Gracia sedang berada di depan makam papa tercintanya. Ia hanya menangis tanpa dapat berucap satu katapun. Ia bingung harus bagaimana melanjutkan kehidupannya tanpa keberadaan sang mama. Setelah peristiwa aneh dan menyakitkan yang menimpanya dan juga keluarga besarnya dua minggu yang lalu, kini kejadian pahit itu terulang kembali. Bahkan kali ini lebih menyakitkan.
Dua malam yang lalu setelah paginya Shani dan kedua orang tuanya diperbolehkan pulang dari rumah sakit terjadi sesuatu yang tak tau harus ia sebut apa.
Keadaan Shani dan mamanya memang sudah lebih baik dari sang papa. Setidaknya dua orang ini bisa beraktivitas seperti biasanya walaupun masih terbatas. Beda dengan sang papa yang belum boleh terlalu banyak bergerak. Kemana-mana harus menggunakan bantuan kursi roda.
Dua malam yang lalu rumah mereka kembali disambangi oleh sekelompok orang yang tidak di kenal. Bahkan puluhan penjaga seperti tak ada gunanya.
Seolah-olah semua memang sudah direncanakan dengan sangat baik. Satpam dan para anak buah papanya ditemukan tergeletak tak sadarkan diri berserakan di sekitar halaman rumahnya pada pagi harinya.
Malam itu Gracia tak merasakan apa-apa. Ia begitu nyenyak dalam tidurnya, tapi setelah merasakan grasak-grusuk di sekitar kamarnya akhirnya Gracia terbangun. Yang pertama ia lihat adalah Shani yang sedang mondar dengan keadaan wajah gelisah.
Flashback
"Ci, Cici kenapa??"
Shani menghentikan langkahnya saat mendengar seruan dari arah ranjang.
"Eemm Gre, kayaknya ada sesuatu yang gak beres! Tadi lampunya sempat mati beberapa waktu terus," Shani menghentikan ucapannya karena terdengar suara benda jatuh kemudian suara pecahan benda kaca atau sejenisnya.
"Ci itu apa??" Gracia yang kaget dan juga panik langsung lompat dari ranjang menghampiri Shani yang sudah berlari ke arah pintu balkon yang ternyata sudah dibuka. Shani memang telah membuka pintu balkon sehingga suara itu dapat terdengar sampai kamarnya yang sejatinya kedap suara.
"Ci ada apa? Itu suara apa" tanya Gracia dengan ekspresi bingung. Kedua tangannya sudah memegang erat lengan kiri Shani.
"Ga tau Gre, ini sudah yang kedua kalinya bunyi kaya gitu. Kamu tunggu sini nya Cici mau lihat kebawah!"
Gracia menahan erat tangan Shani "Gak!! Cici gak boleh kebawah!. Pokoknya Cici harus diam disini. Gre gak mau kejadian kaya waktu itu terulang lagi. Gre gak mau lihat Cici sakit lagi!!"
Shani menggengam tangan Gracia yang memegang lengannya. Ia menatap Gracia tanpa kedip.
Ini beneran kamu kan Gre! Aku boleh bahagiakan lihat kekhawatiran kamu! Kamu gak lagi bersandiwara kan?
Kenapa kamu benar-benar terlihat khawatir! Kenapa mata kamu sampai berkaca-kaca Padahal malam itu kamu yang buat luka itu Gre!!
Makin lama kamu makin buat aku bingung!!. Padahal om Boby sudah mastiin di pistol itu memang sidik jari kamu. Aku harus bagaimana menghadapi kamu??
"Ci, Cici kenapa? Cici lagi ngelamun!!"
"Eh... Gak, gak kok! Cici gak papa!" Shani menarik napas dengan pelan lalu menghembuskan napasnya dengan perlahan.
"Cici harus melihat kebawah Gre! Dari sini kita gak bisa tau apa yang terjadi." balkon kamar Shani memang menghadap ketaman belakang, sehingga ia tidak bisa melihat ke arah gerbang maupun depan rumahnya. Ia hanya bisa mendengar suara-suara saja.
"Apalagi kamu taukan bang Nathan dan kak Ve lagi gak ada dirumah. Cuma ada papa dan mama Gre!! Cici harus liat." sambung Shani, tangannya kini mengusap lengan Gracia yang semakin erat menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
|| We!! Family?? || SELESAI||[ Cerita Lama Hanya Di Up Ulang]
FanfictionSebuah persaudaraan tak sedarah namun melekat