Haechan menghela napas saat melihat Yukhei masih terlentang seperti orang mati diatas tempat tidur, ia memijat kepalanya yang semakin pusing setelah mendengar dengkuran halus dari bibir seksi Rajanya itu.
"Ibu, kenapa ayah tidak membuka matanya?" Tanya Junkai sambil menunjuk sang ayah.
Haechan tersenyum lembut, "ayah mu pasti masih kelelahan sayang."
"Jadi jika kita lelah kita boleh bangun siang?"
Haechan menggeleng pelan, "tentu tidak, Junkai akan kehilangan hal-hal menyenangkan dipagi hari jika Junkai bangun siang, contohnya sarapan. Junkai mau kehilangan sarapan?"
Putra mahkota Centaury itu segera menggeleng cepat, ia menangkup pipi bulatnya dan matanya membulat, "Junkai suka sarapan ibu.. Junkai akan bangun pagi."
Haechan tersenyum lalu mengusap sayang kepala Junkai yang tertutup guan.
"Sekarang Junkai bantu ibu membangunkan ayah ya."Junkai mengangguk semangat, ia menggoyangkan lengan Yukhei dengan kuat, "ayah bangun.."
"Yang Mulia, matahari semakin terik apa Yang Mulia tidak ingin bangun?" Haechan ikut menepuk bahu Yukhei dan berucap lembut.
"Hmmm..." Yukhei hanya menggumam lalu menarik lengannya dari sang putra.
"Yang Mulia.."
"....."
Junkai merengut melihat ayahnya tak kunjung bangun, dengan kejahilan yang diajarkan saudara sepupunya di Centaury Junkai menggunakan jari mungilnya untuk menutup hidung sang ayah.
"Ayah bangun.." katanya.
Haechan segera menarik tangan Junkai, bukannya bangun yang kemungkinan terjadi adalah Yukhei mati kehabisan napas.
"Sayang itu tidak baik, ayah akan kesakitan jika Junkai seperti itu. Ingatkan menyakiti orang lain itu berdosa."Junkai menunduk, "maaf ibu, Yiren jiejie mengajari Junkai seperti itu.. nanti Junkai akan minta maaf pada ayah."
Haechan menghela napas, di Centaury kombinasi Junkai dan sepupunya Yiren adalah petaka bagi dayang pengasuh.
"Jangan ulangi dan jangan belajar hal buruk, sekarang tunggu diluar ya ibu akan bangunkan ayah mu.""Apa Junkai boleh menemui Chenle dan Jisung?"
Haechan tersenyum, "tentu."
Junkai segera berlari keluar kamar tak lupa ia memukul bokong sang ayah sekuat tenaga sebelum berlari hingga membuat Haechan mengelus dada berusaha sabar, wajah manis putranya yang berbinar cerah mampu memadamkan kekesalan Haechan.
Setelah sang putra meninggalkan kamar raut wajah Haechan berubah, ia bertolak pinggang lalu menarik napas, "Astaga Wong Yukhei! Cepat bangun atau aku tendang bokong mu!!"
"Iyaa nanti aku bangun.. suruh Junkai keluar, bokong ku sakit." Balas Yukhei samar.
Haechan mendelik, "Hyung! Bangun! Astaga!"
"Nyem nyem nyem.."
Haechan memijat pelipisnya, "astaga.. dasar manusia berang-berang."
Haechan menghela napas beberapa kali sebelum berjalan keluar kamar lalu meminta dayang mengambilkan sesuatu. Haechan tidak tahu lagi dengan cara apa membangunkan gorila besar berstatus suaminya itu.
Tak lama benda yang diminta Haechan datang dan Haechan menyambutnya dengan wajah berbinar, ia memerintahkan dayangnya keluar kamar lalu mendekat ke tempat tidur.
"Tanpa mengurangi rasa hormat ku pada mu Yang Mulia Altair.."
Byurrr...
"Woahh!!!" Teriakan yang cukup keras dari Yukhei.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Arcturus
FanfictionKetika Langit Arcturus Menjadi Saksi Bahwa Aku Mencintai Mu. NoRen - MarkMin - YukHae 19 Januari 2018 - 05 Juni 2020