Yukhei menyerit saat silaunya matahari menusuk matanya. Ia bergerak kaku dengan rasa sakit menjalar keseluruh tubuhnya, untuk beberapa saat Yukhei hanya mampu duduk terdiam dengan kepala berputar dan rasa mual yang berlebih.
"Dimana aku?" Tanyanya lebih kepada dirinya sendiri.
Suasana kamar mewah penuh dengan tirai keemasan dan aroma pinus membuatnya sadar bahwa ia berada di kamarnya sendiri.
Kamar?
Yukhei terbelalak dan segera beranjak dari ranjang, ia berlari kesetanan menuju pintu keluar yang sialnya terkunci rapat tanpa celah. Ia mendengus.
"Berengsek!" Umpatnya penuh kemarahan.
Brakk..
Brakk..
Brakk..
"Siapapun mahluk bajingan di luar kamar ku!! Buka pintu!! Berengsek!!" Yukhei memaki para penjaga yang menjaga kamarnya.
"Sial! Aku harus keluar dan mencari Haechan." Gumamnya.
Yukhei membongkar lemarinya untuk mencari sesuatu yang dapat ia gunakan untuk membuka pintu.
"Sial! Semua sudah dibersihkan!" Katanya kesal, tak ada satu senjata pun yang tersimpan di kamarnya, bahkan pedang miliknya.
Brakk..
Brakk..
"Buka berengsek!!"
"Aku pastikan kalian mati saat aku keluar dari kamar ini!!"
Yukhei menarik rambutnya frustasi saat tak ada celah untuknya kabur bahkan jendela dan pintu balkon kamarnya telah dipasang puluhan jeruji baja.
"Ini semua sudah direncanakan sebelumnya." Gumamnya rendah.
Keringat dingin mulai membasahi wajah Yukhei, rasa takut menghantuinya hingga ingin mati bahkan jantungnya tidak dapat berdetak dengan normal. Bagaimana keadaan Haechan? Dimana dia? Apa dia baik-baik saja?
Tok..
Tok..
Yukhei menatap pintu kamarnya dengan perasaan was-was. Apalagi yang akan dilakukan ayahnya untuk menghalangi Yukhei mencari Haechan.
"Yang Mulia!"
"Paman Sixuan!!" Yukhei mendekat dan memukul pintu secara brutal.
"Keluarkan aku!!" Katanya panik.
Tak lama suara memekakkan telinga membuat Yukhei mundur beberapa langkah, Sixuan mendobrak pintu kamar Yukhei dibantu beberapa prajurit yang memihak mereka.
Brakk..
Pintu terbuka lebar dan Sixuan segera memberi Yukhei sebuah pedang.
"Anda harus pergi ke pusat kota!!""Aku harus mencari Haechan!!" Balas Yukhei cepat.
Sixuan menggeleng. "Tidak perlu mencari karena Haechan akan dieksekusi siang ini di pusat kota!"
Deg..
"EKSEKUSI??!!!"
"Ya."
"AYAH KU MEMBERI WAKTU DUA HARI UNTUK MENCARINYA!!"
"Maaf Yang Mulia, anda tidak sadarkan diri selama dua hari dan terkurung disini."
Yukhei menggeram berusaha menahan amarah. "Manusia memang akan semakin licik tiap detiknya."
Yukhei mengepalkan tangannya penuh amarah, ia segera menerima pedang yang diberikan Sixuan.
"Sampai mati pun tidak akan aku biarkan siapapun membunuh Haechan walau dia raja ku, walau dia ayah ku!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Arcturus
FanfictionKetika Langit Arcturus Menjadi Saksi Bahwa Aku Mencintai Mu. NoRen - MarkMin - YukHae 19 Januari 2018 - 05 Juni 2020