- Hanya manusia luar biasa yang mampu mempertahankan perasaan seseorang yang sudah menyakitinya agar tak tersakiti. -
_____________
Tiba-tiba Arvan memelukku. "Iya aku si Dark Yellow. Aku mohon jangan jauhin aku." Ucapnya ketika memelukku. Aku tak membalas pelukannya karena kini aku bingung. Bingung, iya, kalau aku membalas pelukannya, aku takut menyakiti perasaan Kak Ferdinan.
Iya, aku tau, aku tersakitipun karena sebuah candaan. Tapi, rasa sakit itu benar-benar ada, seperti saat aku mengetahui Galang seorang player.
"Van, gue gak bakal ngejauh dari lo. Tapi, please, pelukannya dilepas dulu." Pintaku seraya menepuk-nepuk pelan pinggangnya.
Lalu dia melepaskan pelukannya, "Janji ya?" dia mengangguk seraya menjulurkan kelingkingnya. "Janji kelingking?" tanyaku bingung.
Baiklah dari pada dia memelukku lagi depan Ayah dan Bunda, aku mengiyakan ajakannya untuk janji kelingking. Aku tersenyum melihatnya tersenyum.
Tiba-tiba tubuhku tertarik ke belakang, "Eh, apaan sih!" teriakku ketika sadar Kak Ferdinan yang menarikku.
"Kamu belum resmi putus dari aku, jadi jangan coba-coba buat dekat sama dia, cowok psycho itu!" bentak Kak Ferdinan membuatku bingung. Bingung dalam dua hal. Satu, kita udah benar-benar putus, karena dia udah bilang putus, aku pun juga udah bilang putus. Dan dua, cowok psycho? Arvan? Setauku dia bukan psycho, dia anak baik-baik.
"Kak, dengar ya, Kakak udah bilang putus, Tania juga udah bilang putus, jadi kita udah putus." Jawabku jengah.
Sepertinya perkataanku sukses membuatnya bungkam. Apa sebaiknya dia kubuat semakin sakit? Eh nanti dulu, aku masih punya hati dan otak buat menyakiti orang lain.
Jadi, gak jadi deh buat nyakitin Kak Ferdinan.Tiba-tiba tanganku digenggam Arvan, "Aku mau bantu kamu lupain dia."
"Maksudnya?"
"Kita pacaran aja biar kamu bisa lupa sama dia."
Deg.
Respons pertamaku setelah dia berbicara seperti itu adalah langsung menariknya pergi ke halaman depan rumahku.
"Gak semudah itu, Van! Gue pacaran sama Kak Ferdinan itu udah lama. Move on gak semudah waktu jatuh cinta." Ucapku sedikit membentak.
Dia mengusap puncak kepalaku dengan lembut, "Oke, gue ngerti kok. Tapi izinin gue buat bantu lo." Dia memohon, membuatku mengiyakan permohonannya.
"Tapi kita jadi teman aja ya?" tanyaku. Dia mengangguk semangat.
◽◽◽
"Tan, ada yang nungguin tuh." Ucap Delila dengan santainya.
"Oh, Arvan. Yaudah, gue keluar dulu ya, Del." Pamitku lalu menghampiri Arvan yang tengah menggelayuti pintu.
"Selamat pagi anak bawang." Sapanya membuatku cemberut.
Satu minggu setelah kejadian di pesta ulang tahunku, Arvan jadi sering main ke rumah. Arvan jadi sering masak, makan, ngerjain pr di rumahku. Pokoknya, hampir tiap hari dia main ke rumah.
Dan semenjak kejadian aku menangis kencang karena mengupas bawang, Arvan jadi memanggilku anak bawang. -_-
"Aku bukan anak bawang, Van." Gerutuku.
"Gak apa-apa, mau anak bawang juga tetap cantik." Godanya membuatku meninju bahunya.
"Tan,"
"Apa?"
"Pulang sekolah nanti, gue ada jadwal latihan futsal. Temenin ya?" aku mengangguk. Dan kini, menemaninya bermain atau berlatih futsal menjadi kebiasaanku.
"Di mana?"
"Di tempat biasa."
"Tapi nanti antar gue pulang plus beliin gue es krim."
"Siap, anak bawang. Yaudah gue balik ke kelas ya. See you." Ucapnya lalu melenggang pergi dari hadapanku.
"Ciaelah, Tania, gandengannya baru nih." Ledek Natta padaku. "Ye, si Bapak, gue sama Arvan cuman sahabat." Jawabku seraya berjalan beriringan ke dalam kelas bersama Natta.
"Tan, kalo udah nyaman, perasaan bisa muncul kapan aja." Ucapnya tiba-tiba. Aku terkekeh mendengar perkataannya, "Apaan sih, Ta, gue gak bakalan pacaran kali sama sahabat gue sendiri." Jawabku.
"Hati-hati sama ucapan sendiri, gue jamin, lo pasti pacaran sama Arvan."
💦💦💦
Tbc.
18 Feb '18.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pura-Pura MOVE ON
Teen Fiction[CERITA MASIH LENGKAP] Bukan cerita playgirl, tapi cuman cerita cewek yang udah dijodohin tapi masih pacaran sama orang lain. Abis pacaran terus putus, begitu aja terus. Udah pacaran lagi tapi jarang banget bener-bener move on dari beberapa mantanny...