|9|| Sayatan Luka

2K 222 152
                                    

Shani dalam perjalanan pulang dengan menggunakan transportasi online. Sebenarnya Naoki menawarkan diri untuk mengantar, tapi ia tolak. Malas meladeni temannya yang selalu menanyakan seputar salah satu kakak kembarnya.

Sebenarnya Shani masih enggan pulang ke rumah, tapi tadi siang Mbok ada memberitahu bahwa hari ini Papa dan Mama tirinya pulang dari luar Negeri.

Itu artinya hari bebas Shani diluar telah habis. Karena jika Papanya pulang dan Shani tidak ada dirumah maka akan terjadi bencana besar. Walaupun itu sudah biasa terjadi semenjak dulu, tapi Shani tak ingin berdebat untuk saat ini.

Shani berjalan memasuki rumahnya dengan harap-harap cemas, satu yang ia harapkan tidak menemui satupun penghuni rumah ini hingga sampai dikamarnya.

Terkadang memang apa yang kita inginkan tak selalu kita dapatkan. Di depannya sudah terlihat bahkan tak hanya satu tapi seluruh penghuni rumah ini ada dihadapannya. Shani menghela napas lelah berusaha mengabaikan dan berjalan begitu saja menuju kamarnya.

"Shani!!"

Suara berat penuh ketegasan itu menghentikan langkahnya. Shani berbalik menghadap seseorang yang baru saja memanggilnya. Shani mengernyit melihat ekspresi Papanya yang menampilkan kemarahan.

Gue salah apa lagi atau jangan-jangan Papa udah tahu kalau semingguan ini gue gak pulang?

"Apa kamu tidak bisa, sekali saja tidak buat masalah?"

Suara pelan penuh penekanan membuat Shani hanya bisa menundukkan kepalanya. Karena jika ia menjawab akan percuma sebab dirinya akan tetap salah.

Papa memang udah tau kayaknya.

"Tadi guru BP Sekolah kamu nelpon Papa! Katanya kamu berbuat kekerasan dengan teman kamu di Sekolah?"

Masalah lain lagi malahan, cckckkck

"Jawab!! Jangan diam aja !!" bentak Deva

Sedangkan orang lain di ruangan itu hanya bisa berdiam diri, kemarahan Deva bukanlah hal bisa dibantah. Walaupun mereka juga bingung, kenapa seorang Shani bisa berbuat seperti itu. Shani masih menundukkan kepalanya, menjawab bukanlah pilihan.

"Apa kamu tau, apa yang terjadi dengan adik kamu hari ini ?"

Gracia menegang ketika masalahnya disangkut pautkan dengan Shani.

"Dia papa pindahkan ke Sekolah kamu supaya bisa kamu melindungi. Bukan malah membiarkan dia di bully sama kakak kelasnya!!!" bentaknya lagi.

"Pa, Ci Shani, "

"Diam kamu Gracia!!" potong Deva sebelum Gracia melanjutkan ucapannya.

"Tapi pa, tadi . . ."

"Papa bilang diam Gracia!!" suara pelan penuh penekanan itu terdengar kembali dan Gracia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia pun akhirnya memilih diam.

"Apa kamu sudah lupa, terakhir kamu membuat keributan kamu hampir membuat orang lain kehilangan nyawa!!" bentaknya lagi

"Pa! Apa Papa sadar selama ini Papa gak pernah ngasih Shani kesempatan buat jelasin!. Jelasin kejadian beberapa tahun lalu maupun kejadian hari ini!. Enggak pa!! enggak !!" bentakan Deva dibalas Shani dengan bentakan yang tidak kalah nyaring.

Terlihat matanya nyalang menahan amarah. Kesabaran Shani sepertinya sudah menipis. Jika biasanya ia memilih diam berbeda dengan kali ini. Akhirnya ia berani mengungkapkan apa yang selama ini ia pendam.

[Plaaak]

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulus gadis 17 tahan dengan kerasnya. Pipi putih Shani langsung memerah. Tamparan itu membuat semua orang kaget bahkan sampai berdiri. Vivi menghampiri suaminya dan memegang lengannya bermaksud untuk menenangkan.

|| We!! Family?? || SELESAI||[ Cerita Lama Hanya Di Up Ulang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang