Malam i~ni, malam te~rakhir bagi ki~ta (?) bagi Gracia maksudnya, menginap di apartemen Shani. Karena besok dia sudah harus kembali ke rumah untuk menyiapkan segala keperluan sekolah karena lusa mereka sudah harus kembali bersekolah.
Memang setelah kejadian malam itu, Gracia enggan untuk dipulangkan(?) oleh Shani. Selama sis liburan berlangsung dengan Gracia menginap di apartemen Shani.
Alasannya karena dirumah sedang tidak ada orang. Sedangkan Shani juga malas untuk pulang ke rumahnya itu. Sehingga Shani tetap membiarkan Gracia berdiam di apartemennya. Apalagi mengingat sekolah mereka masih dalam keadaan libur.
Seperti biasa tingkah polah Gracia saat tidur itu tidak dapat diprediksi tendang sana, tendang sini senggol sana, senggol sini, untuk tidak sampai senggol bacok. Shani akhirnya mengalah untuk beranjak ke sofa depan kamarnya karena sudah mendapat tiga tendangan dari Gracia.
Jarum panjang jam di kamarnya sudah menunjuk angka 3 tapi Shani belum bisa memejamkan matanya. Akhirnya ia memilih kembali membuka laptopnya dan mempelajari informasi yang diberikan tante Nat.
Shani juga membuka file yang dikirim oleh Naoki mengenai gangguan kejiwaan yang diderita mama tiri dan adik tiri mamanya itu. Shani juga mempelajari segala jenis tentang alter ego. Jika dugaan Naoki benar, bahwa Gracia mempunyai gangguan kejiwaan dalam bentuk alter ego, maka Shani harus lebih mencari tau tentang hal itu. Cici-ciri, potensi untuk menyakiti, dan cara menghentikannya agar tak semakin menjadi.
Sejauh ini Shani memang tidak percaya dengan asumsi Naoki itu, tapi tidak ada salahnya untuk lebih tau tentang hal itu. Jika benar Gracia memang membohongi dirinya maka setidaknya Shani sudah punya bekal untuk memilih solusi selanjutnya.
'Apakah ia akan marah bila asumsi Naoki benar?'
Bukan...bukan itu pertanyaan yang lebih cocok. Seharusnya pertanyaannya diganti menjadi 'Apakah ia sanggup untuk marah jika asumsi Naoki benar?'
Ya, Itulah yang ia pikirkan saat ini. Apakah ia sanggup untuk marah?
Apakah ia sanggup untuk membenci?
Jika sampai saat ini Gracia adalah orang yang bisa menyentuh hatinya untuk menghangat. Gracia adalah orang yang membuatnya tersenyum disaat masalah berat menimpanya. Ada warna tersendiri yang dibawa oleh gadis itu dalam hidupnya yang sudah cukup lama hampa.
Walaupun hal itu terjadi Shani mungkin gak akan marah, pasti ada alasan Gracia melakukan itu. Ia hanya perlu bangkit tanpa harus membenci, seperti yang selama ini ia sugestikan pada dirinya saat menghadapi masa-masa sulit menyangkut papanya.
Ia hanya perlu menjauh, tidak perlu untuk menghakimi. Mungkih warna baru dalam hidupnya hanya sebatas sampai titik itu.
Apakah ia bisa bangkit ?
Shani sendiri tak yakin akan jawabannya. Walaupun ia tak bangkit, ia tak perlu menyesal karena selama ini ia sudah sempat merasakan kebahagiaan dari orang lain, melihat sisi lain kehidupan yang lebih indah selain kebersamaan dengan mamanya.
Mungkin memang hanya sebatas itu ia bisa menikmati hidup yang penuh warna, atas hukuman karena dirinya membuat malaikat hidupnya menderita setelah melahirkannya.
Shani memejamkan mata bersandar pada sofa. Sedramatis inikah hidupnya? Seberat itukah hukuman yang harus ia terima?
"Cici ngapain?" Shani berjingkit kaget saat Gracia tiba-tiba berdiri di sebelah sofa sambil mengucek -ngucek mata.
"Eh,!" dengan gerakkan cepat Shani menutup layar laptopnya "ga ngapa-ngapain kok, cuma main games aja."
"Lo kenapa? kebangun?"
![](https://img.wattpad.com/cover/134076169-288-k526885.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
|| We!! Family?? || SELESAI||[ Cerita Lama Hanya Di Up Ulang]
FanfictionSebuah persaudaraan tak sedarah namun melekat