"Loh, kok neng-neng pada tau?"
"Iya bang, soalnya tadi pagi saya kayak ngerasa liat abang lagi bersihin lapangan basket indoor di sekolah saya." Jawab Vika.
"Ah, iya neng, saya OB baru. Ya, cuman sampingan." Kami bertiga ber-oh ria mengiyakan ucapan lelaki di hadapan kami ini.
"Yaudah neng, saya balik kerja lagi." Pamitnya.
"Iya bang, jangan capek-capek. Biar besok bisa kerja di sekolah." Refleks kalimat seperti itu keluar dari mulutku.
◽◽◽
Setelah pulang dari mal, kuputuskan untuk langsung tidur. Sampai pada akhirnya aku merasa tubuhku terguncang. "Ah, apa sih!"
"Tania bangun!" teriak Kak Wena tepat di telingaku, membuatku langsung bangkit.
"Kakak!" dengusku. "Bangun makanya. Dibangunin kok susah banget, dasar kebo!"
"Aku capek tau."
"Capeknya nanti aja. Kamu mau ikut rapat soal pernikahan Kakak gak? Kamu bagian katering deh."
Katering? Siap!
"Mau, yaudah, aku mandi dulu."
Setelah mandi, aku turun ke ruang keluarga untuk menemui dua keluarga yang tengah berkumpul.
"Malam semuanya." Ucapku ketika sampai di ruang keluarga.
"Kamu yang urus katering?" Tanya Bunda memastikan. Aku mengangguk.
Ya, aku memang punya usaha katering kecil-kecilan. Karena dari kecil, aku suka sekali sama makanan.
"Memang acaranya di mana? Dan undang berapa orang?" tanyaku penasaran.
"Em, sederhana aja kali ya, Bun. Aku sih mau 300 orang aja."
"Mana bisa cuman segitu?" suara bariton dari arah pintu masuk mengagetkan kami semua.
"Cucu pertamaku harus menikah dengan tema yang glamor dan elegan. Karena ini pernikahan yang dilakukan cucu pertamaku." Ucap Kakekku yang baru saja datang.
"Ah, Kakek!" aku menghambur ke pelukan Kakek.
"Apa kabar, Tania?" bisik Kakek yang membalas pelukanku.
"Aku baik, Kek. Ayo duduk!" ajakku pada Kakekku yang berusia 65 tahun. itu.
"Tapi, Kek, apa gak terlalu berlebihan?" tanya Kak Wena takut-takut.
"Tak apa, Wena. Kakek akan mengundang teman-teman pengusaha Kakek. Kamu harus menjadi Ratu dalam pernikahanmu." Ucap Kakek membuat Kak Wena tersenyum bahagia.
"Terima kasih, Kek." Ucap Kak Wena seraya memeluk Kakek.
◽◽◽
Pagi ini aku berangkat sekolah dengan suasana yang baru. Suasana gembira karena aku sudah benar-benar bisa move on dari Galang.
"Selamat pagi, dua curutku." Sapaku pada Delila yang tengah membaca novel super tebalnya dan pada Vika yang asyik menyontek PR milik Delila.
"Ada yang lagi seneng nih kayaknya." Ucap Vika tanpa mengalihkan matanya dari PR-nya.
Aku hanya tersenyum menjawab perkataan Vika.
"Kenapa, Tan?"
"Gapapa, Del."
"Tania, ada yang nunggu lo tuh di luar kelas!" teriak Natta, ketua kelas 10 IPS 2.
Tak butuh waktu lama untuk mencerna kata-kata Natta, aku pun berjalan ke luar kelas.
Eh, Abang chat time? Dia ngapain ke kelas aku? Mencari aku lagi.
"Neng, tadi ini kartu pelajarnya jatuh." Ucap office boy baru itu padaku, sekaligus Abang chat time yang kemarin ku temui.
"Ah iya. Makasih. Abang yang kemarin itu kan?" tanyaku seraya menyipitkan kedua mataku.
Dia menggaruk tengkuknya, "Iya Neng, masih inget aja sama saya." Aku tersenyum mendengar jawabannya, "muka Abang familier buat saya."
"Yaudah Neng, saya balik kerja dulu ya. Oh iya, kalo menyimpan sesuatu taruhnya yang bener, nanti hilang lagi. Jangan teledor ya neng." Ucapnya lalu pergi.
Kemudian aku kembali masuk ke kelasku, serta kembali duduk di bangkuku yang letaknya di sebelah Delila.
"Kenapa, Tan?" tanya Delila seraya meletakkan novelnya di atas meja.
"Kartu pelajar gue jatuh." Jawabku seraya menunjukkan kartu pelajar yang dari tadi ku pegang.
"Ck, teledor!" ketus Vika.
"Manusiawi, lagian gue gak sengaja dan gak tau."
"Btw, siapa yang balikin?"
"OB yang waktu itu."
Tiba-tiba Vika memutar badannya hingga menghadapku, "Ketemu terus artian kalo kalian itu,"
"Jodoh."
💦💦💦
Tbc
Jakarta, 6 Februari 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pura-Pura MOVE ON
Jugendliteratur[CERITA MASIH LENGKAP] Bukan cerita playgirl, tapi cuman cerita cewek yang udah dijodohin tapi masih pacaran sama orang lain. Abis pacaran terus putus, begitu aja terus. Udah pacaran lagi tapi jarang banget bener-bener move on dari beberapa mantanny...