Sudah tiga hari Shani tidak menampakkan diri di depan keluarganya. Keluar dari ruang pribadinya hanya ketika adik tirinya sedang ke Sekolah. Karena Shani enggan untuk bertemu dengan gadis tersebut. Mbok lah yang setiap hari mengantar makan ke kamar Shani. Untuk urusan Sekolah Shani sudah menghubungi pelatih basketnya bahwa kakinya masih sakit. Sehingga segala urusan izin sudah di urus oleh pelatihnya. Shani pun sudah menjelaskan ke pelatihnya perihal keterlambatannya hadir dalam pertandingan itu. Untung sang pelatih mengerti dengan kondisi Shani.
Sore ini Shani sempat bertatap muka dengan Gracia ketika dia keluar dari kamar mandi sedangkan Gracia sepertinya baru pulang dari acara perginya. Gracia sempat menahan tangan Shani, sepertinya gadis itu ingin berbicara dengannya. Sayangnya Shani masih mengabaikan Gracia. Shani menepis tangan Gracia begitu saja. Seperti yang Shani pernah ucapkan! untuk mengurusi hidup masing-masing.
Shani bukanya tak mendengar ketika ada isak tangis dari luar ruang pribadinya. Hanya saja ia masih enggan untuk menemui, mengingat pertengkaran terakhir mereka beberapa hari yang lalu. Shani menyandarkan dirinya pada pintu penghubung antara kamar dan ruang pribadinya. Hatinya perih ketika mendengar isak tangis Gracia untuk yang kesekian kalinya.
Bahkan lewat sepintas tatapannya tadi Shani sadar mata panda Gracia sudah mengerikan. Wajah cantik itu sudah berubah menjadi amburadul. Tak kalah dengan wajahnya yang juga mengalami nasib yang sama.
**
Shani terbangun dari tidur lelapnya ketika jarum jam menunjukkan angka 7. Artinya dia sudah tertidur hampir 3 jam. Masih pada posisi yang sama yaitu bersandar di pintu menghadap pigura besar yang berisi dirinya, sang Mama dan kedua kakak kembarnya.
Shani menghela napas lelah, kepalanya benar-benar terasa pusing mungkin karena terlalu lama menangis. Badannya terasa lengket karena keringat yang menempel. Shani beranjak dari tempatnya kemudian ia memutuskan untuk membersihkan diri.
Pintu ruangan tersebut terasa berat ketika digeser. Saat berhasil digeser Shani segera melangkah, tapi kemudian ia urungkan. Ternyata ada sesuatu yang tergeletak di depannya, penghuni baru kamarnya. Kepala Gracia tepat berada di samping kakinya.
Shani berjongkok mengamati wajah adik tirinya, satu hal yang ia sadari sepertinya mereka sama kacau nya. Dengan muka sembab dan bekas aliran air mata dipipi. Gracia tertidur dengan nyenyak tanpa beralasan apapun.
Shani sadar mungkin tidak seharusnya melampiaskan kemarahannya ke adik tirinya ini. Bagaimanapun adiknya tak tahu dengan keadaan yang ia alami selama ini. Hanya saja kemarahan Gracia keluar disaat yang tidak tepat. Sehingga membuat emosi Shani meledak walaupun sudah berusaha ia tahan.
Shani menggeser pintu agar terbuka semakin lebar, kemudian ia melangkah melewati bagian kaki Gracia, belum genap tiga langkah Shani berhenti dan kembali menoleh kebelakang.
Huuufftt
Shani melangkah mendekati adik tirinya kembali
Ckckck, lo ngerepotin gue!! Ucapnya dihati sambil menggeleng.
Shani mengangkat tubuh Gracia membawa ke arah ranjang, walaupun dengan menahan sakit pada kaki kanannya yang masih bengkak. Menyelimutinya hingga leher, kemudian meninggalkannya menuju kamar mandi.
===
Gracia terbangun ketika jam menunjukan pukul 08:15. Dia menggeliat kemudian menyesuaikan pandangan ke arah sekitarnya. Gracia mengerutkan dahi menyadari alas tidurnya sudah berubah.
Seingatnya ia tertidur tepat didepan ruang pribadi Shani saat beberapa kali mengetuk tapi sama sekali tidak mendapat respon. Akibat kelelahan dan mengantuk akhirnya Gracia tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
|| We!! Family?? || SELESAI||[ Cerita Lama Hanya Di Up Ulang]
FanfictionSebuah persaudaraan tak sedarah namun melekat