BAB 43

22K 1.3K 6
                                    

Emily membawa dua cap berisi coklat panas, dia memberikannya kepada Leslie yang sedang duduk di bangku taman dengan Rachel di sebelahnya. Emily meminum coklat panasnya secara perlahan.

"Jadi?" Leslie memegang cap itu dan mulai meminumnya sedikit.

"Kau sudah melihat potonya sendiri, dia terlihat mirip dengan Alex. Hanya saja, pertemuanku dengannya tidak terbilang baik. Dia diserang oleh beberapa pria, lalu aku menolongnya dan berakhir dipukul olehnya. Dia berhasil kabur dan aku belum melihatnya lagi." Rachel menjelaskannya dengan raut datar, seakan-akan tidak peduli dengan poto itu.

"Jangan terlalu berharap, Leslie. Karena aku tidak yakin itu Alex. Tingkahnya seakan-akan bahwa dia bukan Alex, melainkan orang yang sedang menyamar." Rachel meluruskan kakinya lalu memijatnya.

"Bagaimana kau bisa yakin bahwa dia orang itu bukan Alex melainkan orang yang sedang menyamar?"

Rachel berhenti memijat kakinya, dia mengeluarkan ponselnya lalu menunjuk sebuah poto. Poto itu terlihat seperti topeng. Topeng polos tanpa ada ornament apapun, hanya terdiri dari lubang untuk mata dan mulut.

"Benda ini bisa merubah wajah si pemakai dengan wajah yang ia inginkan. Misalnya, jika aku ingin wajahku seperti Alex, topeng ini akan langsung merubah wajahku menjadi sepertinya, 100% sangat mirip."

Rachel melihat poto itu dengan tatapan datar, "Tidak banyak yang tahu tentang topeng ini karena bisa disebut ini belum siap untuk diproduksi. Hanya black market yang mempunyai topeng seperti ini." Rachel memasukkan ponselnya kembali.

Leslie terdiam, dia menghela napas lalu memijat pelipisnya. Akhir-akhir ini dia benar-benar tidak fokus dengan pencarian ini. Alula sedang terkurung dan hanya dia yang bisa Leslie ajak bicara untuk membahas tentang pencarian ini.

Rachel menepuk punggung Leslie dengan pelan, lalu secara perlahan dia merangkul Leslie dan mengusap punggung Leslie dengan pelan. "Hei, kau tidak perlu setertekan itu. Kita masih memiliki banyak waktu."

Leslie mengangguk, dia mengusap wajahnya beberapa kali lalu mengatur napasnya. Emily terus meminum coklat panasnya, dia melihat sekeliling dan mendapati sebuah mobil baru saja parkir di sekitar taman.

Emily menepuk bahu Leslie, Leslie menatap Emily dengan tatapan bertanya. "Ada yang datang ke sini." Emily menunjuk mobil yang pintunya sedang terbuka.

Leslie menggunakan hoodienya lalu menunduk. Rachel berdiri dan menjaga agar Leslie tidak terlihat. Emily memberikan cap berisi coklat panas itu kepada Leslie, dia menyembunyikan tangannya di saku.

Archard turun dari mobil, dia menghampiri Rachel dengan senyuman di wajahnya. Leslie mengerutkan keningnya saat bisa melihat siapa yang turun dari mobil. Leslie melihat Rachel yang terlihat bingung dengan kedatangan Archard.

Rachel mengernyitkan dahinya saat melihat arah langkah Archard yang ingin menghampirinya. Seingatnya, dia tidak terlalu menunjukkan gerak-gerik bahwa dia menguping pembicaraannya. Apa mungkin Archard menyadari apa yang dia lakukan?

Rachel berusaha menepis kemungkinan itu, dia tidak ingin terlibat dengan musuh sekarang. Dia harus pokus dengan gadis yang terlihat mirip dengan Alex dan juga informasi yang ia dapatkan dari Archard. Dia tidak ingin ditangkap lagi!

"Ah, akhirnya aku menemukanmu." Archard masih tersenyum, kedua tangannya ia letakkan di belakang punggungnya.

Rachel mengangkat sebelah alisnya. "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Kau mungkin tidak menyadarinya, tetapi aku mengamatimu saat aku berada di café."

Oh, dia mengamatiku rupanya

"Apa aku melakukan sesuatu yang membuatmu menjadi terganggu, Tuan?"

Archard tertawa pelan, dia mengibaskan tangannya di depan wajahnya, mengisyaratkan bahwa Rachel tidak menganggu. "Tidak, bukan itu. Senyuman Archard berubah menjadi seringai. Aku tahu kau menguping pembicaraanku," ujar Archard dengan seringai yang semakin melebar.

Rachel berusaha agar raut wajahnya tidak terlihat bahwa dia terkejut. Padahal dia sudah mencoba agar gestur tubuhnya tidak terlihat sedang menguping, menguping memang bukan pekerjaan yang bagus untuknya. Dia bodoh untuk urusan menguping pembicaraan orang lain.

"Maaf, Tuan. Tampaknya kau salah, aku tidak menguping pembicaraanmu, aku hanya fokus pada makananku dan membalas pesan dari teman-temanku."

Rachel menggandeng tangan Leslie dan Emily, berjalan menjauh dari Archard. Tidak baik mengikuti bahkan mengatakan hal yang tidak benar pada orang yang baru saja Anda temui. Rachel menarik Leslie dan Emily agar menjauh dari Archard.

"Nona," panggil Archard.

Rachel yang sudah menjauh berbalik dan menatap Archard dengan tajam. Archard menunjuk Leslie yang sedaritadi menunduk. "Bagaimana kau bisa berteman dengan Leslie, Nona?"

Rachel langsung menjaga agar Leslie berada di punggungnya. Dua orang bodyguard yang mengikuti Archard pun mengarhakn pistol mereka ke arahnya. Archard semakin menyeringai, seringai bahwa dialah pemenangnya.

"Emily, lempar sekarang!" perintah Rachel.

Emily langsung mengeluarkan bomb smoke lalu melemparkan kearah Archard dan kedua bodyguardnya itu. Penglihatan mereka langsung tertutup saat bomb smoke itu langsung mengeluarkan asap. Rachel langsung menarik Emily dan Leslie agar menjauh dari taman.

"Kau harus menjelaskan apa yang kau dengar di café itu." Leslie menggunakan nada datarnya kepada Rachel yang masih sibuk menariknya.

"Iya, iya."

-TRUE-

Alula memakan nasinya dengan pelan. Di depannya terdapat Azka yang juga sedang makan. Azka baru saja pulang dan mendapati kamar Alula kosong. Dia langsung terkejut dan mengira bahwa Alula berhasil kabur, atau kemungkinan terburuk adalah dia kembali di culik.

Azka mencarinya keseluruh apartement dan mendapati bahwa Alula sedang berada di ruangan rahasianya dan sedang berkutat dengan computer yang berada di ruangan itu. Azka langsung memeluk Alula yang terkejut saat merasakan Azka yang tiba-tiba memeluknya.

Azka yang tahu bahwa Alula tidak bisa memasak memilih untuk memesan makanan. Alula memakan makanannya dengan lahap dan tidak bersuara. Tidak ada yang bersuara kecuali suara dentingan suara sendok membuat suasana sangat hening. Ditengah suasana hening itu, ponsel milik Alula tiba-tiba berbunyi.

Alula yang akan menyuapkan nasi ke dalam mulutnya sontak terhenti, dia mengambil ponselnya lalu melihat siapa yang menelpon. Saat dia ingin pergi menuju tempat yang agak jauh, Azka langsung memberikan kode bahwa dia tidak boleh kemana-mana dan mengangkat ponselnya di depannya.

Alula memutar kedua bola matanya, dia mengangkat telpon tersebut. "Ada apa, Leslie?"

Alula membelalakkan matanya, terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Leslie. "Cepat sekali," lirih Alula.

Alula menggigit kukunya, mendengarkan apa yang dikatakan oleh si penelpon. Azka sedaritadi hanya memperhatikan bagaimana raut wajah Alula yang terus menerus merubah menjadi sedikit panik.

"Kita bertemu di apartemen Alex, kita bicarakan disana."

Alula langsung menutup telponnya lalu pergi menuju kamarnya. Azka yang terkejut pun langsung memanggil Alula, tapi tidak didengarkan oleh Alula. Azka langsung menghampiri Alula yang sedang memakai jaket hitamnya dan mengambil belati, pisau dan beberapa cadangan peluru.

"Hei, ada apa?" Azka menahan pergerakan Alula yang terlihat begitu panik.

Alula menghela napas, "Keberadaanku sudah diketahui, dia sudah tahu."

"Dia? Siapa yang kau maksud?"

"Sepupuku yang seharusnya mati di gedung itu. Archard Camron, dia masih hidup."

******

Lagi khilaf :v

Nanti update lagi kalau khilaf :v

TRUE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang