BAB 19

32.7K 2.1K 85
                                    

"SUDAH AKU BILANG KALAU AKU TIDAK MAU, AYAH! HARUS BERAPA KALI AKU KATAKAN KALAU AKU BILANG TIDAK ARTINYA TIDAK!!"

Alula menatap Alex yang sedang berada di ruang TV dengan ponsel yang berada di dekat telinganya. Beberapa anggota sign hanya bisa terdiam melihat Alex yang sedang mengeluarkan emosinya.

Ramon berdiri dekat dengan Alex, sesekali dia mengelus kepala Alex untuk menenangkan Alex. Alex menarik nafas setelah mengeluarkan hampir semua amarahnya.

Dia hanya takut lepas kendali dan anggotanya yang menjadi pelampiasan emosinya. Alex dapat melihat Alula yang sudah bergabung dengan mereka. Alex kembali mengatur nafasnya lalu kembali mendengar perkataan dari ayahnya.

"Alexa, ayah mohon nak. Ayah tahu kalau dulu ayah benar-benar keterlaluan tapi mengertilah nak, Ayah membutuhkan penerus untuk perusahaan Ayah dan Ayah hanya bisa mempercayaimu"

"SETELAH KAU MELIHAT BAGAIMANA CARA BRYAN BEKERJA KAU MALAH MELIMPAHKAN SEMUA PEKERJAANMU KEPADA KU YANG BUKAN LAGI BAGIAN DARI KELUARGAMU?! KAU BENAR-BENAR PRIA TIDAK TAHU DIRI!!!"

"Ayah tahu, Ayah tahu nak bahwa Ayah salah tapi ayah benar-benar membutuhkanmu"

"KAU BAJ...,"

Alula mengambil ponsel Alex lalu mengambil alih percakapan Alex dengan pamannya. Alex yang sepertinya masih dilanda emosi berniat ingin mengambil ponselnya. Alula langsung menyuruh Ramon untuk menenangkan Alex.

Alula menempelkan ponsel Alex di telinganya sambil menatap Alex yang berada di pelukan Ramon. Wajahnya masih terlihat penuh dengan emosi.

"Halo? Halo? Alexa? Nak? apa terjadi sesuatu disana?"

"Tidak terjadi apapun disini, Paman"

Tuan Carmon yang mendengar suara dan panggilan yang berbeda langsung terkejut. Dia sebenarnya tidak ingin berbicara dengan keponakannya ini.

Dia tidak suka dengan senyuman yang selalu ponakannya keluarkan yang terkesan ramah, berbanding terbalik dengan auranya yang mengintimidasi dan dingin.

"Halo, Alula? Kemana sepupumu?"

"Sepupuku sedang pergi ke suatu tempat untuk menenangkan emosinya setelah berbicara denganmu"

Alex yang mendengar itu langsung mendengus. Dia duduk di lantai karena pegal berdiri. Di belakangnya, Ramon masih memeluknya. Kali ini, pelukannya terasa makin mengerat. Ramon menyembunyikan wajahnya di leher Alex.

Sesekali dia mengedus aroma tubuh Alex yang benar-benar terasa wangi baginya. Alex yang masih berusaha menenangkan emosinya tidak menyadari apa yang di lakukan oleh Ramon.

"Memangnya kenapa? Kau ingin membahas soal perusahaan keluarga lagi?"

"Ya, jadi dimana sepupumu?"

"Maaf-maaf saja, tetapi aku tidak akan membiarkanmu berbicara dengan sepupuku jika mengenai soal tersebut,"

"Kau kira kau siapa?! Bukan berarti jika kau adalah anak dari adik mantan istriku kau bia berbuat seenaknya!"

"Aku melakukan semua ini demi sepupuku, kau tidak tahu bagaimana rasanya saat Alex di coret dari keluarga Camron dan sekarang malah dengan seenaknya kau memintanya untuk menggantikannya,"

"Aku melakukan semua itu karena aku menyayangi anakku, Alula."

"Apa ada orang tua yang lebih kejam darimu dengan menganggap anaknya layak sebuah robot, 'saat kau tidak berguna maka kau akan dibuang dan jika kau berguna maka akan aku simpan sampai aku menemukan penggantimu sehingga aku bisa membuangmu,'"

"Aku tidak memperlakukan Alex seperti itu!"

"Oh ya? Apa perlu aku memberikanmu sebuah rekaman bagaimana kelakuanmu selama ini? aku tahu bagaimana kelakuanmu selama ini walaupun aku tidak berada disini Paman. Jangan pernah meremehkanku, Paman. Aku adalah Alula Jin-Kyong dan aku bisa melakukan apa saja yang aku mau dan mengetahui apa saja yang terjadi pada Alex,"

Alula tidak bisa mendengar suara apapun di sebrang. Alula menatap Alex yang terlihat sudah tenang. Kepalanya sedikit tertunduk dan Alula dapat melihat kalau tubuh Alex sedikit bergetar.

Duo Elvina langsung berlari untuk memeluk Alex. Alula dapat mendengar suara isak tangis dari Alex. Ramon mengeratkan pelukannya dan duo Elvina juga ikut memeluk Alex.

"Aku hanya ingin berusaha untuk menghapus semua dosaku di masa lampau, Alula. Aku hanya ingin Alexa kembali menjadi gadis yang aku kenal, aku ingin anakku yang dulu,"

"Tapi caramu salah Paman, jika kau langsung meminta Alex untuk memegang perusahaanmu secara tidak langsung kau hanya datang saat kau butuh kepada anakmu dan pergi setelah kau mendapatkan apa yang kau inginkan,"

"Aku hanya ingin anakku kembali Alula, Apa aku salah?"

"Kau tidak salah, hanya saja Alex membutuhkan waktu dan kau malah mengambil langkah yang salah. Kita bicarakan ini baik-baik Paman. Kita bicarakan masalah ini tidak hanya dengan paman, melainkan dengan seluruh anggota keluarga yang lain. Mari kita akhiri semua permasalahan ini, Paman,"

"Baik, aku akan menyiapkan waktu dan tempat untuk pertemuan keluarga Camron. Tolong ajak Alex untuk hadir disana,"

"Akan aku usahakan, kalau begitu sampai nanti. Aku tutup dulu. Jaga diri Paman,"

"Terima kasih, sampaikan salamku untuk Alex."

"Ok."

Alula mematikan sambungan. Dia duduk lalu memeluk Alex dari samping. Dia mengelus surai sang sepupu yang sedang menangis. Alex menjatuhkan kepalanya tepat di dada Alula. Kedua tangannya memeluk duo Elvina yang juga ikut menangis.

Alula terus mngelus surai sang sepupu sambil sesekali mengumamkan beberapa kata yang tersirat menenangkan. Alex terus menangis hingga akhirnya dia tertidur.

Alula menyuruh Ramon untuk membawa Alex menuju kamarnya. Alula menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya.

-TRUE-

Leslie mengarahkan moncong pistolnya pada pria tersebut. Koper yang ia bawa sudah menghilang dari tangannya. Leslie menatap tajam pada pria tersebut. Dia sudah muak pada pria tersebut.

Dia malah berlari saat melihat Leslie menodongkan senjata padanya. Untungnya jalanan sudah mulai sepi jadi tidak ada yang curiga melihat pria tersebut berlari layaknya orang kesetanan.

Bajunya sudah bau keringat karena aksi kejar-kejaran yang ia lakukan dengan pria ini dan dia benar-benar emembenci keadaan tubuhnya yang lengket karena keringat.

"Apa isi koper itu? kepada siapa kau memberikan koper itu?"

"A-aku tidak akan memberitahumu!"

Leslie menekan moncong pistolnya di dahi pria tersebut. Dia benar-benar ingin mengakhiri hidup pria di depannya ini. Leslie menyeringai yang membuat pria di depannya langsung merinding ketakutan.

"Saat ini batas kesabaranku sedang berada di puncak yang paling tinggi. Jadi cepat jawab atau aku akan membunuhmu"

Pria itu terdiam. Akhirnya, dia mengangguk lalu menjawab pertanyaan Leslie.

"Ko-koper itu berisi sebuah bom yang aku buat sendiri. Bom itu belum di aktifkan jadi kau bisa tenang. Aku memberikan bom itu pada salah satu mafia yang bergabung dalam sebuah aliansi"

Leslie menjauhkan dirinya dari pria tersebut. Pria itu langsung berlari, menjauh dari Leslie. Sebelum cukup jauh, pria itu langsung terjatuh dengan dadanya yang mulai mengeluarkan darah.

Leslie memakai sarung tangan lalu mulai menggeledah pria tersebut. Dia mencari ponsel tersebut, setelah menemukan dia langsung mentranfser semua data di ponsel pria tersebut.

Leslie menyimpan ponsel itu di sebelah pria tersebut dengan sebuauh pin yang berada di atasnya. Dia menyimpan pistolnya di saku celananya. Dia berjalan menuju apartemennya untuk menyelidiki data yang baru saja ia temukan.

Dia menguap lalu memasukkan sebelah lengannya ke saku celanannya. 

Kenapa pekerjaanku semakin hari semakin banyak saja, ya?

TRUE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang