10th

30.6K 3.2K 485
                                    

Ketika sang mentari mulai meninggalkan singgasana miliknya Jaemin masih sibuk dengan berbagai alat untuk membersihkan tubuh sang sirius. Usapan demi usapan air hangat Jaemin lakukan dengan lembut.

Jaemin tak lagi mampu mengeluarkan air matanya melihat Mark masih terus menutup mata. Rasa sakitnya sudah tak bisa ditebus dengan linangan air mata. Walau faktanya ia sering menangis diam-diam disisi Mark saat semua orang tak melihatnya.

Ia mengusap wajah Mark perlahan dan mengakhirinya dengan senyum tulus.
"Hyung sudah tampan." Katanya pelan.

Dengan telaten ia memakaikan pakaian kebesaran putra mahkota sambil memerintahkan para dayang membereskan peralatan yang tadi ia gunakan.

"Bisa tinggalkan kami berdua?"

Para dayang membungkuk dan segera meninggalkan Jaemin bersama Mark. Jaemin menarik napas pelan dan menggenggam tangan Mark lembut.

"Hyung. Sudah satu minggu kau seperti ini, tidak bosan?"

"Tiga hari lagi Jeno akan berangkat ke Rigel sebagai delegasi aliansi Vega untuk Arcturus. Aku tidak tahu harus senang karena bukan hyung yang pergi atau sedih karena Jeno mungkin saja mati disana."

Jaemin mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes. "Aku merindukan mu hyung, tidak apa-apa kau selalu memarahi ku asal kau sehat hyung."

Jaemin menangis tanpa suara, ia lelah seperti ini tapi entah kenapa air mata masih saja keluar tanpa Jaemin ingin keluarkan.

"Hyung aku sangat mencintai mu!"

"Kapan kau kembali hyung?"

Genggaman tangan mereka mengerat, Jaemin tersentak dan menatap tak percaya tautan tangannya dengan Mark. Ia tak mengeratkan genggamanya pada tangan Mark sama sekali.
"Hyung!!"

Jaemin merasakan tangan Mark yang mulai menghangat. Ia segera menggenggam kedua tangan Mark dan memanggil nama Mark pelan.

"Mark hyung."

"Mark hyung."

Bola mata Mark bergerak pelan dibalik kelopaknya sebelum terbuka sedikit demi sedikit. Yang pertama ia lihat adalah Jaemin yang berlinangan air mata dan terlihat semakin tirus. Jantung Jaemin berdegub kencang saat Mark menatapnya sayu.

"Jae-"

Uhuk!

"Hiks hyung!" Jaemin segera mengambil handuk dan mengusap darah yang keluar dari mulut Mark saat putra mahkota itu memanggil namanya.

"Jae- Jaemin." Panggilnya dengan napas tersenggal.

Jaemin mengangguk dan menangis, dengan gemetar ia terus membersihkan darah merah kehitaman yang masih keluar dari mulut Mark.

Uhuk!

"Astaga hyung!!!"

Uhuk!

Mark memuntahkan darah segar hingga mengotori dada dan tangan Jaemin. Jaemin semakin panik dan berteriak keras. Ini darah segar yang merah terang kaya oksigen membuat Jaemin ketakutan.

"SIAPAPUN PANGGIL TABIB!!!"

Suara langkah kaki segera terdengar sesaat setelahnya, beberapa dayang masuk untuk membantu Jaemin.

"Yang mulia!!"

"Siapkan handuk!!" Jaemin menjerit keras.

Mark menatap Jaemin dengan pandangan sayu, ia mencekal tangan Jaemin yang gemetar saat membersihkan darahnya.
"Jaem.. Kau baik-baik saja?" Tanyanya lemah.

Jaemin mengangguk cepat dan mengusap air matanya hingga darah Mark mengotori pipi dan dagunya.
"Hiks! Aku baik-baik saja! Aku baik-baik saja jika ada hyung disisi ku!" Isaknya.

The ArcturusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang