12th

27K 3.1K 698
                                    

Jeno memandang sekitar dengan suasana hati yang buruk, ia benci harus kembali menginjakkan kakinya kembali di Rigel, ia tahu di Rigel ia akan bertemu dengan Renjun dan ia dapat mengobati rindunya tapi terlalu banyak ancaman yang mungkin akan ia dapat. Taman bunga, danau jernih bahkan pepohonan berdaun merah dan jingga pun tak mampu menarik perhatiannya.

Rumah-rumah penduduk yang terlihat sederhana atau rumah mewah para keluarga bangsawan juga tak mampu memperbaiki suasana hati Jeno, jelas karena semua itu tidak sebanding dengan Arcturus yang kaya dan besar.

"Yang Mulia, anda telah tiba."

Jeno menoleh saat seorang ajudan membuka pintu keretanya, ia benar-benar tidak sadar jika keretanya telah melewati gerbang istana.

"Selamat datang pangeran."

Jeno menghela napas saat orang pertama yang menyambutnya adalah Kun, raja Rigel yang pernah ia rebut putra mahkotanya.

"Ya." Balas Jeno singkat.

"Silahkan." Kun mempersilahkan Jeno masuk ke dalam istana, senyumnya mengembang tapi sorot matanya begitu dingin.

Jeno melangkah dengan tegas memasuki istana, bibirnya terkunci rapat enggan mengatakan apapun.

"Sebelumnya terima kasih telah memulangkan Renjun. Tapi aku benar-benar tidak ingin mendengar alasan mu memulangkannya" Kata Kun.

Jeno mengangguk pelan. "Aku memang tidak ingin mengatakan alasan ku tapi baguslah dia sampai dengan selamat."

Kun menuntun Jeno ke sebuah kamar besar yang cukup mewah dengan ornamen emas.

"Anda dapat beristirahat di kamar ini pangeran. Pertemuan antar aliansi akan dilaksanakan besok pagi."

"Aku tahu! Dimana Yukhei hyung dan paman Johnny?" Tanya Jeno, ia tidak ingin membuat matanya tertutup saat di Rigel, sebisa mungkin tidak.

"Putra mahkota Centaury dan Raja Canopus telah tiba terlebih dahulu jadi mereka sedang duduk menikmati teh."

"Aku akan kesana." Kata Jeno final.

Kun mengangguk pelan lalu tersenyum penuh arti.
"Tentu. Kau akan mendapatkan teh terbaik dari Rigel pangeran."

Jeno tidak peduli dengan Kun dan segera mengikuti pelayan yang mengantarnya menuju taman tempat Yukhei dan raja Canopus bersantai.

"Lama tidak berjumpa Jeno." Sapa Johnny, raja Canopus yang dikenal belum memiliki pewaris takhta.

Jeno hanya menggumam pelan, acuh tak acuh dengan dua orang yang dapat ia percayai.

"Bagaimana keadaan Minhyung?"

"Buruk."

"Tapi paman dengar hyung mu telah sadar."

"Iya."

"Setelah pertemuan ini, paman dan Yukhei akan singgah ke Arcturus untuk melihat keadaan Minhyung. Kau tahu kan bahwa Yukhei harus meminta maaf pada sahabatnya."

"Iya, silahkan tapi aku harap paman tidak mencari selir baru dari kerajaan ku."

Johnny menghela napas mendengar jawaban singkat nan menyebalkan yang Jeno berikan dan raut tak peduli yang Yukhei tunjukan sejak pagi tadi. 
"Paman tidak habis pikir kenapa kalian seperti ini? Seingat paman kalian sangat menggemaskan saat kecil."

"Yukhei hyung yang dulu sudah mati." Balas Jeno datar hingga ia mendapat tatapan tajam dari Yukhei.

"Ya benar bajingan! Aku sudah mati." Kata Yukhei sinis. Jeno mendelik kesal, mudah sekali untuk Yukhei menyerah pada cintanya, padahal dulu dia sangat bersemangat membahas kekasihnya yang hanya rakyat kecil.

The ArcturusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang