|46|| Berani Melangkah

85 5 0
                                    

"Cici beneran gak mau ikut?" Gracia cemberut menatap Shani.

"Ada hal yang mau dibicarakan tante Nata, jadi lo sepedaan berdua sama anak bibi gak apa-apakan?"

"Iisshhh... sok sibuk! Gak ada waktu! Gak pernah peduli!!" Selepas berkata demikian Gracia melangkah menuju pintu.

Sebelum sempat Gracia memutar handle pintu tangan Shani lebih dulu menahannya.

"Ngambek ya?" Shani mengangkat kedua alisnya melihat bibir 3 cm cemberut milik Gracia

"Adaw... Gre sakit!!! kamu tega banget sih sama cici... itu kaki kamu apa kaki gajah sih!! Sakit banget Nginjek!" Shani meringis, menunduk mengusap kelima jari kakinya yang diinjak oleh kaki gajah tenaga kuda.

"Aw..aw...aw...aw... Gre sakit lepas...!" Shani meringis seraya berdiri mengikuti tarikan tangan Gracia ditelinganya.

Gadis cuek nan peduli itu meringis pelan saat melihat tatapan membunuh Gracia. Padahal ia tadi sudah ingin memarahi adik songongnya itu tapi ia urungkan.

"Gre... sayang... kesayangan cici, itu tangan gak mau dilepas apa dari telinga,"

"Ciiciii, yang kamu lakuin ke aku itu jahat!" Gracia menghentak-hentakkan kakinya menuju ranjang. Tanpa melepas sepatu sport yang tadi ia gunakan sebagai alas menginjak kaki Shani, gadis itu sekarang tengkurang di atas ranjang.

Shani melongo dalam ketersakitannya. Bukankah adik bawelnya itu yang lebih jahat. Sudah menginjak kaki mulus tanpa salah dengan sepatu centang alas bergerigi itu. Lihatlah kelima jarinya memerah dengan masih bercap akibat kekejaman adiknya.

Tidak hanya itu telinganya pun masih terasa panas dan nyeri. Ia saja sebagai kakak tidak pernah sekejam ini. Kenapa sekarang malah menerima perlakuan tak menyenangkan dari sang adik. Shani mendekati Gracia ketika suara sesenggukan pertanda menangis itu mulai mengencang.

Drama banget sih,,

Shani kemudian duduk di ranjang di samping Gracia. Tangannya terulur mengusap-usap belakang sang adik.

"Gre,, udah dong jangan nangis..."

Tak mendapat respon

"Gre,,, gue salah apa sih??? gue jahat kenapa???"

Masih sabar

"Gracia... kalau lo gak mau ngomong gue mana tau!!"

Sudah mulai tak sabar

"Gre masa gara-gara gue gak mau naik sepeda lo jadi ngambek gini,"

Shani menghela napas, kesabaran tipisnya mulai teruji,

"Gre...~"

"Apa sih??? Pergi aja sana kalau ada urusan. Gak urusin yang disini."

Shani meneguk ludahnya dengan pelan. Gracia bangun dengan mata sembab, rambut berantakan bak raja hutan, matanya nyalang seperti mencari mangsa.

"Siapa yang ngambek gara-gara naik sepeda?? siapa??"

Ingin sekali hati Shani berteriak meneriaki nama adik semata wayangnya itu.

Masih nanya! Emang siapa tadi yang ngajakin naik sepeda??

"Gak cuman hari ini ci!!! gak cuman hari ini!! Cici itu akhir-akhir ini sibuk terusss.... Gak ada waktu buat main sama Gre! Cici bawa Gre kesana kemari tanpa penjelasan Gre terima!!

Ketemu dokter Putri! Gre gak pernah nanya untuk apa?? Pemeriksaan!! Gre gak merasa sakit sampai harus ngelakuin pemeriksaan di rumah sakit yang jauh kaya gitu???"

Shani dapat melihat dengan jelas tanpa sensor pundak Gracia naik turun, hidung dan mulutnya bernapas dengan kasar. Sepertinya gadis itu sedang menahan sesak yang luar biasa.

|| We!! Family?? || SELESAI||[ Cerita Lama Hanya Di Up Ulang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang