Alex memainkan ponselnya di balkon kamarnya, tidak mempedulikan angin malam yang berhembus. Alula dan yang lainnya sedang berada di dalam kamar, menonton sebuah acara TV.
Alex melihat Leo yang begitu sibuk memainkan ponselnya bersama Alula. Mereka berdua memang terlalu terpaku pada gadget mereka. No smartphone no life, ya, mungkin bisa dikatakan seperti itu.
Ramon menghampiri Alex dengan sebuah jaket berada di tangannya. Ramon memakaikan jaket tersebut kepada Alex. Alex tersenyum melihat Ramon yang merangkul pundaknya.
Ramon memperhatikan Alex yang kembali sibuk dengan ponselnya. Mereka semua pun sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Alex terlihat begitu serius dengan ponselnya. "Kau darimana saja, Leslie?"
Ramon terkejut saat melihat Leslie yang sedang berdiri di pagar balkon. Leslie hanya sekedar menguap, tampaknya dia sangat kelelahan. Berlari di sekitar hutan itu memang perlu tenaga yang banyak.
Leslie menutup mulutnya. "Aku hanya berjalan-jalan saja. Tidak melakukan hal aneh kok."
Leslie turun dari pagar itu lalu berjalan masuk ke dalam kamar. Sebelum itu, dia sempat memukul keras punggung Ramon. Ramon terkejut dan kesakitan, dia mengelus punggungnya lalu menatap Leslie dengan tajam.
"Apa salahku?" tanya Ramon.
Leslie berbalik sambil menunjukkan wajah santainya. "Aku hanya ingin memukul punggungmu dan sedikit memberimu pelajaran karena sudah dengan seenaknya merangkul pundak Alex tanpa status yang jelas."
Leslie menghampiri Alula setelah dia mengambil laptopnya. Dia kemudian terlarut dalam pekerjaannya didampingin oleh Alula. Ramon yang mendengar perkataan pun mulai berpikir.
Dia melihat Alex yang sama sekali tidak terganggu. Terlalu sibuk dengan ponselnya selalu membuat Alex lupa diri.
Status yang jelas, ya? Ramon bertanya-tanya dalam hatinya.
-TRUE-
Alex dan yang lainnya turun, berjalan menuju ruang makan, di mana anggota keluarganya berkumpul di sana. Alex berjalan duluan bersama yang lain. Leslie berjalan paling belakang.
Dia dengan teliti memperhatikan semua detail villa itu. Tidak ada satu pun yang terlewatkan dari pandangannya. Setelah merasa cukup, Leslie menyusul yang lainnya karena sudah tertinggal.
Mereka pun sampai di ruang makan, Alex dan yang lainnya mengambil tempat duduk yang sedikit jauh dari keluarga Camron. Tuan Camron yang tahu pun langsung menyuruh agar Alex dan yang lainnya mendekat.
Mereka hanya bisa menuruti perkataan beliau. Makan malam mulai dihidangkan oleh beberapa koki yang berada di villa itu. Mereka memakan makan malam mereka dengan lahap.
Keluarga Camron terus berceloteh mengenai banyak hal. Alex dan yang lainnya tidak ikut dalam percakapan mereka. Memilih untuk diam dan menikmati makanan mereka.
Tidak memakan waktu lama, makanan mereka semua pun habis. Alex dan yang lainnya berdiri lalu berjalan menuju kamar Alex. Alex yang baru saja melangkah berhenti saat mendengar panggilan dari Tuan Camron.
Alex berbalik dan menatap Tuan Camron yang juga ikut berdiri. "Mari kita selesaikan sekarang, Alex." Tuan Camron menatap putrinya dengan tajam.
Alex hanya mengangguk. Dia berjalan menuju ruang tengah bersama Taun Camron beserta istri dan kedua anak tirinya. Alex berhenti, dia berbalik dan memberikan sebuah kode kepada Leslie agar dia mengikutinya.
Leslie berjalan, mengikuti langkah Alex dari belakang. Tuan Camron duduk di sebuah sofa sedangkan Alex dan Leslie memilih untuk berdiri. Ibu tirinya menatap Alex dengan tatapan meremehkan.
"Jadi, aku mau kau menjelaskan kenapa kau membenci ibu tirimu, setelah itu kita bisa memperbaikinya dan menjadi keluarga yang utuh," ujar Tuan Camron.
Alex tersenyum mengejek. "Memperbaiki? Naïf sekali." Alex menatap Leslie. "Dia bilang dia akan memperbaiki kesalahannya di masa lalu, Nana."
Leslie hanya tersenyum, hanya sebuah senyuman tanpa makna apapun. Dia tidak terlalu ingin berkomentar, toh ini bukan masalahnya. Dan, dia juga tidak punya hak untuk ikut campur.
"Jadi begini, Ayah." Alex menghela napas, mempersiapkan dirinya untuk menghadapi apa yang akan terjadi.
"Aku membencinya karena dialah yang sudah membunuh ibu."
Mereka semua yang mendengar itu langsung terkejut. Unna dan Bryan tidak kalah terkejut dengan apa yang dikatakan Alex, Leslie memainkan ponselnya lalu mencari sesuatu di ponselnya.
Tuan Carmon berdiri dengan wajah penuh amarah. "Alex! aku tahu bahwa kau benar-benar membenci ibu tirimu, tapi tidak dengan memfitnahnya yang sudah membunuh ibumu."
"Malam itu Ayah sedang tidak ada, dia menginap karena ingin menjagaku dan Ibu. Keesokan harinya Ibu meninggal karena luka tusuk di dada dan perutnya. Dia bilang bahwa semalaman dia berada di kamarku, menemaniku untuk tetap tertidur." Alex berhenti. "Padahal itu semua hanya omong kosong."
Melinda -Ibu tiri Alex- hanya terdiam semua penjelasan Alex. Leslie memperhatikan Melinda yang teelihat cukup tenang. Dia melihat sekeliling dan mendapat seseorang salah satu dari mereka sedang menelpon.
Apa akan dimulai sekarang? Tanya Leslie dalam batinnya. Dia kembali fokus menatap Alex yang masih terdiam, mungkin dia sedang mengatur napasnya.
Tuan Carmon terlihat tidak terima, tapi apa yang dikatakan oleh Alex memang kenyataan. "Ayah tahu bahwa aku tidak pernah memberikan kunci kamarku pada siapapun dalam kondisi apapun. Itu artinya, Ibu Melinda sudah membohongimu."
Tuan Carmon menatap Melinda yang terlihat begitu tenang. "Melinda, apakah yang dikatakan Alex itu benar?"
Melinda berdiri. Dia menatap Alex dengan tajam, senyuman mengerikan terukir di bibirnya. "Seharusnya aku membunuhmu bersamaan dengan ibumu."
Tuan Carmon menatap tidak percaya pada Melinda. "A ... apa maksudmu?"
"Apa yang dikatakan putrimu benar, Carmon. Aku lah yang membunuh istrimu dulu." Melinda menatap Alex dengan meremehkan. "Sayangnya kau tidak punya bukti untuk membuatku masuk penjara."
Alex menatap Leslie yang masih memainkan ponselnya. Leslie yang merasa ditatap pun balik menatap Alex. Leslie yang sadar pun menunjukkan ponselnya dan dalam ponselnya itu sedang diputarnya video saat ibunya di bunuh oleh Melinda.
Dalam video itu juga beberapa rekaman Melinda yang entah berbicara dengan siapa dengan niat untuk menghancurkan keluarga Carmon. Melinda membelalakkan matanya. Tapi, dia kembali tenang.
Dia menatap Alex dengan wajah kagum. "Kau memang layak untuk dijadikan ketua kelompok sign, kelompok yang dibuat oleh pemerintah untuk memberantas mafia di dunia dengan rumor ibumu lah yang membuatnya."
Suara derapan langkah kaki terdengar begitu kencang. Dari atas lantai maupun dari sisi pintu keluar banyak sekali pria berjas hitam. Mengepung villa keluarga Camron.
Tuan Camron yang masih shok hanya bisa terdiam. Alex menatap sekitar, Leslie sudah mengluarkan dua pistolnya dari saku celananya. Alex maju, membawa ayah agar mendekat dengan anggota keluarga lainnya.
Melinda mengangkat tangannya agar mereka tidak mulai menembak. Ramon dan yang lain pun membuat sebuah lingkaran untuk melindungi anggota keluarga Camron.
Alex berjongkok. Merentangkan tangannya agar duo Elvino menjauh dari orang itu. "Kemarilah sayang."
Duo Elvino yang shock pun berlari dengan tergesa-gesa. Masuk dalam pelukan Alex. Alex yang sedang jongkok menatap ke depan. Menatap orang itu yang sudah menjadi pengkhianat di timnya.
"Terimakasih karena sudah menjadi pengkhianat diantara kami, sang keangkuhan penuh dengan rasa percaya diri, Leo."
-TRUE-
Anu '-'
Ada work baru di sebelah.
Gw ambil Leslie sama Alula buat jadi tokohnya.
Dan sifat mereka bener-bener beda dengan yang di sini -_-'
(Gw yg bikin gw yg aneh) -_-'
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUE [End]
ActionAlexandra Farzana Camron diasingkan dari keluarganya karena dianggap hanya memalukan nama keluarga. Dia berprofesi menjadi seorang CEO di salah satu perusahaan terbesar didunia. Disampingi dengan profesinya sebagai model dan youtubers. Keluarganya t...