Veleri bangun dengan kekuatan dan semangat baru hari ini. Mengingat kejadian penuh tanya ini akan segera berakhir, membuat senyum terpatri di wajahnya tak kunjung menghilang.
Veleri memang tak bisa menebak apa yang akan ditunjukkan oleh Mario. Bahkan sama sekali tak terbayang hal ini tentang apa. Hanya saja berada dalam ruangan tanpa informasi, tanpa kawan, tanpa keluarga membuatnya merasakan kebosanan yang mendekati titik kejenuhannya.
[Ceklek]
Mario mengangkat sebelah alisnya. Sambutan hari ini yang ia terima sangat... sangat berbeda jauh dengan sambutan yang ia terima sebelum-sebelumnya.
Tatapan dingin, ekspresi datar dan pertanyaan tak bernada tak lagi ia terima untuk hari ini. Bahkan ia disambut dengan senyuman manis yang sanggup membuatnya melupakan beban hidup.
"Kakak udah siap?"
"Iya, seperti yang kamu lihat. Kita berangkat sekarang?" bahkan jawaban ketus nan garang pagi ini tak dirasakan Mario.
"Kakak semangat banget."
"Aku udah bosen setengah hidup disini."
"Kita sarapan dulu kak, setelah itu langsung aku ajak kakak."
Veleri mengangguk mengiyakan. Mengikuti Mario melangkah keluar kamar. Veleri takjub menatap sekeliling. Tempat pengasingannya sepertinya bukan tempat biasa. Rumah yang mewah dengan desain klasik ala Eropa.
"Ini rumah??"
"Kuburan kak,"
"Hah!!!"
"Ya jelas lah kak ini rumah, udah keliatan juga!" Veleri mendelik tapi tak lagi bertanya ataupun protes. Siapa tau kan villa atau mansion gitu.
**
"Kakak udah siap?" Tanya Mario saat mereka baru saja menyelesaikan kegiatan sarapannya.
"Sudah, ayok kita pergi,"
Mario mengangguk kemudian melangkah keluar dari dapur. Veleri mengikutinya layaknya anak ayam. "Loh kok ke atas lagi?? katanya mau berangkat!!"
"Ada yang perlu aku tunjukin ke kakak dulu, kalau setelah itu kakak mau pergi aku bakal antar."
"Kenapa jadi kaya gini?? lo sudah janji bakalan nganterin gue ke tempat yang menjadikan alasan lo nyulik gue." Mario meringis saat melihat perubahan Veleri yang begitu drastis.
"Kakak tenang dulu. Apa yang bakal aku tunjukin bakal menjawab semua pertanyaan kakak,"
Veleri tak memberi tanggapan, namun tatapan tajamnya mulai melembut. Terdengar helaan napas kasarnya berapa kali. "Ya udah tunjukin ke gue. Kalo sampe lo bohong ~"
"Tenang Kak, aku gak akan bohong."
Veleri mengikuti Mario melangkah ke arah lantai dua. Hingga Mario berjalan ke arah pintu bercat putih Veleri masih setia mengikuti. Jantungnya berdebar tanpa alasan saat langkahnya mulai mendekat.
Seperti ada magnet yang menariknya untuk segera masuk. Veleri tidak tahu ada apa, hanya saja hatinya seperti merindukan sesuatu yang ada di dalam.
Veleri tak berani mengintip saat Mario sudah membuka sedikit pintu. Hanya selebar ukuran badan tanpa membuka seluruhnya.
Ketika Mario sudah melangkah masuk Veleri masih bertahan di posisinya. Kakinya terasa berat untuk beranjak. Badannya terasa kaku tak tak bisa diajak bergerak. Rasa deg-degan dalam dadanya semakin menggila.
Mario menoleh, saat menyadari Veleri tak mengikuti langkahnya. Kedua alisnya terangkat melihat ekspresi aneh di depannya. Veleri terlihat gugup, bahkan terlihat agak ketakutan.
![](https://img.wattpad.com/cover/134076169-288-k526885.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
|| We!! Family?? || SELESAI||[ Cerita Lama Hanya Di Up Ulang]
ФанфикSebuah persaudaraan tak sedarah namun melekat