[31] Beda Kelas

662 38 3
                                    

- Luka di tubuhku ini, tak sebanding dengan besarnya rasa cintamu. -

_____________

3 bulan sudah aku berpacaran dengan Arvan, dan luka di tubuhku juga semakin banyak. Jujur, aku ingin berpisah darinya, namun karena hutang budi dan peraturannya, tak semudah itu aku bisa lepas darinya.

Dan hari ini adalah pengambilan rapor, sebentar lagi aku akan naik kelas.

"Hai, sayang." Sapa Arvan padaku yang tengah duduk di pinggir koridor depan kelasku. "Hai." Aku balas menyapanya.

"Kamu kenapa? Lesu gitu." Tanyanya seraya mengusap pipiku lembut.

"Aku sedih."

"Sedih kenapa?"

"Aku takut gak bisa sekelas sama Vika dan Delila." Jawabku tertunduk lesu, dan memang benar saja.

Pasalnya, aku sekarang ini belum berhak melakukan banyak hal untuk sekolah yang akan kupimpin nantinya.

"Jangan sedih dong. Kan ada aku." Dia mencoba menghiburku.

"Tapi kan kita beda jurusan." Ucapku lagi, semakin lesu.

"Aku akan pindah jurusan. Dan aku akan berusaha membujuk kepala sekolah agar dia mau memasukkanku dalam kelasmu."

"Jangan, Van. Masuk Ipa kan susah, kenapa malah pindah? Ketemu kamu setiap di kantin aja aku udah senang kok."

"Gak apa-apa, aku cuman mau kamu gak kesepian."

◽◽◽

Masa-masa liburanku tahun ini benar-benar berbeda dengan hadirnya Arvan dihidupku. Setiap hari dia selalu datang ke rumahku, dia akan pulang jika aku sudah tertidur. Dan jika aku ikut Ayah pergi ke luar kota maupun luar negeri, dia juga ikut serta hadir.

Sampai-sampai, Ayahku bilang, 'Berasa punya anak kembar, ke mana-mana berdua.' Dan itu membuatku terkikik geli.

Dan besok, aku akan mulai masuk kembali ke sekolah.

"Nad, aku menginap ya, besok biar pergi sekolah bareng." Ucapnya. "Izin dulu sama Ayah." Lalu dia pergi meninggalkanku sendirian di kolam renang.

"Boleh gak?" tanyaku saat dia kembali, dia menggeleng lesu. "Gak boleh."

"Yaudah, besok,  dua atau tiga jam sebelum berangkat, kamu datang aja ke rumah." Ucapku seraya mengusap bahunya pelan.

"Baiklah. Jangan bangun sebelum aku membangunkan kamu." Aku terkekeh mendengarnya berkata seperti itu, oh diktatorku.

Sampai keesokan harinya, dia benar-benar datang sebelum aku bangun, atau lebih tepatnya dia datang pukul 4 pagi.
Namun dia membangunkanku ketika jarum jam menunjukkan pukul 5 lebih 15 menit.

Kemudian aku bergegas mandi dan berpakaian, dia menungguku di ruang tamu.

"Maaf ya, lama." Ucapku yang baru saja menghampirinya.

"Gak apa-apa. Ayo berangkat." Ajaknya. Namun sebelum berangkat sekolah, aku mengajaknya untuk berpamitan dengan orang tuaku.

Di perjalanan, aku sempat hampir tertidur karena masih mengantuk. Alhasil, Arvan jadi meledekku dengan memanggilku 'putri tidur'. Dasar menyebalkan.

"Putri tidurku, ternyata kita satu kelas." Ucap Arvan seraya tertawa kecil.

"Kamu ngapain pindah ke Ips?"

"Mau temani kamu," jawabnya santai. "Ayo kita ke kelas baru!"

Sesampainya kami di kelas 11 IPS 3 yang letaknya di lantai 3. Kami di sambut dengan tatapan-tatapan aneh dari anak-anak yang akan menjadi teman sekelasku nantinya.

Oh lihat itu, ternyata aku sekelas lagi dengan Natta. Namun dugaanku benar, aku tak sekelas lagi dengan Vika dan Delila.

"Tuh kan, aku bilang juga apa, aku pasti gak sekelas sama Vika dan Delila." Keluhku seraya berjalan mendahului Arvan menuju meja yang akan aku dan Arvan tempati, meja yang letaknya di tengah ruangan.

"Kan ada aku." Jawabnya enteng.

Tiba-tiba Natta datang mendekat padaku dan Arvan, "Wah, wah, wah, pagi-pagi udah disuguhi pemandangan orang lagi pacaran. Dan Tania, dugaan gue benarkan, finally, lo bakal jadian sama Arvan." Ucapnya memicingkan mata ke arahku.

"Iya deh, iya, lo bener. Gue sama Arvan udah jadian."

"Dan, kenapa si anak Ipa ini tiba-tiba pindah jadi anak Ips?" tanya Natta yang kini beralih menatap Arvan di sebelahku.

"Gue cuman mau nemenin cewek gue, sob." Jawab Arvan.

"Oh, yaudah, jagain deh tuh cewek lu, biar jadi cewek bener." Ledek Natta membuatku ingin mencakarnya.

"Lagian, kenapa juga gue harus sekelas sama mantan ketua kelas laknat kayak lo?"

"Lah mana gue tau." Jawab Natta acuh lalu pergi meninggalkanku dan Arvan.

"Itu temen kamu?"

"Bukan."

💦💦💦

Tbc.

22 Feb '18

Pura-Pura MOVE ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang