Jaemin menggerakkan kakinya di dalam dinginnya air, sore hari yang begitu sepi bagi Jaemin. Ia menghela napas lalu menatap langit sore yang mulai jingga, memikirkan apa yang sedang dilakukan Renjun atau Haechan di istana mereka.
"Apakah menurut kalian istana sangat sepi?" Tanya Jaemin pada para dayang yang menemaninya bersantai di danau yang letaknya cukup jauh dari lingkungan istana.
Para dayang saling menatap lalu memberanikan diri untuk membalas, "apakah anda kesepian yang mulia?"
Jaemin terkekeh, "aku bertanya pada kalian.. Kenapa balik bertanya?"
"A-ah maafkan hamba.. Tapi menurut hamba, istana memang sedikit sepi."
Kekehan Jaemin terhenti, digantikan oleh senyum tipis yang begitu manis, "jelas saja sepi, ayah telah tiada, Jeno dan Renjun telah membangun negerinya sendiri dan Haechan kembali ke Centaury.. Dan.."
Jaemin mengusap perutnya yang semakin besar di bulan ke delapannya.
"Dan Yang Mulia sangat sibuk belakangan ini.""Aku sangat merindukan mereka."
Suasana menghening sesaat setelah Jaemin bercerita pada para dayangnya, Jaemin adalah satu-satunya anggota kerajaan yang hidup dengan apa adanya dirinya. Para rakyat dan pekerja di Arcturus berpikir bahwa Jaemin tidak pernah membangun citra baik, tapi memang kebaikan adalah dirinya.
"Yang Mulia maafkan kelancangan hamba, tapi hari semakin sore dan cuaca akan semakin dingin.. Hamba lebih baik mati daripada melihat anda dan Yang Mulia muda jatuh sakit."
Jaemin tertawa, "aku bingung.. Kenapa banyak sekali orang rela mati untuk ku?"
"Aku baik-baik saja.. Aku ingin melihat bintang dari sini, jadi buat api unggun untuk kita."
Para dayang terlihat kebingungan, api unggun? Jadi Jaemin serius ingin tetap disini hingga malam menjemput?
"Jika kalian takut pada Yang Mulia Raja, aku akan melindungi kalian.. Tenang saja."
Para dayang mengangguk pelan, mereka segera mengumpulkan beberapa kayu bakar, cukup sulit memang membuat api tanpa persiapan, tapi keinginan Jaemin adalah mutlak dan tidak dapat ditolak.
Jaemin bersenandung lembut sebelum sebuah jubah besar nan hangat menyelimuti dirinya. Jaemin mendongak dan menemukan Mark sedang membungkuk untuk menyelimutinya.
"Hyung.."
Mark tersenyum melihat ekspresi terkejut Jaemin, ia mendudukan dirinya di belakang Jaemin lalu memeluk sang terkasih.
"Kapan hyung datang?"
"Baru saja, kau saja yang tak mendengar kedatangan ku." Jawab Mark sambil mengusap lembut perut Jaemin.
Jaemin tersenyum, ia menyandar nyaman di dada Mark, menikmati pelukan hangat dari sang suami dan menghirup aroma menenangkan yang melingkupi tubuhnya.
"Kau mendapat izin ku untuk kemari bukan berarti kau bisa pulang larut, Nana."
Jaemin membenarkan posisinya agar semakin nyaman, "aku tidak akan pulang larut hyung, aku hanya ingin melihat bintang sebentar dan mendengarkan suara serangga."
"Tapi kau tidak sendiri Jaemin, ada malaikat kecil kita yang ikut.. Lagipula kau bisa melihat bintang dan mendengarkan serangga di lingkup istana."
"Tapi istana sangat sepi."
Mark terdiam seolah membenarkan kata-kata Jaemin, semenjak Taeyong pergi meninggalkan mereka semua dan Jeno yang memboyong Renjun kembali ke Rigel istana menjadi sangat sepi, belum lagi kesibukan Mark yang membuat ia kehilangan banyak waktu untuk menemani Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Arcturus
FanficKetika Langit Arcturus Menjadi Saksi Bahwa Aku Mencintai Mu. NoRen - MarkMin - YukHae 19 Januari 2018 - 05 Juni 2020