[44] J/A

589 35 2
                                    

- Jika boleh meminta, aku hanya ingin sebuah pilihan. Karena memilih salah satu dari dua hal penting, itu akan menyulitkanku. -

____________

Kini Zidan tengah memakaikanku safe belt, padahal aku terbiasa tidak memakainya. Tapi, karena ini mobilnya, mau tak mau aku memakainya.

Setelah itu Zidan menjalankan mobilnya menuju rumahku.

"Dan," dia berdehem menjawab panggilanku, tatapannya masih fokus ke jalanan.

"Look at me!" pintaku. "Aku sedang menyetir, Tania. Nih ya, sama jalanan aja aku fokus, apalagi sama kamu."

Dasar gombal!

"Zidan ih!"

"Iya, iya, kenapa?"

"Kamu nih ya, jangan suka bikin anak orang baper,"

"Kamu memang anak orang. Lagian, kamu kan pacar aku sekarang." Dia menyela ucapanku.

"Kalo akhirnya bakal ninggalin, jangan bikin anak orang baper. Jangan bikin anak orang terbang ke langit, habis itu kamu banting sesuka hati. Ini orang, bukan robot." Ketusku.

Dia tertawa renyah, "aku gak akan tinggalin kamu. Lagian, aku udah gak mau sama perempuan lain, aku cuman mau sama kamu." Ucapnya seraya melirik-lirik ke arahku.

"Janji ya?" dia mengangguk. Aku berusaha yakin dengan berbagai ucapannya.

Lalu sesaat kemudian, lawakan renyahnya muncul lagi. Tiba-tiba, "stop!" ucapku memberhentikan Zidan. "Ada apa?"

Aku menunjuk ke arah di mana ada dua insan yang sepertinya tengah bertengkar.

"Itu siapa?" tanya Zidan membenarkan letak kacamatanya agar terlihat lebih jelas.

Aku pun ikut menyipitkan mataku, dan jelas, itu Aklea. Kenapa dia bertengkar dengan ... Arbani.

Bukankah sebelumnya mereka baik-baik saja? Ada apa dengannya?

Tanpa pikir panjang, aku langsung turun dari mobil Zidan. "Eh, Tania, tunggu aku!" teriak Zidan. Aku tak menghiraukannya, aku terus berjalan mendekati Aklea.

Seketika langkahku terhenti saat melihat pemandangan yang tak seharusnya aku lihat. Arbani ... menampar Aklea.

Aku langsung berlari ke arah Aklea yang hampir saja terjatuh ke tanah. Beruntungnya, aku masih sempat menangkap Aklea sebelum dia benar-benar mencium tanah.

"Aklea, lo gak apa-apa?" tanyaku dengan bodohnya, jelas-jelas Aklea itu sedang kenapa-napa.

Namun Aklea malah tersenyum seraya menggeleng, "gue gak apa-apa, Tan. Thanks udah tangkap gue sebelum gue jatuh." Ucapnya. Aku membantunya berdiri.

"Kalian ada masalah apa?" tanyaku to the point, dengan tangan yang masih merangkul Aklea.

Arbani menatapku tajam, "itu bukan urusan kamu. Ini urusan saya dengan Aklea. Sini, kemarikan Aklea!" teriak Arbani berusaha menarik Aklea. Namun aku berhasil menepis tangannya.

Saat dia berusaha meraih Aklea lagi, tangan Zidan dengan sigap menangkapnya, "jangan seenaknya kasar sama perempuan!"

"Gak ada urusan, sorry." Ucap Arbani cuek.

"Arbani stop!" teriakku ketika Arbani hendak meraih Aklea lagi. "Ada apa?"

"Jelasin dulu sama gue, lo punya masalah apa sama Aklea? Gak kayak gini caranya, lo kasar sama dia. Gak punya hati banget sih lo!" Bentakku yang geram.

"Kamu cemburu?"

Deg.

"A-apaan sih, ya enggak lah! Gue cuman gak suka sahabat gue diperlakukan kayak tadi!" Jawabku setengah berteriak.

Tiba-tiba Aklea mengusap lenganku lembut, membuat aku yang tadinya ingin bicara jadi tertahan.

"Inti masalahnya cuman, Bani cemburu liat gue dekat sama Jordan."

"Sebegitunya ya? Sampai dia berhak tampar lo?" tanyaku sarkas.

"Oke, Aklea, aku minta maaf." Ucap Arbani yang sepertinya ... tulus.
Aklea mengangguk.

"Lo gak perlu minta maaf, kalau Aklea mau sama gue, lo gak berhak buat larang-larang dia." Ucap seseorang dari sampingku.

Jordan?

"Lo ngapain ke sini?!" bentak Arbani, dan wow! Dia berbicara menggunakan kosakata 'lo', bukan 'anda' ataupun 'kamu'. Artinya, dia benar-benar tengah murka.

"Mau ngebela Aklea lah. Kalo gue yang jadi pacar Aklea, gue gak bakal tampar dia, gue bakal perlakuin Aklea layaknya seorang putri raja." Jawab Jordan dengan santainya seraya melirik sinis ke arah Arbani.

"Jordan, Bani, stop. Kalian gak usah ribut." Ucap Aklea menengahi.

"Jadi, kamu bakal pilih siapa? Aku? Atau cowok kasar itu?" tanya Jordan pada Aklea yang menatap kedua lelaki itu bergantian.

Aklea bergumam sangat lama, sampai akhirnya, "Jordan, aku sayang sama kamu. Tapi Bani, aku juga gak bisa lepasin kamu."

"Jadi?"

💦💦💦

Tbc


26 Feb '18

Pura-Pura MOVE ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang