38th

19.1K 2K 273
                                    

Musim telah berganti, dedaunan mulai menguning dan jatuh lembar demi lembar. Udara pagi yang cukup dingin berhembus pelan menembus celah-celah jendela kayu sebuah kamar yang diterangi lilin-lilin putih, gemericik suara hujan masih terdengar samar seolah menghantar rasa nyaman.

Suasana begitu tenang saat sepasang kelopak mata itu terbuka secara perlahan, pelan namun pasti. Kedipan halus terasa semakin jelas, suara napas berhembus semakin teratur mengisi keheningan kamar utama istana Arcturus.

Tak lama ketukan pintu terdengar tiga kali sebelum pintu kayu berukir indah itu terbuka menampilkan dua orang dayang dengan wadah keramik berisi air.
Mereka segera membungkuk hormat tanpa berani melayangkan pandangan ke atas ranjang.

"Mohon ampun atas kelancangan kami, melayani Yang Mulia tanpa izin. Semoga Tuhan mengembalikan Yang Mulia disisi Arcturus."

Mereka mendongak perlahan dan saat itu juga suara pecahan keramik menggema memenuhi kamar, air membasahi lantai marmer hingga karpet bulu di dekat ranjang.

"Yang Mulia.."

........

Mark menghentikan langkahnya tepat di pinggir danau buatan yang kini ditumbuhi begitu banyak bunga lotus biru. Ia menghela napas lalu tersenyum samar, melihat betapa indahnya danau yang biasa di kunjungi Jaemin dulu.

"Jisung-a.. Lihat, bunganya begitu cantik kan?"

"Tapi, Jisung pasti akan melihat sesuatu yang lebih cantik dari apapun di dunia ini saat ibu mu membuka mata."

Mark tersenyum semakin lebar saat mendapat respon tawa dari Jisung. Tak lama ia menghela napas lalu menatap rintik hujan yang jatuh dengan malu-malu diatas payung merah yang memayungi dirinya dan Jisung.

"Waktu sudah banyak berlalu Nana, Jisung bahkan mulai bisa tengkurap.. Kau tak rindu kami yang merindukan mu?" Bisiknya penuh tanya.

Tiba-tiba derap langkah kaki yang mendekat memecah gemericik hujan, Mark menoleh dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Ada apa?" Tanyanya khawatir.

"Yang Mulia Ratu.."

"Ada apa dengan Ratu?!" Suara Mark meninggi penuh tuntutan.

Dayang yang menghampiri Mark menggelang disertai isakan pelan.
"Yang Mulia Ratu telah.."

"Apa yang terjadi pada Jaemin ku?!" Potong Mark kasar ia melangkah tanpa sadar.

"Hiks.. Yang Mulia Ratu telah sadar Yang Mulia.." Dayang tersebut menangis penuh keharuan.

Mark tak dapat berkata-kata, tubuhnya secara otomatis bergerak, langkahnya semakin cepat menembus hujan. Telapak besarnya melindungi Jisung dari rintik hujan yang semakin deras.

"Nana.."

Langkah besar Mark semakin cepat, ia tidak peduli dengan pakaian kebesaran miliknya yang mulai basah. Ia dapat melihat lalu lalang tabib di lorong menuju kamar utama dan ada begitu banyak perasaan di dalam hatinya, bahagia, khawatir, rindu, senang, lega dan yang paling memenuhi hatinya adalah rasa syukur.

"Jaem.."

Mark dapat melihat mata indah itu lagi, mata bulat yang berkedip pelan sambil menatapnya, hingga tak lama senyum yang begitu Mark rindukan terbentuk tipis membawa desiran hangat dan detak jantung menggebu.

"Yang.."

"Mulia.."

Dinding yang Mark bangun akhirnya runtuh, ia tak mampu mempertahankan wajah tenangnya ditengah rasa bahagia yang membuncah.

The ArcturusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang