|39|| Memulai

435 48 38
                                    

Shani menatap heran ke arah Nathan. Pasalnya abang satu-satunya ini meminta bertemu lagi dengan dirinya hanya berdua.

Bukan! Bukan ajakan Nathan yang membuat Shani heran. Melainkan bentuk rupa Nathanlah yang Shani herankan.

Dengan muka kucel acak-acakan Nathan menemui Shani di kafe yang mereka sepakati. Tidak biasanya Nathan berpenampilan seperti ini. Bahkan tidak pernah terlintas dibanyangin Shani, akan menemui abangnya dalam kondisi seperti ini.

"Abang kenapa?"

Ini pertanyaan Shani yang sudah terucap kesekian kalinya. Bukan jawaban yang Shani dapatkan, melainkan hanya sebuah helaan napas penuh beban.

Shani memandang Nathan dengan bingung. Dari duduknya Nathan terlihat gelisah. Shani semakin yakin bahwa ada hal yang sangat berat yang ditanggung abangnya ini.

"Bang! Kita sudah 30 menit disini. Mau sampai kapan abang tetap diam?"

Shani itu cuek bin datar tapi ia juga tidak suka jika harus dicuekin tanpa sebab seperti ini. Apalagi dalam keadaan Shani adalah tamu atas undangan Nathan. Masa iya di anggurin! Di apelkan mungkin lebih kenyang.

"Kamu pernah bilang,"

Shani menajamkan pendengarannya saat Nathan mulai mengeluarkan suara. Suara emas yang sudah Shani tunggu-tunggu.

"Tentang masalah keluarga kita. Apa yang kamu tahu belum tentu abang tau! Boleh abang atau itu tentang hal apa?"

Shani mencoba memahami ekspresi kakak sulungnya dengan seksama. Keadaan Nathan yang seperti ini benar-benar membuat Shani bingung.

Masalah keluarga!!

Cuit Shani. Masalah keluarga yang sedang ia hadapi tak berujung dan mungkin tak akan menemui ujung.

Shani aja gak tau bang! apa aja yang sudah anang ketahui. Apa abang bakal percaya denger omongan Shani?

"Banyak hal yang terlewati jalan kita masing-masing bang! Mungkin aja semuanya beda!"

Shani mencoba mengambil jalan tengah. Jujur aja ia masih bingung dengan keadaan yang ia alami sekarang. Bertambah bingung dengan hal yang dialami abangnya, sehingga membuat laki-laki itu berantakan seperti ini.

"Apa yang Shani tau itu versi Shani, mungkin beda dengan yang abang tau versi abang! Lagian abang belum tentu percaya kalau Shani bilang!"

"Ini soal keluarga baru papa! Soal mama, soal Gracia dan soal Maul! Apa yang abang gak tau?"

Shani mendengar jelas helaan napas kasar penuh beban dari Nathan.

"Jelaskan apa yang sudah abang lewatin! Abang minta maaf sudah bersikap cuek ke kamu selama ini. Abang minta maaf sudah menggoreskan luka di hati kamu."

Nathan menarik napas dalam. Mencoba meredam emosinya yang mulai tak terkendali.

"Kasih tau abang, apa yang sebenarnya terjadi! Ada apa dengan keluarga kita?"

Nathan menunduk dalam. Beban hidupnya sangat terasa berat. Semuanya seperti tumpukan batu-bata menggunung di pundaknya.

"Abang gak mau gagal lagi karena gak bisa jaga kalian!"

Shani mengulurkan kedua tangannya menggenggam tangan Nathan yang terlihat rapuh di atas meja.

"Shani sudah maafin abang. Tapi Shani memang belum bisa bersikap kayak dulu. Abang jangan salah paham."

Shani membalas tatapan Nathan sambil tersenyum. Ia akui rasa sakit yang dulu pernah ada kini sudah mulai menguap. Sudah mulai pudar.

"Abang gak gagal jaga kami, terkadang semua memang diluar batas akal sehat kita bang!"

|| We!! Family?? || SELESAI||[ Cerita Lama Hanya Di Up Ulang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang