[55] We Meet, Again.

536 28 0
                                    

"Lo ngapain di sini? Mau maling lo ya?" tanyanya yang menyipitkan matanya ke arahku. Aku menggeleng cepat, "enak aja! Mana ada maling se-oke gue? Gue cuman mau ambil makanan terus balik ke kamar Aklea." Ketusku.

Dia berjalan mendekat ke arah meja makan. "Lo mau ngapain? Terus lo ngapain di rumah Aklea?" tanyaku spontan. Dia menghentikan langkahnya, kini aku dengannya hanya terbatasi oleh meja makan.

"Ini rumah sepupu gue, gak salah kan kalo gue main ke sini?"

Sepupu?

"Lo tipu gue ya? Kan lo sepupunya Galang." Jawabku. Dia menaikkan satu alisnya, "emang sepupu gue satu doang?"

"Artinya, Galang juga sepupunya Aklea?"

Belum sempat ia menjawab pertanyaanku, aku langsung berlari ke kamar Aklea dengan membawa sepiring makanan milikku.

"Lo sepupuan sama Galang?"

"Hah?"

"Budek! Lo sepupuan sama Galang?" aku mengulangi pertanyaanku.

"Iyalah -eh! B-bukan gitu, Tan."

"Kok lo gak bilang sama gue?"

Aklea menghela napasnya, "oke, gue bakal jelasin. Sini duduk." Ucapnya yang menepuk-nepuk kasur di sebelahnya.

"Iya, gue sepupuan sama Galang. Gue gak bilang, itu semua gue lakuin biar lo gak ngejauhin gue. Sorry ya." Jelasnya ketika aku duduk di sampingnya.

"Yaudahlah, mau gimana lagi. Kita udah temenan juga."

"Tapi Galang ada di sini." Suara Akbar mengagetkanku dengan Aklea. Mata Aklea melotot, seakan ingin mencuat keluar.

Akbar berkacak pinggang, "tapi benar kan, Kle. Galang memang ada di sini, itu berduaan sama pacarnya di kamar tamu."

Jleb.

Aklea langsung berlari menghunjam Akbar, lalu menariknya menjauh dari kamarnya.

Jadi, Aklea itu sepupunya Galang? Nope sih kalo mereka sepupuan. Tapi, sampai sekarang, Galang masih jadi player? Aku kira, semenjak dia dapat pelajaran dari Juan, dia akan berubah. Ternyata tidak.

"Sorry ya Tan, si Akbar memang suka banget ceplas-ceplos." Ujarnya seraya tertawa kecil.

Aku mengangguk, "gak apa-apa. Kle, gue mau ketemu sama Galang, boleh?" tanyaku ragu. "Tapi lo gak apa-apa? Dia lagi sama jalang lain." Aku mengangguk yakin.

Kini Aklea mengantarku ke kamar Galang yang berada tak jauh dari kamar Aklea. Pintunya tertutup rapat, namun terdengar suara tak mengenakkan dari dalam sana.

Tok.. Tok.. Tok..

"Galang!" teriak Aklea ketika ketukannya diabaikan. Tak lama kemudian, pintu kamarnya terbuka, menampakkan Galang yang tengah bertelanjang dada.

Sontak aku langsung memalingkan wajahku ke arah lain.

"Apaan sih, Kle -eh, Tania!"

"Sana pakai baju dulu. Dia gak mau lihat lo begini." Usir Aklea, lalu ia kembali dengan menggunakan kaos polos berwarna hitam.

"Kok ada Tania di sini?" tanya Galang yang menatapku dan Aklea bergantian. Aklea mendengus, "memang salah teman gue main ke rumah? Pacar lo yang tiap hari ke rumah aja gue gak komen."

"Sayang! Siapa sih?!" teriak seseorang dari dalam kamarnya. Wajah Galang tampak pias seketika, "em, Tania. Sebentar ya, aku ke dalam dulu, nanti kita ngobrol lagi." Ucapnya, tepat sebelum masuk ke dalam kamar, aku dapat menahan lengannya.

"Tunggu, aku cuman mau ketemu kamu sebentar doang."

"Kenapa?"

"Aku kira kamu udah berubah setelah dihajar sama Juan." Ucapku yang menggeleng tak percaya. Dia menepis tanganku dari tangannya. "Ini hidupku, kamu gak berhak ngatur hidupku."

"Semua yang kita lakuin pasti ada balasannya, termasuk dengan apa yang kamu lakukan saat ini. Dan juga saat menyakitiku, semua ada balasannya."

💦💦💦

19 Maret 2018

Pura-Pura MOVE ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang