Hari ini tepat dua minggu Shani tidak pulang kerumah, ada rasa enggan untuk menginjakkan kaki dirumahnya. Selama itu pula Shani tinggal di apartemen miliknya yang ia beli secara diam-diam tanpa diketahui oleh Papanya. Pengacara sekaligus teman terdekat alm. Mama lah yang membantu Shani dalam masalah administrasi pembelian apartemen. Selama dua minggu ini pula Shani sibuk dengan latihan basket untuk persiapan pertandingan final tim mereka.
Shani dan Naoki sekarang berada di lapangan basket indoor Sekolah. Seperti biasa jam istirahat mereka gunakan untuk latihan-latihan ringan.
"Sampai kapan lo gak mau balik Shan?" tanya Naoki, saat ini mereka memang sedang istirahat dari latihan. Naoki dan sahabat Shani yang lain memang sudah mengetahui perihal masalah yang membuat Shani kabur dari rumahnya.
"Gak tau, gue males buat balik" jawab Shani
"Lo masih dendam sama adek tiri lo?"
Shani hanya mengangkat bahu tanpa memberikan jawaban
"Kalau dari cerita lo, adek lo itu pasti gak sengaja buat lo sampai luka Shan, yaa mungkin dia anaknya memang ceroboh dan lo bilang Mama tiri lo juga gak jahat kan!"
"Jadi ya mungkin lo harus berusaha menerima mereka, jangan lari dari masalah" nasehat Naoki
"Gue bukan nya lari Ki, tapi gue masih gak terima soal pernikahan mereka, lo taulah maksud gue."
"Masalah anak itu gue gak pernah menganggap dia adek! adanya mereka di keluarga gue, cuma menambah beban hidup gue Ki." jawab Shani yang sekarang sudah merebahkan dirinya di lantai.
"Shan!! lo boleh marah sama Papa lo, cum~"
"Udahlah Ki," Shani langsung memotong ucapan Naoki.
"Gak usah belain terus, lo gak tau gimana kelakuan anak baru Papa itu. Manjanya keterlaluan, ngomongnya juga bikin gue enek menye-menye 'Ge-Ge' apaan coba manggil diri sendiri kaya gitu, belum lagi sikap cerobohnya itu sampai bikin binatang peliharaan gue pada mati!!."
Mengingat kejadian-kejadian yang pernah menimpanya sepertinya membangkitkan emosi Shani.
"Shan mulut lo kok jadi pedes ya! Gue memang gak suka sama sikap pendiam lo' tapi gue jauh lebih gak suka kalau lo banyak ngomong cuma buat nyakitin orang lain."
"Gue tau lo emosi, tapi dikontrollah emosi lo itu. Gue percaya lo bisa ngelewatin semuanya," timpal Naoki.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang dengan tak sengaja mendengar omongan keduanya. Gracialah orang yang mendengar obrolan itu. Tanpa bisa ia tahan air matanya sudah meleleh membasahi kedua pipinya. Gracia pun segera berlari menuju kelas.
Seperti ada hantaman keras di hatinya ketika mendengar kalimat itu terucap dari kakak tirinya. Gracia memang polos tapi dia tak bodoh, Gracia memang lugu tapi bukan berarti ia tidak tau. Selama ini ia memang bersembunyi di balik sikap kekanakannya dan sifat luar biasa ingin tahunya.
Awalnya hal itu hanya untuk menutupi kegelapan dari masa lalu yang selalu membayanginya tapi sejalan dengan lamanya waktu seolah-olah itu sudah menempel di diri Gracia. Didukung oleh kepolosan dan keluguan dirinya hal itu berjalan dengan lancar hingga sekarang, tanpa ada yang menyadari bahwa hal itu hanyalah cara Gracia menutupi diri agar tak ada yang mengasihaninya.
Gracia sadar tidak hanya sekali orang menganggap dia aneh karena di umurnya yang sekarang masih bersikap seperti itu tapi ketika mendengar kalimat yang terlontar dari bibir kakaknya rasanya benar-benar menyakitkan.
[Bruuukkk]
Saat Gracia berlari menyebrangi lapangan dia tak sengaja menabrak seseorang yang sedang berjalan berlawanan arah dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
|| We!! Family?? || SELESAI||[ Cerita Lama Hanya Di Up Ulang]
Fiksi PenggemarSebuah persaudaraan tak sedarah namun melekat