Rachel berjalan dengan cepat, mencari gadis itu yang sudah menghilang. Di seberang jalan pun dia tidak melihat gadis itu. Dia menggeram kesal karena dia kehilangan targetnya.
Rachel menghentikan langkahnya dan mengedarkan pandangannya. Dia berbalik dan memilih untuk kembali. Dia berjalan dengan pelan, berusaha untuk melupakan apa yang dia lihat. Saat dia berjalan, dia melewati sebuah gang kecil. Samar-samar dia mendengar suara perkelahian dari sana.
Rachel terdiam, dia semakin menajamkan pendengarannya dan suara perkelahian itu semakin menjadi-jadi. Dia berjalan memasuki gang itu dengan pelan. Semakin dia masuk, dia melihat siluet 3 pria kekar sedang berkelahi dengan seorang gadis.
Rachel mengeluarkan pistolnya lalu menembak ketiga pria itu. Pria itu langsung tumbang, meninggalkan gadis itu yang sedang mengatur napasnya. Rachel yang ingin mendekati gadis itu malah terkejut saat mendapati gadis itu malah menyerangnya.
Rachel yang tidak siap pun terkena pukulan di pipinya, membuat sudut bibirnya sobek dan mengeluarkan darah. Rachel terjatuh dan gadis itu langsung melarikan diri. Rachel yang tidak terima pun menyembunyikan pistolnya di saku jaket lalu mengejar gadis itu.
Gadis itu keluar dari gang dan berbelok dengan cepat. Rachel menyusul dibelakangnya, dia berusaha untuk mengejar gadis yang sudah memukulnya.
Tidak tahu terima kasih! Jika aku tidak menembak mereka, kau tidak akan selamat, sialan!
Mereka berdua menjadi pusat perhatian beberapa pejalan kaki karena sering menabrak beberapa pejalan. Rachel dengan cepat meminta maaf dan terus mengejar gadis itu. Rachel terus mengejar gadis itu hingga mereka sampai dipersimpangan jalan.
Gadis itu berlari dengan cepat sehingga dia ikut menyeberang jalan bersama kerumunan yang lain. Rachel yang tertinggal dibelakang tidak bisa mengikuti karena lampu sudah berubah menjadi merah. Dia mengatur napasnya dan melihat kepergian gadis itu yang semakin jauh dari pandangannya.
Rachel mengetatkan rahangnya dan menggeram pelan.
Sial!
-TRUE-
Rachel membuka pintu kamarnya dan mendapat Emily sudah ada di sana. Rachel membuka jaketnya lalu membaringkah tubuhnya di sebelah Emily yang sibuk memainkan ponselnya.
Emily melirik Rachel dan mendapati bahwa sudut bibir Rachel mengeluarkan darah. Emily membetulkan posisinya lalu menepuk bahu Rachel."Ganti bajumu dan cepat mandi, aku akan mengobati luka di bibirmu."
Rachel langsung pergi menuju kamar mandi dengan sebuah handuk dan sepasang baju dalam dekapannya. Emily berdiri lalu pergi menuju dapur, mengambil kotak P3K. Pintu kamar mandi terbuka dan terlihat Rachel dengan handuk yang berada di lehernya.
Rachel menggosok-gosok rambutnya lalu keluar dari kamarnya, dia pergi menuju ruang tengah dan mendapati Emily berada di sana dengan kotak P3K berada di sisinya. Rachel duduk di sebelah Emily yang langsung menyimpan ponselnya.
"Kau berkelahi lagi?"
Rachel menggeleng. "Aku menyelamatkan orang."
"Lalu luka ini kau dapat darimana?"
"Orang yang ku tolong malah memukulku, lalu dia kabur. Dasar, tidak tahu terima kasih!" Rachel kembali kesal jika diingatkan dengan kejadian itu.
Emily menekan luka Rachel dengan kapas yang sudah dilumuri oleh alkohol. Rachel meringis kesakitan. Emily mendengus. "Makanya, jangan kebawa emosi dulu, ini lagi diobatin juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUE [End]
ActionAlexandra Farzana Camron diasingkan dari keluarganya karena dianggap hanya memalukan nama keluarga. Dia berprofesi menjadi seorang CEO di salah satu perusahaan terbesar didunia. Disampingi dengan profesinya sebagai model dan youtubers. Keluarganya t...