Semua mata tertuju pada Renjun saat pemuda cantik itu keluar kamar untuk melihat-lihat suasana. Sekitar sepuluh orang dayang menemaninya.
"Bukankah aku harus diam di kamar?"
"Maaf Yang Mulia, pangeran Jeno ingin anda berjalan-jalan di sekitar istana."
Renjun berbalik membuat jubah kerajaan Arcturus yang mewah berkibar tertiup angin.
"Aku hanya hadiah perdamaian, kenapa harus diperlakukan sebaik ini?!"Para dayang saling berpandangan bingung. "Tapi Yang mulia, anda bukan hanya hadiah perdamaian anda juga calon istri pangeran Jeno."
"Tapi-"
"Lagipula anda adalah seorang putra mahkota Rigel."
Renjun menyerit kurang senang saat para dayang itu memotong perkataannya. Melihat ekspresi Renjun yang berubah mereka segera berlutut.
"Maafkan atas kelancangan hamba Yang Mulia."
Renjun hanya diam dan memilih melangkah pergi. Kenapa mereka tidak paham jika hatinya begitu sakit saat nama Rigel disebut, rindu membuatnya sesak dan kenyataan bahwa ia tak akan pernah kembali benar-benar menampar dirinya.
"Jangan menyebut nama Rigel karena itu membuat ku ingin kabur dari Arcturus." Katanya lirih.
Renjun menyerit saat melihat seorang pemuda manis berjubah merah muda duduk sendirian tanpa ada dayang yang menemani.
"Siapa dia?"
"Yang Mulia Jaemin, calon istri putra mahkota."
Renjun menatap Jaemin yang memandang kosong sepatu kulitnya, ia menaikkan salah satu alisnya dan berdeham pelan sebelum melangkah mendekati Jaemin.
"Selamat sore Yang Mulia." Sapa Renjun.
Jaemin mendongak dan menatap Renjun bingung. "Siapa?"
"Perkenalkan, saya Renjun-"
"Ah! Istri Jeno!!" Jaemin memekik senang dan segera berdiri untuk memberi Renjun sebuah pelukan.
"Selamat datang Renjunie! Aku Jaemin!"
Renjun sempat tersentak kaget beberapa saat sebelum ia membalas pelukan Jaemin. "Terima kasih Jaeminie. Senang sekali memiliki teman seperti mu."
Jaemin melepaskan pelukanya dan mengapit lengan Renjun. "Aku akan menemani mu berkeliling. Ayo!"
Renjun tersenyum untuk pertama kalinya di Arcturus, Jaemin benar-benar membuatnya merasa lebih baik.
"Kenapa kau pucat sekali? Kenapa mata mu itu? Mengerikan. Setelah ini aku akan siapkan beberapa herbal untuk merawat mata bengkak mu."
"Aku hanya sedikit menangis."
"Sedikit? Oh yeah! Terlihat sekali, semakin sedikit mau menangis semakin besar bengkak di mata mu." Kata Jaemin sarkatis.
Renjun tersenyum miris. "Siapa yang tak menangis jika dipisahkan secara paksa dengan kedua orang tuanya?"
Senyum Jaemin luntur sesaat. "Aku berpisah dengan orang tua ku juga dan itu untuk selamanya."
Renjun menatap Jaemin yang berwajah murung. Ia pikir segala sesuatu yang ada di Arcturus pastilah memiliki beban jauh lebih berat dibanding lainnya. Entah beban tentang apa itu.
"Sudahlah lupakan, ayo!"
Mereka berjalan dengan lengan tertaut, Jaemin terus mengoceh tentang ini dan itu, menjelaskan apa saya yang ia ketahui tentang istana.
Renjun bukan orang yang banyak bicara tapi entah mengapa ia begitu antusias dengan Jaemin. Ia lebih banyak menimpali dan bergurau, mungkin karena di Rigel ia tak memiliki teman dan Jaemin adalah teman pertamanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Arcturus
FanfictionKetika Langit Arcturus Menjadi Saksi Bahwa Aku Mencintai Mu. NoRen - MarkMin - YukHae 19 Januari 2018 - 05 Juni 2020