[35] New Friend (2)

609 36 3
                                    

- Melepasmu yang sudah mewarnai hidupku dengan warna-warna baru namun menyakitkan akan lebih berharga untukku, daripada melepaskan seseorang yang menjadi idamanku namun dia menyakitiku. -

_____________

"Arvan, stop!" teriak seseorang dari arah pintu ketika aku tengah sibuk menutupi darah-darahku yang mengucur deras dari pipiku.

"Lo mau apa? Mau ikutan kayak Tania?" tanyanya sarkas membuat pipiku ini rasanya makin sakit. Kulihat Zidan melangkah mendekat, aduh Zidan, ngapain sih sok jadi pahlawan kesiangan? Biasanya juga gue biasa aja sama Arvan ataupun Azrav.

Tiba-tiba Arvan memutar tubuhnya. "Ah, Tania, kamu baik-baik aja?" tanyanya, dia adalah Arvan. Aku mengangguk, "Maafkan aku, Tania." Ucapnya lalu memelukku. Aku menangis untuk menghilangkan sedikit rasa sakitku.

"Lo ngapain sih ambil alih!" teriak Arvan yang tiba-tiba menjauh dariku. Aku pun ikut melangkah menjauh, sama seperti Zidan yang juga ikut menjauh.

"Gue gak bisa lihat Tania terluka lagi gara-gara lo!"

"Gue itu pelampiasan lo! Lo marahkan kalo Tania dekat sama laki-laki lain?"

"Gue memang marah, tapi diri gue yang sebenarnya gak sekejam itu."

Kini Arvan dan Azrav tengah bertengkar dalam satu tubuh yang sama, membuatku merinding. "Stop, Van." Lirihku.

Tiba-tiba dua orang laki-laki berseragam putih masuk ke dalam UKS. Awalnya kukira mereka itu akan menjadi penjaga UKS di sekolahku, namun dugaanku salah, mereka adalah orang suruhan dari Rumah Sakit Jiwa yang hendak membawa Arvan.

"Tunggu!" ucapku membuat semuanya terdiam, Arvan yang memberontak pun ikut diam.

"Aku ikut."

Kemudian Arvan dimasukkan ke dalam mobil khusus untuk mengangkut pasiennya. Aku duduk di samping Arvan, lalu memeluknya. Kini luka di wajahku tak sebanding dengan sakitnya Arvan ketika ingin dibawa ke rumah sakit jiwa.

"Kamu tenang ya, kamu gak akan dijahatin sama mereka." Ucapku menenangkan Arvan yang sepertinya sudah gila, namun dia masih mengingatkanku sebagai pacarnya.

"Mbak ini pacarnya ya?" tanya bapak-bapak yang tadi ikut membawa Arvan, "Iya, Pak."

"Kok pacarnya bisa gila begini, Mbak? Terus itu lukanya mau ditutup atau mau dibersihkan? Saya punya tisu basah kalo Mbaknya mau." Ucap Bapak itu lagi yang sepertinya kini sudah menyadari lukaku.

Aku mengangguk, karena bau amisnya merusak indra penciumanku. Tepat sebelum aku mengusap pipiku yang terkena darah, Arvan langsung menciumku, "Aku suka kamu." Ucapnya membuatku tersenyum miris. Lalu mengelap pipiku.

"Aku juga suka sama kamu." Ucapku yang menangis dalam pelukan Arvan. "Tania jangan menangis, Arvan jadi ikut sedih." Dia berbicara seperti anak kecil, dan itu membuatku ingin menangis sejadi-jadinya.

Kami sudah sampai di rumah sakit tempat Arvan akan kutitipkan.

"Tania, Arvan kok di bawa ke sini?" tanyanya dengan wajah cemberut, aku yang tengah berusaha tegar tersenyum ke arahnya, "Arvan gak akam dijahatin sama mereka kok, Tania juga janji akan sering ke sini kalau Tania gak sibuk ya." Jawabku berusaha tenang.

Padahal dalam hati, aku tengah menangis meraung-raung. Hatiku ikut sakit ketika akan meninggalkan Arvan di tempat seperti ini. Namun sepertinya ini adalah tempat yang tepat untuk Arvan.

"Arvan jangan nakal ya di sini, Tania akan coba buat sering-sering ke sini buat temani Arvan. Sekarang Tania pergi dulu, besok Tania akan ke sini lagi." Aku berpamitan pada Arvan yang sekarang hendak tidur di ruangan khususnya. Dia menangguk patuh, membuatku ingin menangis sejadi-jadinya.

◽◽◽

Aku sampai sekolah dengan wajah yang tak mengenakkan, "Maafin gue ya Tan, gue yang telepon pihak rumah sakit jiwa buat nyelametin lo. Gue cuman takut lo kenapa-napa." Ucapnya penuh penyesalan. Aku menangis karena tiba-tiba aku teringat Arvan.

"Jangan di usap, luka lo lumayan parah buat di usap pake tangan yang kotor." Ucap seseorang yang menahan tanganku.

"Dia siapa?" tanyaku bingung.

"Oh, kenalin, dia temen TK gue yang ternyata teman satu kelas kita. Dia gak masuk karena harus mengurus Ayahnya yang lagi sakit." Jelas Aklea.

"Iya, nama gue Nilla."

Aku tersenyum seraya ikut menjabat tangannya, "nama gue Tania."

💦💦💦

Tbc

23 Feb '18

Pura-Pura MOVE ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang