Semingguan ini Gracia hanya berdiam didalam rumah, enggan untuk beraktifitas apapun. Ajakan teman-temannya untuk jalan-jalan tak pernah ia ikuti. Tawaran liburan dari papa mamanya juga tak hiraukan.
Sudah seminggu pula Shani tak menampakkan kehadirannya. Jika di lain waktu Gracia masih bisa melihat kehadiran Shani di sekolah kali ini sama sekali tak tahu menahu soal Shani. Ditambah papa dan mamanya yang sedang melakukan perjalanan bisnis tidak ada yang menanyakan ataupun mencari keberadaan Shani.
Veleri salah satu kakaknya juga sedang tidak ada dirumah, dia sedang mengurus perusahaan keluarga yang ada di Surabaya bersama omnya, Maul. Nathan ada, tapi seolah tak ada. Selalu sibuk dengan dunianya sendiri alias jarang dirumah. Berangkat pagi pulang pagi demi mengais rezeki
Gracia menatap pintu yang sedikit terbuka, yaitu pintu ruang pribadi Shani, yang sedari awal Shani pergi memang tak tertutup rapat atau mungkin Shani lupa kalau sebelumnya ia membuka pintu itu. Karena biasanya Shani tak pernah lupa untuk selalu menutup pintu tersebut.
Gracia ragu, bolehkan jika ia masuk ? Bolehkan jika ia ingin mengetahui apa yang selama ini Shani lakukan di dalam sana?
Adakah yang Shani sembunyikan dari dirinya di dalam ruangan itu? Apakah Shani akan marah jika Gracia mengusik atau meng-kepo-i ruang pribadinya? Apa yang sebenarnya ada didalam sana sehingga Shani selalu melarang orang lain untuk masuk?
Sudah seminggu ini Gracia bimbang dan penasaran tentang keberadaan ruang pribadi kakaknya itu. Jika Shani tak ingin memberi tahu dirinya tentang semuanya haruskah ia mencari tahu sendiri?
Dan diawali dengan sedikit lancang masuk ke ruang yang sering ia lirik tapi tak dibolehi untuk melihat.
Dengan sedikit bimbang Gracia melangkah memasuki ruang bernuansa putih itu. Tidak terlalu luas hanya setengah dari lebar kamarnya. Di dinding ruang tersebut dihiasi bingkai foto Shani dan sang mama, satu foto Shani dan keluarga minus sang papa.
Apakah serumit itu hubungan Shani dan papanya sehingga tak ada satu foto pun yang berhias wajah kepala keluarga di rumah tersebut?
Sisanya foto-soto Shani dengan teman secengannya dan foto Shani dengan para orang yang bekerja di rumah ini.
Gracia mengamati meja kerja yang lumayan lebar, berisi 2 buah layar dan satu buah laptop. Bukan laptop yang sering Shani pakai, mungkin itu memang khusus untuk di ruangan ini pikir Gracia. Meja besar yang rapi, bahkan tidak ada selembar kertas pun diatasnya. Lemari yang tidak terlalu besar juga ada disana dalam keadaan terkunci.
Saat berkelilin memeriksa setiap centi ruangan tersebut, ada sebuah laci yang tak terkunci. Didalamnya ada sebuah buku berukuran kertas A5 bersampul warna maroon yang cukup menarik perhatian Gracia. Ia mengambil buku itu kemudian membawanya ke sebuah sofa yang ada di dekat pintu.
Halaman demi halaman ia buka dan hanya sebuah kertas putih tak berhias tinta yang ia lihat, hingga pada halaman yang berada seperempat buku terdapat sebuah tulisan. Tulisan tangan yang tidak terlalu bagus tapi juga tidak jelek, milik sang kakak.
Ma.... Shani hari ini bagi rapor yang pertama tanpa kehadiran mama, waktu dapat undangan Shani langsung kirim fotonya ke sekretaris papa, supaya disampaikan kalau Shani perlu wali buat ngambil. Tapi tadi pagi Shani baru dapat balasan dari sekretaris papa, kalau papa lagi gak di Jakarta jadi gak bisa hadir.
Akhirnya tadi pagi Shani maksa si mbok buat jadi wali Shani, awalnya si mbok gak mau, karena katanya takut bikin malu Shani terus gak punya baju yang pantas buat dipake...
Padahal Shani gak pernah malu...
Akhirnya setelah Shani bujuk dan Shani ngambek si mbok baru mau....
KAMU SEDANG MEMBACA
|| We!! Family?? || SELESAI||[ Cerita Lama Hanya Di Up Ulang]
FanfictionSebuah persaudaraan tak sedarah namun melekat