BAB 45

23.6K 1.3K 17
                                    

Suasana mobil benar-benar hening. Tidak ada seorang pun yang beribacar dalam mobil itu. Alula menutup matanya, berusaha mengatur pikirannya. Vega yang berada di belakang bersama Leslie dan Rachel hanya bisa terdiam. Dia memainkan jarinya, berusaha untuk menghilangkan rasa bosan.

Vega sesekali melirik Rachel yang sibuk melihat keluar. Leslie hanya sibuk memperhatikan pistolnya. Rachel yang merasa di perhatikan menatap Vega. Wajah Vega langsung memerah karena ketahuan melirik Rachel.

Vega langsung mengalihkan pandangannya, tidak menatap Rachel lagi. Rachel hanya mengangkat bahunya lalu kembali menatap keluar melalui jendela mobil.

"Belok kiri, Kak. Sebentar lagi kita sampai," ujar Vega.

Azka mengikuti apa yang dikatakan oleh Vega, mobil terus berjalan hingga keluar dari kota. Sekeliling perjalanan hanya diisi oleh pepohonan yang menjulang tinggi. Untungnya hari masih siang jadi perjalanan tidak terlalu menakutkan.

Vega menyuruh Azka menghentikan mobilnya saat dia melihat ada sebuah jalan kecil diantara hutan-hutan tersebut. Vega menunjukkan wajah cerianya, dia langsung turun dari mobil dan berlari memasuki hutan. Mereka semua turun lalu mulai mengejar Vega.

Ramon yang berada di depan mempercepat larinya hingga akhirnya mereka sampai di sebuah padang rumput. Ramon langsung menarik tangan Vega yang terdiam begitu saja.

Alula yang baru saja sampai melihat sekeliling padang itu. Di padang itu hanya ada gubuk dan sebuah batu. Vega memberontak agar lepas dari genggaman Ramon. Ramon melepaskan Vega dan melihat Vega yang langsung lari menghampiri batu itu.

Mereka semua mengikuti langkah Vega yang menghampiri batu itu. Saat mereka berada di depan batu itu, secara perlahan mereka mulai membelalakkan mata mereka. Alula langsung terduduk dengan wajah penuh air mata. Azka langsung memeluk Alula yang terlihat langsung blank.

Leslie mundur dan menggeleng-gelengkan kepalanya, dia kembali menatap batu di depannya dan menemukan sebuah foto dimana ada seorang gadis berambut pendek dengan kedua mata yang berbeda warna. Leslie tahu siapa yang berada di poto itu.

Itu Alex, yang menandakan bahwa makam ini adalah makam Alex.

Vega tersenyum cerah lalu membungkuk pada batu itu. "Kakak, aku membawa mereka ke sini, Kak. Sesuai perintah kakak." Vega terlihat sangat senang.

"P-perintah? A-apa maksudmu?" Tanya Emily terbata-bata.

"Kak Alex bilang dia ingin tidur di dalam tanah, lalu saat dia sudah tertidur, dia bilang bahwa dia ingin kalian datang ke sini dan menjenguknya. Jika aku bisa membawa kalian ke sini, aku akan mendapat hadiah yang aku inginkan," ujar Vega sangat riang.

Rachel tidak banyak berkata-kata, ekspresinya terlihat sangat shock. Ramon menghampiri Vega dan mencengkram bahu Vega dengan keras. Wajah Ramon terlihat sangat dingin dan tajam. Vega melihat Ramon dengan tatapan kosong, tapi senyuman masih ada di wajahnya.

"Katakan padaku, apa maumu?!"

"Kematian!" Vega menjawabnya dengan senang.

Mereka semua kembali terkejut. Tidak ada beban dalam perkataannya, seakan-akan itu adalah kado terindah yang akan ia dapatkan selama seumur hidupnya.

Alula mengusap wajahnya lalu berdiri, dia menghampiri Ramon dan menepuk bahunya. "Mungkin, seharusnya kita tidak telalu banyak berharap tentang ini," lirih Alula.

"Apa kau akan menyerah begitu saja Jin Kyong?!" Ramon terlihat mulai emosi.

"Dia sudah mati, Ramon! Buka matamu! Bagaimana aku bisa menyerah jika di depanku adalah makam sepupuku sendiri?!" Alula meninggikan suaranya, terlihat bahwa dia tersulut emosi.

"Kalian berdua tenanglah!" Leslie langsung menghampiri mereka dan berusaha untuk memisahkan Ramon dan Alula. Vega menatap batu di depannya dengan tatapan kosong. "Apa aku melakukan kesalahan?" gumamnya.

Perdebatan semakin sengit, Kennard bahkan harus secara paksa memisahkan Ramon dengan Alula. Alula yang ingin membalas tiba-tiba terdiam. Dia secara perlahan memegang belakang kepalanya dan mendapati sebuah peluru bius menancap di tengkuknya.

Alula yang sudah mencabut peluru itu dan ingin melemparnya kembali tiba-tiba terdiam saat peluru lain menancap sisi lehernya. Alula secara perlahan berlutut lalu pingsan dalam dekapan Ramon.

Leslie yang baru saja mengeluarkan pistolnya langsung tertembak peluru bius di tengkuknya dan terjatuh pingsan. Rachel dan Emily sudah tergeletak pingsan dengan peluru bius yang menancap di leher mereka.

Beberapa pria dengan tampak sangar langsung mengepung mereka. Kennard hanya bisa menggigit bibirnya lalu mengangkat kedua tangannya ke atas diikuti dengan yang lain. Pria-pria itu langsung memborgol mereka.

Seorang gadis menghampiri Vega dengan pistol yang sudah mengarah pada kepala Vega. Gadis itu tersenyum, "Terima kasih karena kau sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik." Gadis itu menarik pelatuknya dan menembak gadis itu.

Aries memekik saat melihat Vega sudah tergeletak dengan kepala yang sudah mengeluarkan darah. Gadis itu menatap beberapa pria yang berada di sekitarnya.

"Kubur jasadnya di sini dan bawa mereka ke dalam mobil. Pastikan tidak ada yang kabur atau kepala kalian akan ku penggal," perintah gadis itu sambil berjalan keluar dari padang rumput.

"Baik, Nona Rosanne."

-TRUE-

Mereka semua secara kasar digiring menuju sebuah truk yang berada di dpinggir mobil mereka. Saat mereka sampai di depan pintu, secara paksa mereka di paksa masuk ke dalam truk tersebut.

Leslie, Alula, Rachel dan Emily yang sedaritadi di bawa layaknya karung beras di lempar begitu saja ke dalam truk. Setelah memastikan semuanya berada di dalam truk, pintu truk di tutup dan kegelapan menyapa mereka.

Mereka semua tidak ada yang berbicara, menyebabkan suasana hening yang sangat mencengkam. Mereka bisa merasakan bahwa truk terasa bergetar, mungkin mereka sedang melewati jalanan penuh dengan batu.

Ramon menghela napasnya, Azka di sebelahnya sudah menahan emosi saat melihat Alula yang dibius dan dilempar layaknya benda. Jika dia sudah bebas, dia akan memanggil semua anak buahnya untuk membantai orang-orang ini. Enak saja menyakiti miliknya begitu saja.

"Ini seperti dejavu." Kennard memecahkan suasana.

"Apa Alula dan yang lain baik-baik saja?" Tanya Aries

"Tampaknya mereka baik-baik saja," jawab Virgo

Suasana kembali hening. Gerakan truk terasa semakin berguncang. Truk terus berguncang hingga berubah menjadi gerakan mulus. Tampaknya mereka sekarang berada di jalan tol atau semacam itu.

Truk terus bergerak hingga membuat yang lain mengantuk. Ramon mengatur napasnya saat kembali mengingat bahwa makam yang ia lihat adalah milik Alex. Hancur sudah harapannya, dia sudah tidak memiliki tujuan untuk hidup lagi.

Semenjak bertemu dengan Alex, tujuan hidupnya berubah, tujuan hidupnya hanya untuk menjaga Alex seorang. Apapun yang terjadi, Ramon akan menjaga Alex. Dia tidak peduli bahkan nyawanya menjadi taruhan, Alex adalah segalanya bagi Ramon.

Jika Alex mati, maka yang harus Ramon lakukan adalah mengikuti Alex. Dia sudah tidak peduli bahwa dirinya mati, karena itulah yang ia inginkan. Tujuan hidupnya sudah hilang dan apalagi yang harus ia harapkan dari hidupnya sekarang?

*****

Alex nya beneran det '-'

2-3 chapter lagi kayaknya dah beres ini :3

TRUE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang