Deva hanya bisa duduk termangu menatap tumbuhan hijau di depannya dari balkon. Ia masih menerka-nerka siapa dibalik drama penculikan ia dan istrinya ini. Ia merasa ini sebuah pengasingan.
Rumah yang tidak terlalu mewah tapi memiliki pagar tembok yang sangat tinggi. Para pria tegap dan berekspresi kaku menjaga di sekeliling rumah dan juga di depan gerbang.
Setelah kejadian malam itu, ntah disebut apa ia juga tak tahu. Penculikan kah? Pengasingan kah? Atau yang lain....
Saat ia sadar dari tidur lelapnya karena sebuah suntikkan malam itu Ia sudah berada ditempat ini. Sebuah tempat pedesaan yang sangat jauh dari kota sepertinya karena ia tak melihat gedung-gedung tinggi dari tempat ia berpijak saat ini. Perbukitan memang indah, hanya saja ini bukan saat yang tepat untuk mengagumi alam liar ini.
Ia mengira bahwa dirinya akan disiksa ataupun dibunuh, tapi ternyata ini sejauh ini ia dan istri masih dalam keadaan baik-baik saja. Hanya saja ia memang tidak diizinkan sama sekali keluar dari rumah ini. Jangankan keluar, para penjaga ketika diajak ngomong pun tak ada yang menyahut.
Deva masih terdiam, mengingat, memikirkan, memahami kejadian yang menimpa dirinya dan keluarganya akhir-akhir ini. Ia kemudian meraba bekas luka pada bagian perut bawahnya.
Sebuah luka jahitan sekitar 10 tahun silam. Sebuah bekas luka saat mendonorkan salah satu ginjalnya untuk salah satu anaknya, yaitu anak bungsunya.
Ia tau dan menyadari selama ini ia SUDAH SANGAT KETERLALUAN atas tindakkannya kepada Shani. Tapi ego itu selalu lebih menguasai dirinya untuk melampiaskan ketidakpuasan keadaan yang menimpanya dibalik susunan takdir hidupnya.
Ia tau semua orang akan memandang dirinya sebagai seorang Ayah bahkan mungkin ia sudah tak pantas menyandang kata itu. Akan tetapi apakah ada orang pernah berada di posisinya. Bagaimana perjuangannya?
Bagaimana terjal hidupnya sebelum sesukses sekarang? Itulah mengapa Sisi lain ego masih menuntut pembenaran akan sikapnya selama ini. Sikap yang mungkin seharusnya tak ia lakukan.
Tapi... Apakah ada yang pernah merasakkan bagaimana dibutakkan oleh CINTA yang sangat besar ?
Apakah ada yang pernah merasa kecewa karena sebuah Cinta yang sangat besar?
Apakah ada yang tahu rasanya ketika semua pengorbanannya dipandang sebelah mata?? Perasaan cinta yang sangat besar kepada mendiang sang istri membutakan deva atas penderitaan putri bungsunya karena tindakannya sendiri.
Disalahkan, dipojokkan karena keadaan yang bukan atas kehendaknya, siapa yang bisa terima dengan lapang dada. . .
Ia kecewa dengan keadaan tapi ia justru melampiaskan semuanya kepada Shani. Memang tidak ada pembenaran akan sikapnya selama ini tapi bukan hanya Shani yang menderita selama ini. Ia juga menderita.
Perjuangan untuk mendapatkan cinta mendiang sang istri adalah perjuangan panjang untuk deva. Ia hanya laki-laki rantau di ibukota, bukan dari keluarga kaya dengan segala harta melimpahnya. Saat pertama kali ia jatuh cinta, ia butuh perjuangan yang tak mudah untuk mendapatkan balasan atas perasaannya.
Mendiang sang istri adalah primadona kampus, paras yang menawan, tutur kata yang lembut, pembawaan yang selalu tenang ditambah cucu dari salah satu pengusaha kaya di negeri ini.
Saat perasaannya terbalas berkat perjuangan panjangnya hubungannya terhalang restu sang calon mertuanya.Ia yang hanya laki-laki biasa,
Penghinaan dan makian sudah khatam ia lewati, bahkan ia harus kehilangan ibu tercintanya karena shock atas perkataan ayah mendiang istrinya itu.
Hubungan mereka direstui oleh ibu sang istri tapi tidak dengan ayah, kakek serta nenek sang istri. Setelah hampir 8 tahun ia berjuang akhirnya ia bisa menikahi sang istri tercintanya. Hal itu tak luput dari peran mama mendiang istrinya yang memaksa dirinya untuk menerima bantuan membuka usaha dan melanjutkan studi S2 nya.
Saat kebahagiaan itu terwujud, ia hanya diberi waktu sekitar 18 tahun untuk menikmati indahnya naungan kebahagiaan atas nama keluarga.
Dimana istrinya harus pergi karena sebuah tragedi yang juga melibatkan anak bungsunya.
Ia marah, ia kecewa, ia bingung tak tau harus berbuat apa ketika itu. Akhirnya ia memilih pergi mencari kebahagiaan yang lain.
Deva masih meraba bekas jahitan di bagian perutnya. Shani kecil yang menggemaskan, lucu dan juga sangat aktif berubah menjadi Shani yang dingin, pendiam dan acuh di mata Deva. Dan betapa sadar dirinya jika semua itu karena perlakuannya selama ini.
Papa tahu papa salah, tapi selama ini papa sudah berusaha melupakan semuanya. Tapi ingatan itu tetap muncul, apalagi kemiripan kamu dengannya membuat papa mudah tersulut emosi.
Maafin papa....
Papa sudah berusaha ngasih yang terbaik buat kamu, tapi ego papa sendiri yang gak bisa papa kendalikan.
Wajahmu mengingat papa akan luka itu....
Papa minta maaf nak,
Papa cukup sadar jika kamu gak mau maafin papa, karena kesalahan papa memang tidak ringan....
Jaga ginjal itu, karena hanya itu hal baik yang papa lakukan buat kamu.===
Chapter full
https://karyakarsa.com/Dyistory
===Gracia menatap langit malam dalam diam. Ia sekarang berada disebuah atap sebuah gedung. Gedung yang biasanya disebut sebagai hotel. Ia berada di hotel mewah ini dalam keadaan sendiri. Mengapa ia berada disini ?
Karena ia tidak tahu harus kemana. Kedua orang tuanya semenjak malam itu tidak ada kabar sama sekali. Kakak kembarnya sibuk dengan urusan masing-masih menyangkut masalah kerjaan yang Gracia sendiri tidak mengerti.
Shani?? jangan tanyakan kepada dirinya. Karena Cici kesayangannya itu juga tidak ada kabar lagi. Setelah malam kelam berhujan dimana pertemuannya yang penuh tanda tanya itu Shani menghilang.
Gracia tak mengerti mengapa jalan hidupnya tak pernah mulus, setelah perjalanan panjang bangun dari keterpurukan kehilangan sang papa kini ia harus menghadapi (lagi) sebuah rasa kehilangan. Tidak tanggung-tanggung semua orang-orang penting bagian hidupnya menghilang, menjauh, dan ia kembali terabaikan.
Selama ini ia merasa tidak pernah dalam keadaan seburuk ini, ia memang sangat sedih saat sang mama tercintanya hilang tanpa kabar.
Akan tetapi selama ini masih ada Shani yang selalu menguatkannya. Bahkan Shani sempat menemaninya mengunjungi makam sang papa di Surabaya. Saat ini ia harus berdiri sendiri tanpa ada penguat. Om yang beberapa waktu belakangan menemaninya kini sibuk dengan urusan bisnisnya.
"Om harus memegang kendali perusahaan, kamu tahu sendirikan papa kamu menghilang. Jadi om sebagai salah satu wakil perusahaan harus memegang sementara. Om harap kamu ngerti dan kamu bisa mengurus diri kamu sendiri sementara ini ya!"
Itulah kalimat yang Gracia ingat atas coleteh panjang penjelasan omnya itu. Gracia memang sudah dewasa dan ia juga merasa sudah mengurus diri sendiri tapi disaat seperti ia merasa benar-benar kacau. Ia benar-benar merasa sendiri dan terbuang.
KAMU SEDANG MEMBACA
|| We!! Family?? || SELESAI||[ Cerita Lama Hanya Di Up Ulang]
FanfictionSebuah persaudaraan tak sedarah namun melekat