[18] Dokter Muda di Pernikahan Kak Wena

906 50 0
                                    

Kekompakan dua sahabatku tadi itu tentang kompak mengucapkan kata "jodoh" membuat kutertawa terbahak-bahak. Entah apa yang membuatku seperti itu, tapi geli rasanya jika mendengar seperti itu.

"Idih, OGB!" teriak Vika padaku yang masih tertawa.

Aku pun menghentikan tawaku, "OGB?" Vika mengangguk, "Iya, Orang Gila Baru."

"Dih, gak jelas."

Lama-lama obrolan kami ngelantur sampai ngebahas soal cowok ganteng yang kita temui waktu jalan di mal.

Dan, seketika terlintas pembicaraan keluargaku tentang pernikahan Kak Wena.

"Eh," "Eh,"

Aku dan Delila saling pandang setelah sama-sama mengucapkan kata yang sama dalam waktu yang sama.

"Lo aja duluan Del." Ucapku mempersilakan. Delila mengangguk, "Kak Wena kapan bakal nikah?"

Ah! Sepikiran denganku rupanya.

"Dua minggu lagi."

Sepertinya kata-kataku barusan sukses membuat mata dua sahabatku ini membulat.

"Cepet banget!"

"Kakak lo kebelet kawin?"

Ditanya seperti itu, aku hanya memutar kedua bola mataku malas. "Bukan kebelet, tapi ini Kakek yang minta. Katanya 'Selama kita mampu apa salahnya? Lagi pula, lebih cepat lebih baik kan?' dan itu bikin keluarga gue sama keluarga Guta bungkam."

Delila bertepuk tangan, "Kenapa, Del?"

"Kakek lo, luar biasa."

"Ho' oh." Sambung Vika yang ikut bertepuk tangan.

"Jadi, kita diundang gak nih?" tanya Delila. Aku mengangguk, "Ya pastilah, tadinya juga gue mau ngomong itu, tapi keduluan sama lo tadi."

◾◾◾

Saat memasuki kamar, betapa terkejutnya aku ketika menemukan Kak Wena yang sedang makan di kamarku.

"Kak Wena, kok makannya di kamar aku?" tanyaku keheranan seraya meletakkan tasku di atas meja belajar.

"Aku nungguin kamu. Aku mau bilang sesuatu." Ucapnya lalu meneguk segelas air putih yang ada di tangannya.

Aku menaikkan sebelah alisku, "Juan, orang yang katanya mau dijodohin sama kamu-"

"Jodohin?" tanyaku menyelak ucapan Kak Wena.

"Iya, kamu mau dijodohin sama yang namanya Juan."

"Terus, terus?"

"Orang itu, nanti bakal ada di pernikahan Kakak. Tapi sih ya, kata Bi Jihan, orangnya gak ganteng-ganteng amat, cenderung jelek. Gitu katanya."

"Terus kenapa?"

"Nah, Kakak gak mau adikku yang satu ini sama orang macam dia. Jadi, nantikan ramai, dan Toni mengundang temannya sesama rekan dokter datang ke pernikahan kami."

"Lalu?"

"Asal kamu tau ya, ada salah satu dokter muda, dia masih temannya Toni. Dan dia juga akan datang ke pernikahan Kakak. Kakak harap, kamu bisa jadi sama dia." Ucap Kak Wena penuh harap. Aku hanya mengangguk-angguk seraya mendengarkannya secara saksama.

◾◾◾

Dua minggu berlalu, hari ini, adalah hari pernikahan Kak Wena dan Kak Toni. Akad nikah berlangsung dengan khidmat.

Setelah 'Sah'. Acara berikutnya adalah resepsi.

"Selamat ya, Kak. Aku seneng banget, akhirnya Kakakku yang jomblo sejak lahir ini melepas status jomblonya." Ucapku kegirangan seraya memeluk Kak Wena yang kini menggunakan gaun pengantin berwarna krem dengan sedikit corak batik dipinggirnya serta payet-payet yang menambah kesan glamornya.

"Iya, Tania. Sama-sama." Balasnya seraya membalas pelukanku.

"Oh iya, semoga samawa ya Kak." Ucapku senang seraya menatap Kak Wena dan Kak Toni bergantian.

Kak Toni mengangguk seraya merangkulku. "Ayo kita foto bersama!" Ajak Kak Toni.

Kak Toni memanggil Guta untuk ikut berfoto bersama. Kini aku berdiri di sebelah Kak Toni, sedangkan Guta di sebelah Kak Wena.

'Cekrek'

Cahaya kamera menyilaukan mataku. Namun mataku malah menyorot ke satu arah. Ya, di sana ada Abang chat time. Dia ngapain di sini ya?

"Tan, sini!" Kak Wena menarikku secara paksa. "Duh, apaan sih, Kak."

"Nanti teman kerja Toni sesama dokter bakal ke sini, kamu harus tetap di sini sampai dia datang." Aku hanya mengangguk mengiyakan perintah Kak Wena.

"Nah itu dia." Tunjuk Kak Wena pada sekumpulan pemuda yang kompak menggunakan tuxedo berwarna abu-abu, sama seperti yang Kak Toni pakai.

"Wah, kompakkan nih!" seru Kak Toni senang ketika teman-temannya datang.

"Iya nih, btw, selamet ya bro. Lo ngeduluin kita berempat." Ucap teman Kak Toni yang paling terlihat dewasa.

"Makasih, Sob!"

Semuanya menyalami Kak Toni dan Kak Wena, sampai, "Oh iya, Nan, adik ipar gue umurnya gak beda jauh dari lo, lo mau gak?"

Teman Kak Toni yang dipanggil 'Nan' itu melirik ke arahku seraya meninju pelan bahu Kak Toni, "Ada-ada aja lo Ton, masa perempuan secantik dia lo tawarin kayak nawarin barang."

Kak Toni tertawa mendengar jawaban temannya itu, "Gak apa-apa kalo lo mau pdkt mah, gue deketin, mau?"

Sepertinya ia tengah menimang-nimang.

"Iya, gue mau."

💦💦💦

Tbc

Jakarta, 7 Februari 2018.
-Hnnywdwt.

Pura-Pura MOVE ONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang