Ketika sedang bertengkar dengan Juan, tiba-tiba pesan masuk dari Kak Wena membuatnya terkejut.
From : Sister💕💩
Tan, inget restoran yang waktu itu dipake buat pertemuan kamu sama camer kamu gak? Kalo inget, ke sini lagi ya. Orang yang mau dijodohin sm kamu ada di sini. Ke sininya bareng juan aja.
Kakak tunggu kamu. Jangan lupa siapin mental."Juan!" teriakku tiba-tiba. "Apa!" Juan balas berteriak.
"Nanti jangan ke rumah." Ucapanku membuat motornya menepi. "Kenapa?" tanya Juan yang melepaskan helm full facenya agar bisa mendengar suaraku.
"Kak Wena minta kita datang ke restoran yang terakhir kali aku kunjungi." Ucapku yang langsung menyenderkan kepalaku dipunggungnya.
"Kamu kenapa?"
"Aku takut buat ketemu dia." Jawabku, dan karena aku benar-benar belum siap.
"Jangan takut, aku bakal jagain kamu. Kamu harus tetap ada di samping aku." Ucapnya lalu memakai kembali helmnya.
Di perjalanan menuju restoran yang Kak Wena maksud, aku terus menyandarkan kepalaku di punggung Juan.
"Tan, sampai." Ucap Juan menyadarkanku.
"Hah? Udah sampai? Cepat banget."
Juan dan aku masuk ke dalam restoran dengan berjalan beriringan. Tangan kekar Juan melekat di pundakku, seakan menjadi penjaga dan penguat.
Tak jauh dari tempatku berdiri sekarang ini, Kak Wena melambaikan tangan ke arahku.
Sesampainya aku di sana, aku hanya melihat Kak Wena dan Kak Toni yang hanya duduk berdua.
"Kok berdua doang?" tanya Juan bingung. Kak Wena menjawab pertanyaan Juan dengan satu lirikan mata yang mengarah ke samping Juan.
Mataku dan mata Juan dengan orang yang dimaksud Kak Wena.
"Dia siapa, Kak?" tanyaku berbarengan dengan Juan."Tania, kenalin ini Juan." Ucap Kak Wena membuat orang yang bernama Juan itu mengulurkan tangan, aku membalasnya.
"Tania."
"Cantik ya, Kak." Pujinya pada Kak Wena. Aku malah mengerutkan dahiku.
Juan, sepupuku mendekat, "jaga jarak sama orang ini. Dia punya gelagat yang mencurigakan." Bisiknya di telingaku.
Entah angin apa yang membuatku membenarkan kata-kata Juan.
"Em, adakah panggilan lain selain Juan? Karena sepupuku ini bernama Juan juga." Pintaku, dia mengangguk. "Baiklah, panggil aku Dio."
"Dio?" dia mengangguk-angguk.
◾◾◾
Sekarang, aku dan Juan menuju ke rumahku. Aku benar-benar tak habis pikir, bisa-bisanya Ayah dan Bunda menjodohkanku dengan orang yang super agresif. Dan sikapnya itu berbeda jauh denganku yang cenderung pendiam.
Kalau kata Kak Wena, 'gak apa-apa ini namanya jodoh. Jodoh saling melengkapi, bukan?'
Huft. Menjengkelkan! Selain agresif, dia juga orang yang super duper SKSD (sok kenal, sok dekat). Bagaimana tidak? Dari pertemuan tadi dia terus berusaha mendekatiku.
Dari semua yang bisa kusimpulkan, dia itu ...Tak cocok denganku.
"Hey? Udah sampai, masih mau ngelamun di motor?" tanya Juan membuyarkan lamunanku. Lalu aku beranjak turun dari motornya.
"Kamu kenapa sih? Mikirin orang yang tadi? Orang yang bikin kamu komat-kamit setelah jawab pertanyaan yang dia kasih?" tanya Juan lagi, kali ini lebih ke pertanyaan yang meledek.
Aku menghembuskan napas kesal lalu berlari masuk mendahului Juan.
"Bunda...!" teriakku yang baru saja masuk rumah.
"Eh, kenapa ini? Kok datang-datang ngerengek begini?" tanya Bunda yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Bun,"
"Ada apa, Tania?"
"Tania gak mau dijodohin sama Juan!"
💦💦💦
Tbc.
3 Maret '18
KAMU SEDANG MEMBACA
Pura-Pura MOVE ON
Teen Fiction[CERITA MASIH LENGKAP] Bukan cerita playgirl, tapi cuman cerita cewek yang udah dijodohin tapi masih pacaran sama orang lain. Abis pacaran terus putus, begitu aja terus. Udah pacaran lagi tapi jarang banget bener-bener move on dari beberapa mantanny...