Alula membuka pintu apartemen Alex, dia berjalan memasuki apartemen dengan Azka yang berada di belakangnya. Alula memasuki ruang tengah dan mendapati sudah banyak orang yang berada di sana.
Leslie berada di sana sambal mengotak-atik laptopnya. Aquarius langsung memeluk Alula saat melihat dia datang. Alula membalas pelukan itu lalu menepuk punggungnya sekilas.
Leslie mematikan lapop itu berdiri, dia menatap Alula dengan tajam. Alula melepas pelukan itu dan menghadap ke Leslie. "Jadi, dia benar masih hidup?"
"Aku baru saja bertemu dengannya, dia tahu keberadaan kita dan berniat untuk menghabisi kita berdua. Dia bahkan sudah mencoba untuk melacak posisi kita. Mungkin kita harus segara pergi dari sini."
Alula terdiam, situasi ini tidak termasuk dari perhitungannya. Dia kira Archard sudah tewas seperti pamannya. Tapi, sepertinya perhitungannya salah, dia masih hidup dan mencoba untuk memburu mereka.
"Apa yang lain juga?"
Leslie menggeleng, "Dia hanya menargetkan kita berdua, tapi yang paling dikhususkan adalah kau, Alula."
Alula mengeratkan rahangnya. Sepupunya yang satu ini memang penyebab banyak masalah, padahal orang yang memiliki nama Camron lainnya tidak serumit Archard. Tidak semenyusahkan Archard. Alula menghela napas lalu memijat pelipisnya.
Ting tong!
Suara bel terdengar.
Leslie langsung berdiri dan menyiapkan senapannya, dia memberikan intruksi kepada Emily agar membuka kan pintu apartement. Emily langsung bergerak menuju pintu, berniat untuk membuka pintu.
Semua orang di ruangan tengah itu sudah siap dengan pistol mereka. Emily kembali ke ruang tengah dengan seorang gadis kecil berada di belakangnya. Rachel terkejut saat melihat penampilan gadis itu.
"Kau gadis yang waktu itu memukul ku, ya?" Tanya Rachel menurunkan senjatanya.
Gadis itu mengangguk dengan pelan, mengiyakan pertanyaan Rachel. Alula yang tidak paham menatap Rachel dengan tatapan menuntut penjelasan.
"Gadis ini," tunjuk Rachel pada gadis itu. "Aku pernah dengan sengaja memotretnya dan dia terlihat sangat mirip dengan Kak Zana, aku sadar bahwa dia sedang menyamar dengan menggunakan sebuah topeng. "
Ramon yang ingin mendekati gadis itu langsung ditahan oleh Leslie. Untuk kali ini, tidak boleh ada yang gegabah. Gadis ini bisa saja termasuk musuh dan juga bisa termasuk dengan teman mereka.
Emily menatap gadis yang berada di belakangnya, "Jadi, dia yang kau poto itu?"
Rachel mengangguk, lalu melihat-lihat wajahnya. "Ya, dia mirip dengan yang ku poto." Rachel menghampiri gadis itu yang semakin menunduk. Terlihat ketakutan dengan Rachel. "Hei, kenapa kau menunduk?"
"M-maaf karena sudah menyerangmu. Aku tidak sengaja."
Rachel tersenyum, dia mengelus kepala gadis itu dengan pelan. "Tidak apa-apa, aku mengerti kok. Tidak enak jika aku memanggilmu dengan kata 'kamu', boleh aku tahu siapa namamu?"
"Kau bisa memanggilku Vega, seseorang memberikanku nama itu."
Rachel mengangguk. "Salam kenal, ya, Vega."
"Lalu, hal apa yang membawamu ke sini? Kau disuruh oleh seseorang?" tanya Alula, dia sudah mulai kehabisan batas kesabarannya.
Vega menatap Alula lalu kembali menunduk, seakan-akan tidak berani untuk mengatakan sesuatu.
"Apa yang ingin kau katakan?"
Vega mengenggam erat ujung bajunya. Dia menarik napas lalu menatap Alula yang sedang menatapnya dengan tajam. Seakan-akan sudah menunggu lama dengan apa yang ingin dikatakan olehnya.
Vega merogoh sakunya lalu mengeluarkan sesuatu. "A-aku disuruh oleh Kakak ini," ujarnya sambil mengeluarkan sebuah poto.
Alula mengambil poto itu. Saat dia melihat siapa yang berada di dalam poto itu, Alula tiba-tiba terduduk. Air mata mulai keluar hingga mengalir di pipinya, Alula menutup mulutnya lalu menangis sejadi-jadinya.
Vega kebingungan melihat Alula yang tiba-tiba menangis saat melihat poto yang ia berikan. Azka langsung memeluk Alula yang menangis dengan histeris. Leslie langsung mengambil poto yang masih di pegang oleh Alula.
Ramon langsung mendekati Leslie saat poto sudah berada di tangannya. Leslie langsung menutup mulutnya saat melihat siapa yang berada di poto itu, Ramon langsung mengambil poto itu dan mengamatinya dengan teliti. Memastikan bahwa poto itu tidak palsu. Raut bahagia dan penuh harap sangat terlihat jelas di wajahnya.
Vega menatap Rachel yang terlihat sangat tenang. Emily berjalan ke sisi Rachel, lalu memberitahu siapa yang berada di poto itu. Rachel mengangguk dan paham siapa yang berada di poto itu.
Di dalam poto itu terdapat dua orang gadis yang sedang berpose dengan latar sebuah taman bermain. Salah satunya adalah Vega dan seorang gadis dengan rambut pendek berwarna hitam dan kedua mata yang berbeda warna.
Ramon menghampiri gadis itu lalu mencengkram bahu Vega dengan cukup kuat. Vega meringis saat merasakan cengkramannya yang semakin menguat. "Kak, ini sakit," lirihnya.
"Katakan, siapa yang menyuruh untuk kemari? Darimana kau dapat alamat kami?" Ramon terdengar tidak sabar dan bertanya dengan nada yang sedikit tinggi.
"Dia bilang bahwa aku bisa memanggilnya dengan nama Kak Alex, dia menyuruhku untuk menemui kalian dan mengajak kalian menuju suatu tempat," jawab Vega. "Jika sudah waktunya." Dia bergumam dengan sangat pelan sehingga tidak ada yang mendengarnya.
"Dimana tempat itu? Apa jauh dari apartemen ini?" Tanya Emily.
Vega menggeleng, "Tidak, dekat, kok."
Kennard langsung berdiri begitu pula dengan yang lainnya. Mereka sudah siap untuk pergi. "Kita pergi sekarang, aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya. Dia harus menjelaskan semuanya kepadaku." Kennard langsung keluar dari apartemen menuju parkiran.
Alula mengusap wajahnya yang penuh dengan air mata. Dia menatap Vega dengan tatapan penuh harap dan tersenyum. Alula ikut pergi bersama Azka.
Vega ikut pergi saat melihat Rachel berjalan keluar, mengikuti Leslie, Ramon dan Emily yang sudah berjalan di depan. Rachel mengunci pintu apartemen dan mengandeng tangan Vega keluar dari apartemen, berjalan menuju parkiran.
-TRUE-
Archard membuka berkas lalu mencantumkan tanda tangannya di berkas tersebut lalu beralih ke berkas selanjutnya. Saat Archard akan mengambil berkas lain, dia mendengar suara pintunya terketuk. Archard menyuruh orang tersebut untuk masuk.
Seorang wanita dengan sebuah tablet memasuki ruangan Archard. Dia membungkuk lalu menatap Archard dengan datar. "Tuan, orang-orang yang kau targetkan sudah menuju ke tempat yang kita inginkan."
Archard tersenyum lalu menyeringai. Dia tertawa dengan lebar, merasa puas dengan hasil kerja sekretarisnya. Wanita itu memberikan tabletnya kepada Archard. Archard langsung mengambil tablet tersebut dan melihat sebuah monitor yang sedang bergerak menuju ke tempat yang dia inginkan.
"Bagus, pastikan semua anak buahku siap untuk menangkap mereka, Rosanne."
Rosanne mengangguk, dia membungkuk lalu izin untuk keluar dari ruangan Archard. Rosanne mengambil kembali tabletnya lalu berjalan keluar dari ruangan Archard.
Rosanne kembali duduk di mejanya, dia menyimpan tabletnya lalu mengambil telepon perusahaan. Dia menekan tombol lalu menelpon seseorang. Tidak lama kemudian, sambungan terhubung.
"Kau sudah menyiapkan anak buah Tuan Archard?"
"Sudah, kapan kita berangkat?"
Rosanne melihat tabletnya. "Sekarang, kepung mereka lalu bawa mereka ke gudang bawah tanah. Pastikan tidak ada yang tersisa, jangan sampai ada yang terluka."
"Kau bisa mempercayaiku soal itu."
Rosanne langsung menutup sambungannya. Dia membereskan mejanya lalu mulai menyelesaikan pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUE [End]
ActionAlexandra Farzana Camron diasingkan dari keluarganya karena dianggap hanya memalukan nama keluarga. Dia berprofesi menjadi seorang CEO di salah satu perusahaan terbesar didunia. Disampingi dengan profesinya sebagai model dan youtubers. Keluarganya t...