Gracia menggeliat terbangun dari tidurnya, menegakkan tubuh untuk duduk. Matanya menatap sekitar dengan was-was, ruangan ini agak asing menurutnya tapi setelah menatap beberapa pigura foto ia baru sadar ruangan ini adalah kamar sang kakak. Lebih tepatnya kamar Shani di apartemen pribadi sang kakak bukan kamar mereka di rumah.
Gracia memijat pelipisnya, kepalanya masih terasa pusing, seperti ada yang menusuk-nusuk dengan benda tajam. Ia kembali merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata, setidaknya posisi ini lebih baik dari pada posisi saat ia duduk tadi.
Saat suara pintu terbuka, ia kembali membuka matanya. Senyum manis penuh ketenanganlah yang ia dapatkan dipagi tak menyenangkannya kali ini.
"Masih pusing??"
Shani meletakkan nampan yang ia bawa dimeja sebelah tempat tidur, kemudian ia duduk dipinggir kasur. Menempelkan punggung tangannya pada dahi Gracia untuk memeriksa suhu tubuh sang adik. Gracia agak heran sih, ada sesuatu yang tak sinkron pada cicinya pagi ini atau agak kurang nyambung 'masih pusing?' tapi yang di cek suhu tubuh.
Sepertinya Shani kurang minum atau malah kebanyakan, kebanyakan micin maksudnya. Gracia hanya mengangguk, tak memikirkan sekelebat fikiran anehnya barusan. Ia hanya diam menikmati elusan tangan lembut yang sekarang berada di pipinya, merapikan rambutnya yang lumayan berantakan berserakan di wajahnya.
Kenyamanan ini belum pernah ia rasakan sebelumnya bersama orang lain, Shani orang pertama diluar keluarga kandungnya yang bisa membuat Gracia senyaman ini.
Rasa sakit yang sedari tadi mengganggunya seolah-olah lenyap begitu saja. Betapa bahagianya dia seandainya sejak kecil memiliki kakak seperti Shani. Baik, perhatian, suka ngalah dan selalu melindungi yah, walaupun Shani datar, galak dan sangat menakutkan jika sedang marah tapi itu semua tak mengurangi rasa sayang Gracia kepada Shani.
"Makan dulu ya, itu udah gue beliin bubur mumpung masih anget." Shani membantu Gracia untuk duduk bersandar pada kepala ranjang.
"Suapiiiinnn"
"Manja" cibir Shani, tapi tetap saja membawa nampan ke pangkuannya kemudian menyuapi Gracia.
"Cici kok tadi malam bisa datang cepat?? Cici tau dari mana Gre ada ditempat itu??" tanya Gracia setelah menelan suapan pertamanya
"Eemmm gue tadi malam ada ketemuan sama anak-anak disana, dan kebetulan Okta sempat lihat lo.." Shani menjadikan bahu "jadi ya, gue langsung nyamperin lo ke toilet."
"Sama ka Naoki juga!!! Gracia memicingkan matanya
Cici sering pergi ke tempat kaya gitu? Nagpain?"
Mulai lagi kan ni bocah posesifnya, gue sih pergi ke tempat gituan gak papa, lah dia bikin jantungan.. ckckckckck
"AAAAA!!"
"Iya, ada Naoki juga yang lain juga ada, Syahfira, Gaby, Mario juga ada. Gak sering tapi pernah beberapa kali. Kadang karena suntuk, iseng atau kalau ada acara sama anak-anak yang lain."
"Apalagi sih rahasia cici yang Gre gak tau??" Gracia semakin memicingkan matanya.
Shani mengerutkan dahinya menyadari tatapan tak santai dari sang adik.
"Maksudnya rahasia apa?"
"Cici itu penuh misteri, tertutup, dan penuh rahasia. Cici yang Gre kira cewek rumahan ternyata malah punya apartemen sendiri bahkan orang rumah gak ada yang tau. Emang papa gak curiga dengan pengeluaran cici untuk beli apartemen ini? Cici yang Gre kira cewek rumahan ternyata mainnya tempat kaya gitu. Jangan bilang cici juga suka minum?"
Shani meraup wajah Gracia dengan tangan kanannya.
"Muka lo gak usah serius gitu? Gak cocok." ntah karena terpengaruh oleh asumsi Naoki atau emang kebetulan saja. Menurut Shani, Gracia mulai menggali sesuatu darinya. Atau semua hanya kebetulan semata, karena Gracia ingin mengenal dirinya yang statusnya saat ini adalah sebagai kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
|| We!! Family?? || SELESAI||[ Cerita Lama Hanya Di Up Ulang]
FanfictionSebuah persaudaraan tak sedarah namun melekat