan menerawang.

Leslie membuka kedua matanya, dia melihat Alex yang melamun. Entah apa yang sedang Alex pikirkan. Leslie merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah ponsel yang sedang menampilkan sebuah lingkaran kecil dengan sebuah titik yang lumayan jauh dari posisinya.

"Mereka tidak akan kenapa-napa, Alex. Selama Ramon masih hidup maka yang lainnya masih selamat dan juga Kennard masih terkontrol," ujar Leslie.

"Ya ... kau benar. Aku hanya terlalu khawatir, itu saja. Tidak perlu dipikirkan," jelas Alex.

Leslie mengangguk. Dia kembali memejamkan matanya dan terlelap, tampaknya dia sangat kelelahan hari ini. Alex yang melihat itu tersenyum, dia menyamankan posisinya lalu mulai terlelap.

Bermimpi bertemu dengan ibunya yang sedang tersenyum sendu. Alex tahu maksud senyum ibunya itu. 

-TRUE-

Richard tersenyum melihat anaknya yang sedang sibuk berlatih bela diri. Anaknya memang pantas untuk mewariskan usahanya, dengan wajah yang tampan dan kharisma yang begitu kuat, anaknya pasti bisa menjadi pemimpin yang hebat nantinya.

Richard menghampiri anaknya lalu memuji, "Anak ku, kian hari kau semakin tampan saja!"

Archard berbalik dan melihat ayahnya yang berjalan menuju arahnya. Senyum penuh rasa bangga terhias di bibir ayahnya, hal itu membuat Archard merasa bahagia dan puas.

Tujuannya sejak ia kecil adalah mendapat senyuman penuh rasa bangga dan pujian dari sang ayah. Ah, dan juga ada satu lagi yang belum tercapai dari tujuannya, melihat kedua sepupu-nya hancur. Mengingat itu membuat semangat Archard semakin membara.

"Ayah bisa saja, aku hanya sekedar melatih badanku." Archard sedikit merendahkan diri.

"Ayah yakin di masa depan nanti kau akan membuat lelaki tua ini bangga," ujar Richard. Dia menepuk pundak anaknya dengan penuh rasa harap. "Jangan buat Ayahmu ini kecewa, Anakku."

Archard mengangguk patuh. Tentu saja dia tidak ingin mengecewakan ayahnya. Sudah cukup dia mengecewakan ibunya hingga akhirnya dia mendapat caci maki yang berujung dengan membandingkan dirinya dengan kedua sepupunya.

Archard menggertakkan giginya, dia paling tidak suka dengan yang namanya dibandingkan, sekalipun kenyataannya memang sepupunya lebih baik dari pada dirinya. Richard sedikit mundur dan Archard kembali memukul samsak yang berada di depannya, meluapkan semua emosi yang berada dalam hatinya.

Richard diam-diam menyeringai melihat tingkah anaknya. Dia tahu, Archard tidak pernah suka dengan duo A itu. Mereka memang satu keluarga, satu darah, bahkan memiliki nama belakang yang sama.

Pepatah selalu mengatakan, "Darah lebih kental dari air" yang artinya hubungan darah itu sangat kental, tapi kata-kata itu akan terbantahkan jika melihat keadaan keluarga Camron. Keluarga yang terlihat makmur dan damai tapi bercerai berai di dalamnya.

"Cukup latihannya, anakku. Saat ini aku ingin menunjukkan sesuatu kepadamu. Ikutilah akulah aku!" Richard langsung pergi meninggalkan anaknya yang sedang sibuk mengelap keringat di tubuhnya.

TRUE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang