"Nathan...!!!"
"Papa...!!"
"Mama...!!"
Nathan terpana dalam pandangannya kemudian berlari menghambur ke pelukan papa dan mamanya yang sedang duduk disofa sambil menonton tv. Air matanya mengalir begitu saja tanpa diminta. Dadanya bergemuruh.
Selama ini ia sudah berusaha mencari, baik secara pribadi maupun menyuruh orang lain tapi tak ada hasil. Siapa yang menyangka saat pikirannya kacau karena beberapa peristiwa yang menimpa keluarganya; kembarannya menghilang, terdampar disini, perusahaan diambil alih, tetapi justru mendapat sebuah hadiah luar biasa.
Melihat dua orang yang disayanginya melebihi diri sendiri dalam keadaan baik-baik saja menimbulkan kebahagiaan tak terkira. Hatinya menghangat perasaannya tenang begitu saja. Padahal sebelumnya dirinya hampir menyerah karena keputusasaan. Tapi, sekarang semua keputusasaan itu telah menghilang tanpa ia minta.
Deva mengurai dekapan erat anaknya. Matanya juga sudah basah oleh air mata. Hari yang dinanti dalam setiap hembusan nafasnya akhirnya tiba. Bertemu dengan anak-anaknya adalah mimpi yang hampir setiap malam singgah dalam bunga tidurnya. Meski sekarang hanya bertemu dengan satu anaknya saja. Sebelumnya bayangan mengerikan tak bisa bertemu lagi selalu mengikutinya.
Selama ini Deva memang dalam keadaan baik-baik saja ditempat ini. Tidak mendapat perlakuan yang kurang nyaman pula. Kebutuhan makan dan penyegaran jiwa dan batinnya terpenuhi. Ia merasakan ditempat ini mendapatkan perlakuan istimewa. Seperti majikan di rumahnya dulu. Tapi tetap saja kekhawatiran akan keadaan anak-anaknya tak dapat ia singkirkan begitu saja.
Selama ini pikirannya selalu bercabang. Selain memikirkan keadaan anak-anaknya hal aneh yang ia alami membuatnya juga bertanya-tanya 'siapa gerangan dalang dari semua ini?'
Membuatnya bertahan ditempat yang tak ia kenal dalam kurun waktu yang sudah membosankan! Jika ia culik, maka mengapa ia diperlakukan istimewa?."Papa sama mama baik-baik aja kan!!"
Nathan menelisik melihat keadaan tubuh papa dan mamanya. Mata tajamnya. mengamati dengan intens. Saat ada sebuah usapan lembut di pipinya mengalihkan tatapan khawatir Nathan.
"Kami baik-baik saja. Kamu kenapa bisa ada disini?"
Vivi juga tak bisa menahan luapan air matanya. Mungkin ini yang disebut sebagai air mata kebahagiaan. Kekhawatirannya sedikit berkurang saat bertemu dengan anak sulungnya.
Setidaknya ia tahu sebagian keluarganya dalam keadaan baik-baik saja. Ia berharap yang lain pun begitu. Terutama anak semata wayangnya yang tak kunjung dewasa itu.
"Iyaa. Kamu kenapa bisa masuk?? Kamu gak dihalangi sama penjaga yang diluar?? Atau kamu diam-diam masuk??"
Deva menatap khawatir putranya. Tadi pagi ia dan istri dipindahkan ke rumah ini. Tidak tahu bertujuan untuk apa, Ia tak bisa menolak hanya bisa menuruti. Tak kuasa juga jika ingin melawan.
Suasana dan kondisi disini tak beda jauh dengan rumah yang sebelumnya ia tempati beberapa waktu belakangan. Tempat-tempat yang menjadi pijakannya selama ini tak pernah sepi dengan orang-orang berbadan tegap.
Baik yang berpakaian rapi maupun yang terlihat seperti preman. Bahkan jika ingatan Deva tak salah mengenali, orang-orang itu lebih dari 25 orang yang berjaga bergantian. Diluar orang baru yang membawanya kesini.
Nathan menatap keduanya dengan lipatan kening mengkerutnya. Otak kacaunya berusaha memahami, tapi sepertinya tak sanggup untuk mencerna.
"Maksud papa penjaga apa? Di luar gak ada siapa-siapa kecuali supir yang mengantar Nathan kesini."
KAMU SEDANG MEMBACA
|| We!! Family?? || SELESAI||[ Cerita Lama Hanya Di Up Ulang]
FanficSebuah persaudaraan tak sedarah namun melekat