"Tapi ada benarnya, kenapa nggak di coba aja?"
Kata-kata yang keluar dari mulut Vika sukses membuatku dan Delila saling pandang dengan tatapan yang memang kami, sama-sama tidak mengerti.
Kenapa aku sama Delila bisa temenan sama orang kayak Vika?"Are you crazy?!" tanya Delila tak percaya, Vika menggeleng, "Gue serius. Kenapa nggak dicoba aja? Kan dicoba doang, siapa tau berhasil. Iya kan? Kalo enggak ya, gak usah diterusin."
Aku menggelengkan kepalaku pelan, aku bingung dengan Vika yang bisa satu pikiran sama Razi.
"Temen basket gue juga ada yang baru putus gini, lo mau gue kenalin?" tawar Razi, sesaat Vika menatapku penuh permohonan. Akhirnya dengan terpaksa aku mengangguk, padahal aku masih memiliki rasa pada Galang. Mana bisa aku move on secepat ini dari Galang.
◾◾◾
"Mana, Ji? Gue ngantuk nih!" Tanyaku pada Razi yang masih celingukan mencari seseorang.
Aku mengantuk, iya benar-benar mengantuk. Bagaimana tidak? Hari ini, hari Minggu, hariku untuk tidur sepuasnya kini terganggu karena Razi yang tiba-tiba datang di pagi hari mengajakku keluar rumah dengan alasan lari pagi.
"Sebentar lagi, biasa dia ngaret. Tukang molor juga, sama kayak lo." Ketusnya. Lah, yang ganggu kok malah lebih galak dari pada yang diganggu? Kocak bener dah si Razi.
"Nah itu dia!" seru Razi seraya menunjuk ke arah orang yang sedang melambaikan tangannya ke arah kita-aku, Vika, dan Razi-yang berdiri tidak jauh darinya.
"Ayo ke sana, Nad!" seru Vika menarik tanganku, mau tak mau aku mengikuti tarikan tangan Vika.
Razi menempeleng pelan kepala cowok yang kini berdiri di dekatku. "Ngaret aja lo jadi orang. Calonnya ngantuk gara-gara lo kelamaan!" Omelnya, yang diomeli malah cengengesan.
Eh, tapi tunggu deh, tadi Razi bilang apa? Calon? Calon apa? Calon Bu RT? Eh-ngaco!
"Tania, ini temen gue yang gue ceritain waktu itu." Razi memperkenalkanku pada laki-laki yang memiliki tubuh tinggi tegap dengan bau mint yang menyeruak dalam hidungku. Aku hanya tersenyum kikuk menanggapi perkataan Razi.
"Guta." Lelaki di hadapanku yang ternyata bernama Guta memperkenalkan dirinya seraya mengulurkan tangan ke arahku.
"Um, Tania." Balasku.
"Tan, gue tinggal dulu ya. Lo ngobrol-ngobrol aja. Bye." Dengan langkah seribu dua curut itu meninggalkanku dalam suasana yang canggung. Ah! Awas aja kalian!
"Tania .. nama yang cantik." Gumamnya. Duh, aku bingung kalau udah ada di suasana yang seperti ini. Pasalnya, aku adalah orang yang sulit beradaptasi apalagi apa lagi dengan orang baru seperti Guta ini.
"Ah, terima kasih." Aku menggaruk tengkukku yang tak gatal. "Kita satu sekolah ya?" tanyanya, aku mengangguk.
"Kita sambil jalan pagi aja ya," tawarnya, aku mengangguk lagi, dan ikut berjalan beriringan dengannya
"Kalau kita satu sekolah, kok aku nggak pernah liat kamu di sekolah ya?" tanyanya lagi.
"Aku orangnya nggak suka cari sensasi." Jawabku seadanya. Dia mengangguk-angguk. "Kamu di jurusan apa?" tanyanya lagi. Ah, bisa nggak sih? Nggak usah nanya-nanya!
"IPS." Dia mengangguk-angguk lagi.
Dan ya, hanya itu kegiatan kami di pagi yang membosankan ini. Bertanya gak jelas, mengangguk, menggeleng, dan sebagainya.
Sampai pada akhirnya aku meminta untuk pulang, dan dia mengantarku sampai depan gerbang.
"Mau mampir dulu?" tawarku, dia menggeleng, "Makasih tawarannya, Tania. But, i have to go now. Maybe, next time." Ucapnya menolak halus tawaranku. Ya memang seharusnya dia menolak, karena aku hanya sekadar basa-basi, bukan benar-benar ingin menyuruhnya mampir ke rumahku.
◾◾◾
"Razi! Gue nggak suka ah! Apa-apaan sih. Gue nggak mau lagi dikenal-kenalin gini!" Omelku pada Razi lewat telepon.
"Ya, karena lo belum terbiasa aja. Nanti kalo udah juga biasa kok. Kan nyaman karena terbiasa. And, gue udah kasih kontak lo ke dia. Paling juga bentar lagi dia telepon atau kirim pesan.
Udah ya, lo ganggu waktu gue sama Vika. Bye."
Klik.
Sambungan telepon diputus sepihak. Beruntungnya kamu temanku, Razi, kalau bukan, udah aku hajar dari awal.
Tiba-tiba ponselku bergetar tanda pesan masuk.
From : 08916382xxxx
Hai, Tania. Ini aku Guta. Kamu ingetkan?Aku tertawa hambar membaca pesannya, terlebih dahulu kusimpan nomornya, lalu kubalas pesannya.
To : Guta
Hai juga.Send.
Singkat? Memang, biar saja.
Setelah itu pun kami jadi terus berkirim pesan. Membahas banyak hal unfaedah, sampai akhirnya aku tau apa yang dia suka dan apa yang aku suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pura-Pura MOVE ON
Teen Fiction[CERITA MASIH LENGKAP] Bukan cerita playgirl, tapi cuman cerita cewek yang udah dijodohin tapi masih pacaran sama orang lain. Abis pacaran terus putus, begitu aja terus. Udah pacaran lagi tapi jarang banget bener-bener move on dari beberapa mantanny...