[32] New Friend

682 41 5
                                    

Kami bercanda seraya menunggu bel masuk berbunyi. Membahas banyak hal yang menurut kami lucu, sampai-sampai kami jadi pusat perhatian murid satu kelas.

Sampai pada akhirnya guru yang akan menjadi wali kelas kami masuk.

"Selamat pagi anak-anak." Sapa Bu Fatimah, salah satu guru agama Islam di sekolahku.

"Pagi Bu.." jawab murid-murid kelasku serempak.

Bu Fatimah atau yang biasa anak-anak panggil Umi Fatim tengah memperhatikan seluruh penjuru kelas.

"Baik anak-anak, karena Umi adalah wali kelas kalian. Umi akan membuat peraturan baru. Di kelas ini tidak boleh duduk berpasangan laki-laki dan perempuan." Ucapnya membuat Arvan tiba-tiba menggenggam tanganku.

Aku menoleh ke arahnya seraya tersenyum, "Gak apa-apa. Kan kita masih satu kelas."

"Baik, tiga barisan pojok diisi perempuan, dan tiga baris lagi diisi laki-laki." Perintah Umi Fatim, membuat semua murid berpindah tempat.

Beruntungnya aku duduk di tengah kelas, dan ternyata Arvan memilih duduk di seberangku. Dan bangku yang tadi Arvan duduki kosong.

"Kosong gak?" tanya salah satu perempuan yang kini menjadi teman sekelasku. Aku mengangguk, mempersilakannya duduk.

"Hai, gue Aklea." Ucapnya memperkenalkan diri. "Gue Tania." Dia membulatkan matanya ketika aku memperkenalkan diri.

"Lo kenapa, Kle?" tanyaku bingung, dia hanya menggeleng. "Lo pacarnya dia ya?" tanya Aklea melirik ke arah Arvan yang duduk di seberangku. Aku mengangguk mengiyakan pertanyaannya.

"Kok lo mau sih sama orang kayak dia?" tanya Aklea lagi, aku hanya mengedikkan bahu karena tiba-tiba Arvan menepuk bahuku.

Arvan mendekat ke arah telingaku, "Jangan dekat-dekat sama dia, dia mata-mata sekolah." Bisik Arvan membuatku bingung.

◾◾◾

Seminggu kemudian, di kelas 11 IPS 3, aku dan Arvan mendapat julukan 'Couple ter-dabest' dari anak-anak. Aneh memang.

"Mentang-mentang kapalan- eh, kapelan, jadi berduaan mulu." Goda Aklea padaku dan Arvan. Dan kini, Aklea dan Arvan sudah mulai bisa akrab dengan Arvan.

"Berisik aja, jomblo." Gerutu Arvan pada Aklea membuatku terkekeh. "Eh, si Lea lagi pendekatan sama adik kelas, bentar lagi gak jomblo dia." Ucapku balas menggoda Aklea.

Dia terkekeh, "Gak juga, Tan. Jordan juga lagi dekat sama Asyifa." Jawab Aklea lesu.

"Yah, jomblo berkarat, jangan lesu gitu dong." Ledek Arvan. "Si bangke."

◾◾◾

Sebulan kemudian,

"Tania.." teriak Aklea dari pintu masuk kelas dengan wajah merah tanda orang menangis.

"Kenapa, Lea?" tanyaku heran, Arvan yang melihatnya pun ikut heran.

"Sakit gak sih hiks waktu lo dekat sama hiks orang yang lo suka hiks. terus dia hiks ternyata dekat sama lo hiks cuman mau jadiin lo hiks saksi bahwa hiks dia bakal nyatain perasaannya ke cewek lain hiks." Jelas Aklea sesenggukan, aku yang melihatnya hanya tersenyum miris.

Iya sih, sakit juga. Didekati itu ternyata cuman di suruh jadi saksi doi waktu nyatain perasaan ke orang yang doi suka.

"Untung kamu gak kayak gini ya." Bisik Arvan padaku yang tengah berusaha menenangkan Aklea. Aku hanya mengangguk-angguk saja.

"Udah, Le, jangan nangis terus." Ucapku berusaha menenangkannya.

Tiba-tiba Arbani masuk ke kelasku dengan baju olahraga yang di penuhi keringat.

"Eh, Bani, tumben lo ke sini?" tanya Arvan pada Arbani yang baru saja masuk.

"Saya cuman mau memastikan kamu gak kambuh lagi." Ucapnya.

"Gue bisa nanganin Arvan kok." Ujarku ikut nimbrung. Namun dia malah beralih memperhatikan Aklea yang tengah menangis, dan aku? Dikacangin.

Sakit woy!

"Kamu kenapa nangis?" tanya Arbani pada Aklea yang tengah menangis kencang.

"Kepo banget sih lo. Udah pergi sana!" teriakku mengusir Arbani, dan berhasil mendapat pelototan dari Arvan.

Tanpa babibu, dia langsung pergi dari kelasku dengan wajah datarnya.

"Kamu kenapa bentak Arbani?" tanya Arvan yang sepertinya kesal.

"Aku kesel!" teriakku.

"Kesel kenapa? Karena Bani lebih memperhatikan Aklea dari pada kamu?"

Deg.

Memangnya benar?

"Apa sih, gak juga. Tadi aku-"

"Kamu suka sama Bani?"

💦💦💦

Tbc.

22 Feb '18

Pura-Pura MOVE ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang