|42|| Keputusan

422 33 4
                                    

"Cici dari mana?"

Shani menoleh kemudian mengunci pintu. Ia menuju sofa duduk disebelah Gracia yang sedang menonton tv. Tanpa permisi ia merebahkan tubuhnya dengan kepala berbantalan kaki Gracia.

"Dari nemuin bang Nathan dibawah. Gue capek!"

Shani membalik tubuhnya sehingga kepalanya menghadap perut Gracia. Tangannya melingkar erat diperut sang adik. Sudah lama rasanya ia maupun Gracia tidak bermanja-manja.

"Ada masalah ya ci!"

Tangan Gracia mengusap lembut kepala Shani. Gracia sendiri tidak yakin dengan perasaannya. Akhir ini hatinya lebih sering berkecamuknya dari pada perasaan tenangnya.

Apakah karena keadaan orang tuanya yang tak kunjung ada kejelasan? Atau karena terlalu capek berperaang dengan pikirannya?

Hari ini Gracia lebih merasa aneh lagi. Sebelum Shani ke kamar Gracia sempat dikunjungi oleh Maul. Hanya ada obrolan ringan. Tapi entah kenapa Gracia merasa ketakutan!

Hatinya seolah menjerit memintanya untuk menjauh. Ia sendiri tidak paham maksudnya apa? Hanya saja ketakutan tak berujung yang mengisi pikiran dan perasaanya membuat diri Gracia tak tenang.

Shani menengadahkan kepalanya menatap ke atas. Keningnya berkerut melihat ekspresi Gracia yang seperti menahan beban. Shani bahkan mengurungkan niatnya untuk menjawab pertanyaan Gracia.

"Lo kenapa?"

"EH! Kenapa apanya ci?" Gracia menunduk menatap wajah Shani.

"Lo gak usah pura-pura didepan Gue" Shani beranjak mendudukan tubuhnya menghadap Gracia. Kedua kakinya ia lipat diatas sofa

"Lo bodoh soal nyembunyiin perasaan. Sekarang apa yang lagi pikirin? Beban apa yang lo tanggung? Masalah apa yang lo hadapi?"

Gracia mendengus tak suka kemudian cemberut. Mengapa ia selalu gagal saat ingin menyimpan rahasia jika dihadapan Shani. Padahal dulunya dia adalah penyimpan ulung.

Peka banget sih! Giliran dia sendiri yang ada masalah sok-sok gak peka!! Kan gak adil. Masa Gre ketahuan mulu rahasianya. Giliran rahasia cici malah gak kesentuh! Gaka adil!! dasar makhluk datar nyebelin!

"Gak usah ngatain gue! Lo kenapa?" Gracia nyengir memperlihatkan gigi gingsul penggoda imannya.

Tau banget sih lagi di omongin!!

"Belum puas ngatain guenya??"

"Eh!! siapa yang ngatain??"

Kan bisa tau dia

"Gak usah pura-pura. Lo itu udah bego jadi makin bego kalau pura-pura gitu!!"

"Aw..aw...aw sakit Gre!!!" Gracia mencubit perut Shani.

"Lepas!!! sakit banget dodol, aaarggh jangan di putar" Gracia berkacak pinggang sambil melotot. "Makanya jangan ngatain sembarangan. Rasain tuh!!!"

Setelah berkata demikian Gracia meninggalkan Shani begitu saja. Kemudian ia berjalan menuju ranjang hotel yang malam ini ia tempati berdua dengan Shani.

"Gre lo gak kasian gitu! Perut gue jadi merah-merah" melas Shani

"Bodo amat!!! salah siapa ngatai gak pake perasaan!" Gracia menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.

"Ya udah sih, kalau gak mau peduli. Gue juga bisa. Gue tidur di kamar bang Nathan aja! Lo gak taukan dilantai ini pernah ada percobaan pembunuhan~"

"Ciciiiiiiiiiiii..."

|| We!! Family?? || SELESAI||[ Cerita Lama Hanya Di Up Ulang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang