[19] He is Come Back

829 50 0
                                    

~ Di saat secercah kesempatan untuk melupakannya sudah terbuka lebar, ia malah kembali untuk menutupnya rapat-rapat. ~


Pasti sekarang pipiku tengah merah merona.

"Ah, baiklah. Tania!" panggil Kak Toni, jantungku berdegup kencang.

Kini aku berdiri di depan temannya itu, dia, bertubuh tinggi walau umurnya lebih muda dari yang lain, dan aroma maskulinnya, benar-benar sampai masuk ke dalam hidungku.

"Kenalin, ini Tania. Dan Tania, ini Ferdinan."

Dia mengulurkan tangannya, "Ferdinan."

"Tania." Ucapku membalas jabatan tangannya.

Tiba-tiba hening, tak ada percakapan di antara kami.

"Ekhem." Deheman Kak Toni menyadarkan kami yang ternyata masih berjabat tangan, "Eh iya, maaf." Aku hanya tersenyum.

"Kalian ngobrol aja sana, sambil makan." Usir Kak Toni yang mendapat tinjuan kecil di lengannya.

"Em, kamu mau makan apa?" tanya Ferdinan padaku. Aku bingung, padahal aku tau semua menu yang ada di sini dan bagaimana rasanya, sebab akulah pengurusnya.

Aku berjalan ke arah stan es krim yang diikuti Ferdinan di belakangku. Aku meminta satu cup es krim untukku, sebab es krim yang baru datang pagi ini belum aku cicipi.

Setelah ku suap es krim ke dalam mulutku, rasanya ada yang mengganjal, ah rasanya hambar.

"Siapa yang membuat es krim ini?" tanyaku menatap tajam salah satu pegawaiku.

"A-anak baru Mbak, soalnya kemarin Pak Joni bilang kalau es krim buatan dia enak." Jawabnya takut-takut.

"Baiklah." Kemudian aku langsung menelepon Pak Joni, orang kepercayaanku yang membantuku mengurus usaha kecil ini. Dan aku pun mengabaikan Ferdinan yang terus menatapku.

"Halo Pak Jon, Bapak di mana?"

"Saya ada di luar, Mbak. Ada apa?"

"Sekarang, saya minta Bapak ke stan es krim sekarang juga."

"Baik, Mbak. Saya akan segera ke sana."

Aku kembali menatap Ferdinan, "Kak, maaf, sepertinya aku harus mengurus kateringku dulu. Kalau Kakak ada keperluan denganku, Kakak bisa hubungi aku." Ucapku seraya memberikannya kartu nama pribadiku.

"Baiklah, kamu hati-hati ya. Setelah ini, aku akan mencarimu lagi." Ujarnya lalu pergi. Sesaat setelah Ferdinan pergi, Pak Joni datang menghadapku.

"Kenapa Mbak Tania panggil saya?" Aku menyodorkan satu cup es krim baru. "Cicipi."

Dia mengerutkan keningnya ketika mencicipi es krim hambar itu.

"Siapa yang membuatnya?" tanyaku to the point.

"Waktu itu ada orang baru yang katanya butuh pekerjaan. Dan katanya dia bisa buat es krim yang enak. Memang enak, tapi kenapa bisa hambar begini ya?"

"Lah mana saya tau, kan Bapak yang terima dia. Lagian, siapa sih orangnya?" tanyaku yang kini mulai kesal.

"Namanya Galang, Mbak. Ini fotonya." Setelah melihat foto itu, rasanya penglihatanku menggelap.

◽◽◽

"Tania, kamu sudah sadar?" tanya Ferdinan yang sepertinya mengkhawatirkanku. Aku mengangguk lemah.

"Aku kenapa?" tanyaku bingung. "Kamu stres." Jawab seseorang dari ambang pintu. Dia, Galang.

"Maafin aku, Tania. Aku gak sengaja buat gak mencampurkan perisa sama gulanya. Aku lupa gara-gara mikirin kamu." Ucap Galang penuh penyesalan.

Aku hanya mengangguk, "Lalu, bagaimana dengan es krim itu?"

"Sudah aku ganti dengan es krim yang baru." Baiklah, setidaknya ada penggantinya.

"Tania, dia siapa?" tanya Ferdinan bingung.

"Ah, dia hanya tem-"

"Aku pacarnya."

💦💦💦

Tbc

Jakarta, 7 Feb 2018.

Pura-Pura MOVE ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang